Jumat 28 September 2018
Sungguh hari yang menegangkan, Neuk. Tangisanmu tidak hadir dalam hidup mamak.
Pagi hari mamak "berchit-chat" dengan Wawa Epi untuk konsultasi tentangmu neuk, Wawa pun menyuruh cek segera ke bidan, maka mamak dan nenek ke salah satu Puskesmas dekat rumah karena ketika Shubuh yang selalunya Azzam sangat aktif membangunkan mamak dan ayah seperti bermain bola dengan tendangan-tendangan layaknya tendangan om Messi yang Azzam lakukan dalam perut mamak. Hari ini Azzam diam tidak menendang-nendang lagi Neuk. Apakah Azzam ngambek atau sedang rindu ayah yang lagi tugas ke Sabang dari kantor barunya bekerja yang kita hadir seminggu lalu waktu pelantikan.
Ketika di puskesmas, bidan pun langsung memeriksa Azzam, Neuk. Kata ibu bidan denyut jantung Azzam berkurang neuk, seketika mamak lemas dan berkata "saya harus bagaimana dan ke RS mana sebaiknya?". Ibu bidan nya bilang, gpp, sebelum rujukan, mamak harus dirawat dulu neuk minimal dipasang oksigen untuk tambahan udara ke Azzam. Tanpa banyak bertanya sembari dzikir dan doa untuk Azzam, mamak hanya pasrah. Setelah satu jam mamak diberikan oksigen dan diagnosa memang harus ke dokter kandungan maka ibupun diberikan surat rujukan. Namun siangnya karena bentrok dengan Jumatan maka sore baru bisa ke dokter yang dirujuk karena bukanya sore hari.
Sambil menunggu sore hari, mamak pulang beristirahat dirumah dan mengikuti saran IDI (Ira,Dian,Ima) untuk minum susu hangat yang sangat manis biar memancing Azzam begerak. Alhamdulillah Azzam bergerak walau sangat pelan. Mungkin itu gerakan Azzam yang terakhir. Terimaksih Neuk.
Seraya berkata "besok, ayah udah pulang Neuk", dzikir dan doa tiada henti dengan firasat baik bahwa Azzam hanya tidur makanya tidak menendang, gerak ke kiri dan kanan. Â Sorepun tiba, mamak dan nenek ke dokter spesialis yang dirujuk. Ketika di USG, dokter berkata "suaminya mana Bu, ini dedek bayinya ga ada lagi".
Mamak ga percaya neuk. Mamak tetap yakin Azzam masih ada dan cuma tidur sambil menjelaskan bahwa tadi di pusksemas Azzam masih ada dengan denyut jantung 80. Ibu dokterpun berkata, kenapa puskesamas tidak membawa langsung ibu, kenapa harus tunggu sore. Denyut jantung normal harus 100/120. Mamak tambah bingung dan hanya diam waktu ibu dokter menjelaskan. Sore itu juga ibu dokter bilang Azzam harus dilahirkan neuk kalau tidak akan membahayakan mamak.Â
Namun mamak tetap "kekeuh" Azzam masih ada. Mamak dan nenekpun tidak percaya apa yang disampaikan ibu dokter. Mamak dan nenek mengkroscek ke dokter lain yaitu dokter Hilwah yang selama ini selalu melihat tumbuh kembangnya Azzam dari awal hingga memasuki tujuh bulan.
Ketika sampai di dr.Hilwah,mamak di USG. Mamak melihat muka dokter yang seperti bingung dan bertanya "kamu ga jatuh kan, kamu ga makan aneh-aneh kan, baru seminggu lalu juga kontrol kan semuanya baik-baik aja?" dengan gemetar mamak menjawab "ga ada jatuh dan makan aneh-aneh dokter". Dokter pun berkata "ini bayi kamu sudah meninggal, segera juga harus dilahirkan, kalau lama akan ngaruh ke kamu". Ibu menjawab "dokter bolehkah besok saja sambil nunggu ayah pulang, mamakpun masih bisa sama Azzam satu malam lagi walau Azzam udah pergi selamanya Neuk". Alhamdulillah dokterpun membolehkan untuk Azzam dilahirkan besoknya.
Tangis mamak pun tak tertahankan. Seolah gelap apa yang ada diruang dokter. Mamak mengabarkan ke ayah. Ayah masih di Sabang dan tidak bisa langsung pulang karena baru ada kapal besok pagi. Diluar ternyata ada Om Zakki dan tante Sheila ntah darimana tau, mereka sudah menunggu diluar dan mereka mengantar pulang mamak dan nenek.
Ketika tiba dirumah, mamak langsung memberitahu nenek Cot Buket untuk datang kesini karena besok Azzam harus dilahirkan neuk. Nenek pun menangis neuk dan langsung berangkat ke Banda Aceh.Â
Sabtu, 29 September 2018 : Jam 8 pagi kami semua ada kakek, nenek Punge, nenek Cot Buket, Wa Epi, Om Nandar ke RS neuk menemani Azzam terakhir kalinya neuk. Sambil menunggu ayah sampai dan membereskan semua administrasi yang dibutuhkan RS. Azzam juga dikunjungi sahabat-sahabat mamak neuk dan keluarga ada Wawa Ira, Pocut, Sri Bener Meriah, Elli, Bunda Kika, Reni dan Putri dan lain-lain yang tidak bisa hadir terus "memantau" mamak dengan doa dan permohonan maaf tidak bisa menjenguk.
Ketika administrasi sudah beres dan ayahpun sudah tiba. Mamak memeluk ayah sambil berkata semoga ada mukjizat ketika Azzam dilahirkan, Azzam akan lahir dengan tangisan bukan diam kaku meninggalkan ayah dan mamak neuk.
Menjelang siang jam 11.00 mamakpun di induksi (proses stimulasi untuk merangsang kontraksi rahim sebelum kontraksi alami terjadi supaya mempercepat proses persalinan). Sampai sorepun Azzam belum mau keluar dari perut mamak neuk. Mamak merasakan sakit luar biasa yang sangat sakit namun tetap bahagia sambil bergumam dalam hati "Azzam masih mau ya di dalam perut mamak". Sangking sakitnya Mamak berfikir sudah mengikuti jejak Azzam. Mamak memohon maaf sama ayah, nenek dan semua yang ada di  ruangan.
Ternyata ketika azan magrib tiba, Azzam lahir neuk. Terimakasih ya neuk. Ketika ada dan sudah tiadapun Azzam sangat baik budi. Tidak pernah menyusahkan ayah dan mamak. Azzam kembalilah ke pangkuan Rabb. Mamak dan ayah mencintai Azzam, ternyata Allah lebih cinta Azzam, neuk. Semoga Azzam ketemu mamak dan ayah di Syurga Jannatun Na'im.
Malam nya Azzam dibawa pulang ayah untuk dikuburkan neuk. Mamak ditemani Wa Epi yang masih harus  di RS karena akan operasi untuk kuretase. Mamak dikunjungi Wa Dian, Bunda Sheila dan Om Zaki.  Jam 11.00 malam mamak dioperasi dan di opname di RS selama satu hari.
Minggu sore mamak di visit dokter dan dikatakan sudah boleh pulang. Beratus ucapan doa untuk kepergian Azzam neuk dari berbagai teman ayah dan mamak serta saudara-suadara. Bersilih ganti orang berkunjung kerumah. Yang sebenarnya mamak belum siap bertemu siapapun. Namun apa daya inilah kita neuk, cuma hamba yang harus ikhlas, tabah dan sabar atas segala yang ditetapkanNYA.
Hari-hari berlalu, mamakpun harus cuti dari kerjaan untuk menjalankan "ritual madeung" yang dijalankan nenek walau Azzam tidak ada. Dimulai dengan harus mengosongkan ASI yang sudah ada neuk. Mamak mengalami demam dan pembengkakan. Selain obat dokter. Nenek meleraikan pembengkakan dengan tradisi kampung yaitu dengan sabut kelapa dan "mug" untuk ukuran beras dengan doa dan berkata "1.2.3.4.5.6.7 meno soh tapeh dan mug nyoe, beu meunan soh" yang artinya kosongnya sabut kelapa dan mug ini, begitulah kosong ASI nya).
Selain itu, walaupun tanpamu mamak harus tetap ikut arahan nenek sambil menunggu 44 hari yaitu lamanya waktu setelah melahirkan baru boleh keluar rumah. Banyak "ritual" yang harus mamak jalani sesuai perintah nenek. Mulai dari pijat berturut-turut selama 7 hari untuk membetulkan urat-urat yang ketarik waktu proses persalinan.
Selanjutnya yaitu "berparam " ria mulai dengan param perut dengan nama "tapel wangi" yang dicampur air hangat dan tambahan jeruk nipis baru dipakai gurita atau bengkung di pagi dan sore hari yang berguna untuk panas perut supaya lebih cepat mengecil dan rahim kebentuk semula sambil dipijat untuk  dinaikkan pada perut hari ke kelima.
Param seluruh badan dengan nama "param mustajab" berguna supaya meredakan encok dan pegal linu, menyegarkan badan dan meringankan bengkak. Terdapat juga bagian dikepala yaitu dengan nama "pilis" yang dilumatkan deng air hangat dioleskan pada bagian jidat dengan tujuan supaya ga naik darah putih ke kepala. Hal ini mamak sendiri tidak tau apa maksudnya darah putih naik ke kepala neuk. Pada bagian wajah mamak harus menggunakan bedak dingin supaya muka tidak hitam sekaligus menyegarkan muka yang menurut pemahaman nenek karena melahirkan semua urat ketarik termasuk hilam/hitamnya di muka.
Tidak cukup dengan beberapa hal diatas. Mamak juga di "ukop" yaitu mandi uap biar keluar semua keringat yang menumpuk dibadan sehabis melahirkan, jika tidak dikeluarkan akan menyebabkan sakit tulang saat tua nanti. Hal itu dilakukan dengan dibakarnya beberapa batu sedang dan besar. Ketika batu sudah panas diletakkan mengelingi mamak dan ditutupkan dengan kain sambil batu tersebut disiram air sedikit-sedikit sehingga menghasilkan uap dan seluruh keringat akan keluar.
Hal yang terakhir yaitu di "sale" khusus diutamakan pada posisi duduk diletakkan batu dan arang panas dibawah tempat duduk yang gunanya hampir sama seperti "ukop". Dari seluruh ritual yang tidak dibolehkan nenek adalah
minum "air ibu kunyit" supaya tidak mengeringkan rahim karena ini fungsinya untuk "menjarakkan" anak.
 Begitulah keadaan mamak tanpa Azzam. I love you neuk. Mamak dan ayah selalu rindu Azzam. semoga engkau menjadi panitia di Syurga menanti mamak dan ayah neuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H