Mohon tunggu...
Muara Alatas Marbun
Muara Alatas Marbun Mohon Tunggu... Guru - Alumni U Pe' I

Seorang lulusan yang sudah memperoleh pekerjaan dengan cara yang layak, bukan dengan "orang dalem", apalagi dengan "daleman orang"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Soekarno Muda adalah Seorang Intelektual yang Gaul dan Mudah Terpukau

6 Juni 2020   09:00 Diperbarui: 6 Juni 2020   09:07 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : yukepo.com/hiburan

Soekarno muda seperti halnya remaja pada umumnya yang penuh akrab dengan teman sebayanya dan terpukau dengan hal yang menarik. 

Hari ini adalah hari lahir Ir. Soekarno (6 Juni) yang kemudian hari nanti akan menjadi Presiden pertama Republik Indonesia.

Lahir dari pasangan suami istri yang beda pulau (Jawa dan Bali) membuat "keindonesiaan" Soekarno seperti paten sejak lahir. Soekarno berkembang menjadi seorang lelaki yang bisa orasi, memimpin negeri, namun mati dalam kesendirian. Semua orang bisa mengetahui Soekarno adalah seorang presiden, proklamator, dan pahlawan dari berbagai media atau narasumber kesukaan mereka.

Tapi pernahkah kita berpikir bahwa Soekarno di usia muda adalah remaja yang biasa saja dengan segala kenaifan, ingin pacaran, dan bergaul dengan siapa saja ?

Karena jarang dipelajari di tingkat sekolah, pengetahuan akan masa muda Soekarno sangat minim dan rentan cocoklogi. Tapi bukan berarti tidak ada orang yang menyampaikan perilaku Soekarno usia muda. Ada beberapa literatur yang mengungkapkannya agar kita mengetahui dan merasakan bagaimana Soekarno menjalani masa mudanya, serta literatur itu bisa berupa buku biografi hingga novel sejarah.

Beberapa literatur banyak yang bersumber dari Soekarno langsung hingga ada yang dijadikan kisah novel. Namun semuanya jadi penting bila mengalami keterikatan narasi satu sama lain. Dalam hal ini, ada beberapa hal yang cukup menarik untuk diungkit yang bisa saja mengubah pandangan kita mengenai sosok Soekarno yang sering digambarkan dalam buku pelajaran di sekolah.

Pertama, Soekarno sudah pintar sejak usia setara sekolah dasar (ELS) dimana dia bisa menguasai beberapa mata pelajaran yang mengantarnya mudah ke sekolah-sekolah elit di Surabaya. Lulus ELS merupakan satu kesempatan yang langka bagi pribumi karena jejak pendidikannya akan lancar sampai tingkat universitas (Tirto, 2019). Pada pendidikan setara sarjana, Soekarno berkuliah di THS (sekarang Institut Teknologi Bandung) dengan mengambil jurusan teknik sipil.

Kedua, Soekarno muda adalah seorang remaja yang pernah menjadi bucin (budak cinta). Salah satu gadis yang membuatnya larung dalam 'laut asmara' adalah Mien Hessels, siswi HBS yang pernah ia pacari sebelum putus berkat bantuan ayah sang gadis. Bantuan yang dimaksud adalah hinaan bernada rasis dan --banyak literatur yang menyebutkan pula---hal itulah yang membuat pintu asmara untuk noni Belanda menjadi tertutup bagi Soekarno muda.

Ketiga, Soekarno sangat aktif dengan kegiatan kepemudaan macam Jong Java Surabaya. Di sini pun dia tetap mendapat banyak teman dan terlibat dalam pentas-pentas yang diselenggarakan organisasi karena awalnya memang tujuannya adalah melestarikan kebudayaan lokal. Pelestarian kebudayaan tersebut tidak berubah dalam misi Jong Java yang dulu bernama Tri Koro Dharmo (Sugiharti, 2016). Dalam pentas teater, Soekarno sering memainkan peran seorang gadis dan memerankannya dengan sangat baik (jpnn.com, 2019).

Soekarno muda juga merupakan orang yang mudah terpukau, dan terpukaunya ini ditujukan pada bapak kos-nya sendiri, HOS Tjokroaminoto. Priatna (2015) menggambarkan narasi di antara mereka berdua yang bermula dari bincang-bincang mengenai revolusi Perancis hingga berlanjut dengan terlibat mendampingi mas Tjokroaminoto ke berbagai kegiatan Sarekat Islam. 

Soekarno muda begitu terkesima dengan kepintaran ilmu dan kepiawaian dalam orasi, dan menurut Putri (2015) berkat Tjokroaminoto pula lah Soekarno bertransformasi menjadi seorang yang jago berpidato dan rajin menulis untuk surat kabar, terutama untuk harian Oetoesan Hindia.

Pengalaman muda bertransformasi menjadi patokan karakter untuk jenjang usia selanjutnya. Banyak kejadian-kejadian yang relevan dengan karater Soekarno di usia muda. Hal itu tidaklah aneh, karena hal itu membuktikan bahwa Soekarno bukanlah robot siap sedia, melainkan manusia yang karakternya bertumbuh melalui proses yang bernama kehidupan, bahkan sudah dimulai sejak usia muda.

Referensi :

Tirto.id

Jpnn.com

Priatna, H. (2015). Seteru 1 Guru. Bandung: Qonita

Jurnal Mahasiswa UNESA

Jurnal dari UNY

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun