Mohon tunggu...
Muarif Essage
Muarif Essage Mohon Tunggu... Guru - pembaca sastra

lahir di Tegal, 25 Mei 1969. Seorang guru, ia lebih sering membaca karya sastra dan membicarakannya dalam bentuk ulasan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Taman Katresna,2

2 Maret 2022   11:40 Diperbarui: 2 Maret 2022   11:41 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

KUSAMPAIKAN

Kusampaikan kepadamu

lelaki yang belum genap setahun lalu

berjalan di sisi dari jarak yang jauh

ternyata tak mampu sembunyikan rindu

Gambar mereka berdua

dan engkau yang berdiri di sisinya

selalu saja diajaknya bicara

katanya, di jogja kita menaiki tangga

ada rumah di atas sana

untuk kita rebahkan katresna.

Slawi, 6 Februari 2022

KELAK

 

Kelak waktu berakhir di sana

hingga aku berikat senja

engkau kutentramkan

katresna kusemayamkan

Meski kelak waktuku berakhir di sana

hingga berendam bumi selamanya

engkau kusertakan

katresna kuabadikan

Hidupku ini

jalan yang tinggal beberapa langkah lagi

tiada kumaui

berlepas mengikat janji

: Engkau tak kubiarkan sendiri

Slawi, 5 Februari 2022

JASMINE

 

Tak usah lagi risau

ranting dedaunan yang menjuntai itu

biar saja merambah menemukan rindunya

hijau daunnya bukti katresna kita

Bila kelak kita memotongnya

katakan pada sukma

rindu yang selalu ada

tiada berpangkas oleh jarak kita

Jadilah putih kelompak bunga

merangkai jernih kuntum semesta

hanya kita yang berhak mengikatnya

berjalan menjemput sua

Tak usah lagi resah

aku reranting yang tak patah

tegak menggenggammu

HANYA

 

Aku pamit,

bukan dari hidupmu kelak

hanya hendak melebar jarak

hanya ingin menyempurnakan senyap

Aku pamit,

bukan dari bumimu berpijak

hanya mau mengukur rindu

hanya ingin meremas sakit di hulu

Slawi, 20 Januari 2022

SEPAHAM

 : istriku

Tiada mungkin aku memberimu diam

membiarkan angin menerbangkan pikiranmu

dan api menghanguskan jiwamu

Tiada sanggup aku memberimu selamat tinggal

membiarkan layang-layang putus jatuh ke lautan

melepaskan tali perahu tempatku ditambatkan

Bila kata-kataku merobek persinggahan sukmamu

seperti sore itu jarak yang menjauh

bukan mauku memberimu sembilu

bukan inginku menaburimu perih garam di kalbu

Kita sepaham berumah katresna

kita sepaham tiada berganti singgasana

bila jauh sudah langkah jalan kita

masihkah engkau sanggup melupa

pada jarimu kulingkar kilau bermakna

Slawi, 20 Januari 2022

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun