Dirinya bersinggungan dengan banyak realitas fisik. Dirinya pun dihadapkan pada kekecewaan pada bahasanya sendiri, bahasa Indonesia, yang menurutnya telah mengalami "reduksi-reduksi laten dari bahasa dalam mewakili realitas yang kita alami" (2018: 6).
Saya bisa memaklumi Afrizal Malna dalam memandang dan menempatkan bahasa Indonesia secara traumatis dan ekstrem karena dunia benda-benda yang telah menguasai kehdupan manusia, politik eufemisme, dan kebijakan semantik melalui penerapan prinsip perlawanan makna kata (antonim) dan persamaan makna kata (sinonim).Â
Saya amat tertarik dengan cara Afrizal menggunakan pola antonim dan sinonim sebagai teknik dalam memandang dunia kata dalam puisi. Mari kita baca tulisan Afrizal yang dimuat dalam buku Buka Pintu Kiri dengan judul yang amat semiotis, yakni "A>L>A>R>M" (2018: 95). Di bawah judul itu tertulis "(runtuh di dalam)" sebagai penjelasan judul yang bersifat ironis.
A>L>A>R>M
(runtuh di dalam)
....
Dalam kamus Besar bahasa Indonesia kata alarm dijelaskan sebagai: 1. tanda bahaya berupa sinyal, bunyi, sinar dan sebagainya. 2. alat mekanik yang dirancang untuk memperingatkan akan adanya bahaya atau kerusakan. Bisakah kedua pengertian ini digunakan untuk menjelaskan kata "Jiwa". Jiwa adalah  1. tanda bahaya berupa sinyal, bunyi, sinar dan sebagainya. 2. alat mekanik yang dirancang untuk memperingatkan akan adanya bahaya atau kerusakan.
Melalui premis di atas, saya memilih kata "hukum" sebagai kerabat maupun sebagai yang melawan kata "jiwa". Bagaimana kalau kata "hukum" juga didefinisikan dengan menggunakan pengertian tentang alarm. "Hukum" adalah, 1. tanda bahaya berupa sinyal, bunyi, sinar dan sebagainya. 2. alat mekanik yang dirancang untuk memperingatkan akan adanya bahaya atau kerusakan.
....
Alur penalaran di atas digunakan sebagai strategi untuk menurunkan konsep karya.
Apa sesungguhnya yang bisa kita tangkap dari maksud Afrizal Malna dengan tulisannya itu? Sungguh menarik dan kita bisa menyimpulkan: (1) Afrizal menunjukan kepada kita, bahwa sebuah pengertian dari kata tertentu ternyata dapat diantonimkan dan disinonimkan pada kata lain dengan pengertian yang sama.Â