Mohon tunggu...
Muarrifuzzulfa
Muarrifuzzulfa Mohon Tunggu... Perawat - Pekerja profesional di rumah sakit Jerman

Kesederhanaan. Suka membaca buku, mendengar, bertukar pikiran dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Butir Emas di Padang Pasir 3 (Reflection on Relationship)

5 Agustus 2024   23:52 Diperbarui: 6 Agustus 2024   01:23 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Sebenarnya semua ini tergantung pribadi masing-masing. Selama kita mempunyai self-control terhadap diri kita dan tidak kecanduan terhadap media, maka kita dapat menemukan butir emas di padang pasir. Self-control akan memandu kita untuk mencari bagaimana kita kembali mengenali diri kita, kembali mencintai diri, peduli dengan diri dan respek terhadap diri sendiri bahwa setiap dari kita memiliki "Value" dan hanya kita sendiri yang dapat menghormatinya. Semuanya bermula dari pribadi seseorang.

            Di padang pasir saya menemukan sebutir emas, di era banjir informasi saya menemukan kalimat yang sangat berharga. Sebutir emas itu adalah kalimat dari Sadhguru yang kemudian saya mencari maknanya dengan mengkaitkan nilai yang saya pelajari dari hubungan cinta yang sangat indah dari pasangan suami istri yang suaminya berada di akhir hidupnya dan begitu juga hubungan mereka dengan anaknya. Istri pasien tersebut sangat mengerti betapa berharganya waktu yang dia berikan kepada suaminya selama seminggu terakhir ful sampai akhirnya suaminya meninggalkan dia untuk selamanya. Anaknya juga sangat menghargai waktu, karena jika seandainya malam itu dia tidak datang menjenguk, maka dia tidak akan bisa melihat ayahnya dalam keadaan hidup untuk yang terakhir kalinya.

            Saya yakin setiap orang memiliki pengalaman masing-masing, tetapi tidak sedikit yang tidak bisa atau tidak mau memberikan nilai dari pengalamannya sendiri. Saya menulis ini karena saya pertama penduli dengan pribadi, ini menambahkan Value pada diri saya, respekt terhadapa diri. Saya masih belajar dan akan terus belajar. Kita dapat belajar dari siapapun, kapanpun dan dimanapun, tergantung kita mau atau tidak. Ibu saya sering berpesan kepada saya dan selalu diulang-ulang, "Jadilah orang baik yang bermanfaat bagi banyak orang". Mungkin dengan artikel ini orang dapat mengambil manfaat, kalaupun tidak ada manfaatnya, tulisan ini sudah memberikan manfaat pada diri saya.

 

            "Have you lived this 24 hours the way you want it if this is the last moment?. Everyday if they do it they will come to their senses". Jawaban setiap orang akan berbeda-beda. Setiap orang akan bisa menjawab pertanyaan ini sesuai dengan pendekatannya masing-masing dan value yang melekat padanya.

Referensi :

1. Daniel J. Levitin, "Hit the Reset Button in Your Brain," The New York Times, Aug. 9, 2014, https://www.nytimes.com/2014/08/10/opinion/sunday/hit-the-reset-button-in-your-brain.html.

2. Peter Densen, "Challenges and Opportunities Facing Medical Education, "Transactions of the American Clinical and Climatological Association 122 (2011): 48-58

3. Umejima K, Ibaraki T, Yamazaki T and Sakai KL (2021) Paper Notebooks vs. Mobile Devices: Brain Activation Differences During Memory Retrieval. Front. Behav. Neurosci. 15:634158. doi: 10.3389/fnbeh.2021.634158

4. Mueller, P. A., and Oppenheimer, D. M. (2014). The pen is mightier than the keyboard: advantages of longhand over laptop note taking. Psychol. Sci. 25, 1159--1168. doi: 10.1177/0956797614524581

* Ditulis di kota Stuttgart, Jerman, pada minggu terakhir bulan Desember 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun