Jika e-book dirasa masih 'berat' untuk dibaca maka cukup membaca artikel atau opini yang diminati atau sedang populer. Itu tidak jadi masalah sebab sudah sesuai dengan pengertian membaca yang sudah saya kutip.Â
Masalah yang ingin diungkit adalah, meskipun akses menuju sumber bacaan sudah 'dipermudah' tetap saja meragukan bahwa minat baca akan meningkat.
Kita ambil contoh dari penelitian terhadap mahasiswa di salah satu kampus negeri di Makasar, Sulawesi Selatan dimana peneliti mencari tahu mengenai tingkat membaca mahasiswa.Â
Dari 110 mahasiswa yang menjadi subjek penelitian, sekitar 6 % dari 110 mahasiswa sering ke Perpustakaan dan 16 % dari 110 mahasiswa sering melaksanakan kegiatan membaca sebagai aktivitas pasca kuliah (Julia dkk., 2020).Â
Sekitar 22% mahasiswa di kampus menghabiskan waktu luang dengan sesuatu yang berhubungan dengan buku dan melakukan kegiatan membaca.
Tingkat membaca di masyarakat menurut Saepudin (2015) bisa dikatakan sudah cukup dilaksanakan dengan baik dan hal tersebut dilihat dari indikator fasilitas baca yang cukup, pemanfaatan sumber bacaan yang semestinya, dan kebiasaan membaca yang biasa dilakukan.Â
Fasilitas membaca menjadi kunci dalam meningkatkan budaya membaca masyarakat karena dapat dijadikan sebagai tujuan tempat untuk mendapatkan kenyamanan dalam membaca, baik itu untuk mencari literatur maupun kondisi yang terjaga agar kegiatan membaca menjadi lebih fokus.Â
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka pemerintah punya peluang untuk mengembangkan fasilitas baca yang ada sesuai dengan keinginan masyarakat serta efektif dapat dijangkau baik dari segi akses dan waktu ketersediaan fasilitas.
Pembiasaan Budaya Membaca menjadi salah satu solusi massal dan struktural yang dapat dijalankan oleh satuan pendidikan.Â
Dari pelaksanaan program di SDN Tengaran, Semarang setiap teknis kegiatan memang terselenggara dengan baik meskipun ada kendala-kendala seperti kurang tertibnya guru dalam mengikuti jadwal pembiasaan hingga minimnya peran orang tua dalam meneruskan teknis ini dalam lingkup keluarga (Sulistyo, 2017).Â
Ternyata dari solusi tersebut tetap memiliki kekurangan dan sedihnya hal tersebut muncul dari insan yang seharusnya bertindak sebagai pembimbing dan motivator dalam mewujudkan budaya membaca di tingkat sekolah.