"Ya bagaimana?"
Apa yang harus  ku-&^#*(0&z8%)?"
"Apa?"
"*&z^*%2-5=!"
"Halo! Narti! Halo!
Apa yang bisa kukerjakan
untuk menolongmu?"
"&*%$*&*klk!"
"Halo! Halo! Jangan!
Pada awal aku mendengar percakapan mereka, aku ingin tertawa. Aku merasa lucu juga, bisa-bisanya melalui telepon orang bisa bicara apa saja semaunya, termasuk untuk bergosip. Bisa saja lawan bicara meresponnya untuk ikut terlibat dalam percakapan yang didengarnya.Â
Namun, tentu amat mungkin terjadi seseorang tak peduli sehingga cukup menjawab seperlunya yang lama-kelamaan bisa berubah menjadi kesal dengan lawan bicara. Bagian awal puisi yang ketiga  tampak ingin menggambarkan situasi seperti itu.Â