Mohon tunggu...
Muara Alatas Marbun
Muara Alatas Marbun Mohon Tunggu... Guru - Alumni U Pe' I

Seorang lulusan yang sudah memperoleh pekerjaan dengan cara yang layak, bukan dengan "orang dalem", apalagi dengan "daleman orang"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Dewan, Aku Membela Kertas (1)

18 April 2019   08:55 Diperbarui: 18 April 2019   09:11 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Ya ?"

            "Proteslah, aku tak masalah dengan surat kabar"

            Ekspresi marahnya banting setir, dari arah kertas edaran menjadi kearahku.

Petugas keamanan rapat masuk ke area tempat duduk untuk menenangkan beberapa anggota yang berdiri dan menggoyangkan kertas yang mereka pegang ke arah pimpinan rapat, dan tentunya Limburg. Protes itu memaksa rapat diskor dan beberapa anggota pribumi digiring ke luar rapat. Dan mereka nantinya belum kembali seharian itu.

Memang ada desas-desus dalam Volksraad jika ada anggota yang protes keras maka mereka akan diproses posisinya. Baik itu diskors dari rapat, pembekuan keanggotaan hingga mutasi ke luar jawa. Tapi banyak anggota pribumi disana menyebutnya pengasingan, saking menakutkannya pandangan mereka terhadap perlakuan pemerintah kepada mereka.

Aku aman karena saat itu aku duduk manis saja sambil menatap orang-orang yang marah itu. Tersisa 8 orang Indonesia, seorang tionghoa, dua orang arab --salah satunya campur dengan darah eropa- , bersama 22 orang Belanda, total 33 orang dari 45 orang yang hadir pada saat itu. Skors masih berlanjut dan aku mengasingkan diri dengan minum kopi di luar gedung Volksraad itu.

Emperan warung dengan bangku panjang, dan aku memesan kopi dan penganan lokal disana. Dua orang disana terdapat disana duduk dengan alasan yang sama: bersantai dan bergosip. Hingga akhirnya ada seorang pribumi lusuh mendekat ke sampingku. Dari dialah aku mulai berubah....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun