Mohon tunggu...
Muchamad Iqbal Arief
Muchamad Iqbal Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Independent Content Writer

Halo, saya Iqbal Arief. Sebagai penulis aktif di Kompasiana, saya senang berbagi wawasan dan informasi menarik dengan para pembaca. Minat saya cukup luas, meliputi berbagai topik penting seperti marketing, finansial, prinsip hidup, dan bisnis. Melalui tulisan-tulisan saya, saya berharap dapat memberikan perspektif baru dan pengetahuan yang bermanfaat bagi Anda. Mari bergabung dalam perjalanan intelektual saya di Kompasiana, di mana kita bisa bersama-sama menemukan inspirasi dan wawasan baru dalam berbagai aspek kehidupan dan karier. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Porn Emergency di Korea Selatan

15 September 2024   14:44 Diperbarui: 15 September 2024   14:45 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu mungkin belum pernah mendengar tentang istilah "deepfake porn", tetapi di Korea Selatan, ini sudah menjadi ancaman yang nyata. Negara ini sedang menghadapi situasi darurat terkait pornografi digital yang menyebar melalui deepfake, teknologi yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menggantikan wajah seseorang dalam video atau gambar yang vulgar. Teknologi ini berkembang begitu cepat, dan sayangnya, sering kali dimanfaatkan untuk tujuan yang merugikan, terutama dengan menyasar para wanita dan selebritas.

Deepfake Porn: Bagaimana Semua Dimulai?

Di Korea Selatan, masalah ini sudah sangat meresahkan. Dengan mudahnya akses teknologi AI, banyak orang tak bertanggung jawab yang menciptakan video porno palsu menggunakan wajah orang yang tidak bersalah. Video-video ini seringkali diunggah ke situs-situs dewasa tanpa sepengetahuan atau persetujuan dari korbannya. Kasus ini mulai terungkap saat muncul ribuan video deepfake yang beredar, menargetkan tidak hanya selebritas, tetapi juga wanita-wanita biasa.

Kecepatan penyebaran video deepfake ini menjadi masalah besar. Dalam hitungan jam, sebuah video bisa dilihat oleh ribuan bahkan jutaan orang. Dan meski korban berusaha melaporkan atau menghapus video tersebut, video serupa bisa muncul kembali di platform yang berbeda.

Mengapa Korea Selatan?

Korea Selatan merupakan salah satu negara dengan konektivitas internet tercepat di dunia. Hal ini menjadikannya tempat subur bagi perkembangan teknologi digital, termasuk deepfake. Ironisnya, dengan kemajuan teknologi ini, muncul pula celah untuk penyalahgunaan. Tidak hanya soal teknologinya, budaya masyarakat yang sangat fokus pada penampilan fisik dan status sosial juga ikut berperan. Bagi banyak korban, hanya rumor tentang keterlibatan mereka dalam video semacam itu bisa menghancurkan karier dan kehidupan sosial mereka.

Selain itu, Korea Selatan juga memiliki sejarah kelam terkait eksploitasi digital. Kamu mungkin pernah mendengar tentang kasus "Nth Room", di mana ribuan wanita dan anak perempuan dipaksa untuk terlibat dalam video pornografi yang kemudian dibagikan di grup chat Telegram. Kasus ini menunjukkan betapa mudahnya teknologi digital digunakan untuk menyalahgunakan orang lain.

Baca juga: Kematian Akibat Kelaparan: Bagaimana Sistem Sosial Kita Gagal Melindungi yang Rentan?

Pemerintah dan Tindakan Hukum

Pemerintah Korea Selatan mulai menyadari betapa seriusnya masalah ini dan mulai mengambil langkah-langkah konkret untuk menanganinya. Salah satu tindakan terbarunya adalah penghapusan foto profil tentara dari situs militer, guna mencegah penggunaan gambar-gambar ini dalam video deepfake . Ini hanyalah salah satu contoh dari upaya preventif yang diambil. Pemerintah juga memperkenalkan undang-undang baru yang lebih ketat terkait penyebaran konten pornografi digital tanpa persetujuan.

Namun, hukum terkadang tidak cukup cepat mengejar perkembangan teknologi. Proses penghapusan konten dari internet memerlukan waktu, dan sayangnya, dalam waktu tersebut, banyak kerusakan yang sudah terjadi. Selain itu, dengan popularitas teknologi deepfake yang semakin mudah diakses, menekan penyebarannya membutuhkan upaya yang lebih sistematis dan menyeluruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun