Mohon tunggu...
Muammar Irsyad Kadir
Muammar Irsyad Kadir Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

(maha) siswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menanamkan Benih Pendidikan Melalui Dongeng Sebelum Tidur

14 Agustus 2018   22:30 Diperbarui: 14 Agustus 2018   23:11 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah merupakan tempat yang menjadi pilihan paling diminati oleh orang tua saat ini, agar dapat membangun karakter dan kecerdasan anaknya.

Bahkan, orang tua berlomba-lomba untuk menyekolahkan anaknya sedini mungkin, dengan memasukkan anaknya ke sekolah usia dini atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Apakah itu salah?

Tentu saja tidak, karena orang tua yang  menyekolahkan anaknya sedini mungkin telah memiliki pertimbangan dan alasan tersendiri. Kesibukan yang dimiliki setiap orang tua membuat mereka tidak memiliki waktu untuk mengajarkan anaknya, atau dikarenakan anaknya tidak memiliki teman di rumah, sehingga orang tua memasukkan anaknya ke sebuah yayasan pendidikan dengan harapan anaknya mempunyai teman bermain yang seusia dengannya.

Hal itu merupakan permasalahan yang dihadapi orang tua saat ini, sehingga mereka memutuskan untuk menyekolahkan anaknya di usia yang sedini mungkin.

Keputusan tersebut tidaklah salah karena sekolah merupakan tempat yang menyediakan fasilitas yang sangat lengkap, seperti tenaga pengajar yang lebih berkompeten untuk mendidik anak-anak.

Namun terkadang tak jarang juga kita menjumpai anak-anak yang tidak mau masuk ke kelas, karena tidak mau berpisah dari orang tua mereka.

Itu merupakan hal yang sangat wajar, karena seorang anak akan merasa aman jika berada di dekat orang tua atau keluarganya.

Ketika anak-anak yang masih berusia dini tersebut dihadapkan dengan situasi tersebut, maka anak-anak yang seharusnya memiliki kehidupan yang menyenangkan, akan dihadapkan dengan konflik yang tak seharusnya mereka hadapi di usia sedini itu.

Bahkan, mungkin saja situasi itu akan membuat anak beranggapan bahwa orang tuanya tidak menyayanginya lagi, dikarenakan orang tua mereka menitipkan mereka ke sebuah tempat yang tidak mereka kenali.

Maka, fungsi sekolah yang seharusnya menjadi tempat membentuk karakter anak, akan dianggap sebagai tempat yang mereka takuti.

Kondisi tersebut merupakan salah satu kondisi yang sering kita jumpai di era kekinian ini.

Oleh karena itu, negara selalu menghimbau orang tua atau keluarga untuk melibatkan diri mereka dalam penyelenggaran pendidikan anak mereka masing-masing.

Hal itu dikarenakan, keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat serta struktur sosial yang paling awal dan sering ditemui oleh anak-anak.

Selain itu, keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak, merupakan suatu tempat yang paling nyaman bagi seorang anak dalam keluarga tersebut. Sehingga negara menghimbau agar setiap keluarga dapat melibatkan diri mereka dalam pendidikan anak-anak yang terdapat di dalam keluarga tersebut.

Oleh karena itu, negara melalui pemerintah membentuk suatu peraturan untuk mendukung sarana pelibatan keluarga dalam pendidikan, melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2017.

Dalam peraturan tersebut dijelaskan secara lebih rinci mengenai tujuan, prinsip, sasaran, dan bahkan terdapat bentuk pelibatan yang dapat dilakukan oleh setiap keluarga agar mereka dapat mengetahui cara melibatkan diri dalam pendidikan anak.

Bentuk pelibatan keluarga yang terdapat di dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2017, dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, salah satunya yaitu menumbuhkan nilai-nilai karakter anak di lingkungan keluarga.

Terdapat berbagai metode yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam menumbuhkan nilai karakter anak, seperti melibatkan anak-anak dalam membersihkan rumah untuk menumbuhkan karakter kepedulian dan sikap gotong royong anak, atau mengajarkan karakter-karakter tertentu secara langsung.

Selain itu, terdapat metode yang sangat sederhana, dan bahkan tidak disadari oleh orang tua saat ini, bahwa metode tersebut dapat menumbuhkan dan membentuk karakter anak mereka, yaitu dengan menggunakan metode mendongeng.

(Sumber: goresanku.com)
(Sumber: goresanku.com)
Dongeng? Bagaimana bisa?

Ya, dongeng yang merupakan sekumpulan cerita-cerita sastra klasik yang terkadang disajikan dengan imajinasi-imajinasi yang bervariasi dapat digunakan sebagai metode di dunia pendidikan saat ini.

Tak hanya itu, dongeng yang saat ini telah mengalami banyak perubahan sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi saat ini, agar konten atau isi cerita dari dongeng tersebut dapat diserap oleh anak-anak dengan mudah. Dongeng dipilih sebagai metode untuk menumbukan nilai-nilai karakter anak dikarenakan berbagai hal, yaitu:

  • Konten Cerita Bervariasi

Dongeng memiliki cerita yang sangat bervariasi, mulai dari kehidupan yang sering kita jumpai sehari-hari, sampai sebuah cerita yang melibatkan imajinasi kita. Konten cerita yang bervariasi membuat anak-anak tidak akan merasa bosan ketika mendengarkan dongeng karena terdapat banyak pilihan cerita.

Hal yang paling penting untuk mendidik seorang anak adalah bagaimana kita dapat membuat anak tersebut tidak merasa bosan, sehingga kita dapat dengan mudah mendidik menanamkan nilai-nilai yang ada disetiap cerita tersebut.

  • Memiliki Nilai Moral

Tak hanya dari segi cerita yang bervariasi, tapi dari setiap dongeng juga memiliki nilai-nilai moral yang terdapat di dalamnya. Salah satu dongeng yang memiliki nilai moral yaitu dongeng "Si Kancil dan Siput", yang menceritakan tentang Kancil yang merasa dirinya akan menang dalam lomba lari karena beranggapan bahwa Siput merupakan hewan yang lamban.

Nilai moral yang terdapat di dalam dongeng tersebut adalah kita tidak boleh sombong dan tetap rendah hati, karena diakhir cerita dongeng tersebut, meskipun kancil yang beranggapan bahwa dia akan menang, tapi malah sebaliknya, siput yang berhasil memenangkan perlombaan tersebut.

Sehingga kita diajarkan untuk tidak sombong, dan tetap rendah hati agar kita tidak meremehkan orang lain. Dengan cerita dongeng tersebut, kita dapat menumbuhkan nilai-nilai karakter anak kita, dengan cara kita menghubungkan kisah-kisah yang ada dalam dongeng tersebut dengan aktivitas sehari-hari kita.

  • Kapanpun, Dongeng Bisa Dibaca

Dongeng yang tidak memerlukan bahan-bahan khusus seperti penggaris, pensil, ataupun mainan, dapat dibaca kapanpun dan dimana saja. Dongeng yang hanya berisikan cerita yang sederhana membuat orang tua dapat membacakan dongeng kepada anak-anaknya kapanpun, baik itu ketika mau tidur, ataupun saat anak-anaknya bermain.

  • Tak Memerlukan Banyak Waktu

Di era kekinian ini, orang tua disibukkan dengan kegiatan mereka masing-masing, seperti pekerjaan rumah, atau pekerjaan kantor. Hal tersebut membuat mereka sulit untuk memiliki waktu bersama dengan anaknya.

Namun, dengan adanya dongeng ini, orang tua tetap dapat memiliki waktu yang sangat berharga dengan anaknya. Hal itu dikarenakan, dongeng tidak perlu menghabiskan waktu satu jam atau bahkan lebih untuk diceritakan, dan dapat diceritakan kapanpun, seperti ketika anak akan tidur, sehingga dapat membantu orang tua memiliki waktu bersama anaknya.

Selain waktu yang digunakan untuk membaca dongeng dapat memperkuat hubungan anak dan orang tua, waktu tersebut juga dapat digunakan untuk menumbuhkan nilai-nilai karakter atau pendidikan kepada anak.

Sehingga terdapat beberapa keuntungan membaca dongeng dari segi waktu, yaitu dapat dimanfaatkan sebagai media komunikasi atau mempererat hubungan orang tua-anak, dan sekaligus dapat menanamkan nilai-nilai moral pada anak.

  • Meningkatkan Imajinasi

Dongeng yang berisikan nilai-nilai moral yang dapat digunakan untuk menumbuhkan karakter anak, juga memiliki manfaat lain, yaitu dapat meningkatkan imajinasi anak.

Hal itu dikarenakan dongeng tersebut menceritakan sebuah kisah yang membutuhkan imajinasi anak sehingga anak tersebut dapat menangkap isi dari cerita tersebut.

Contohnya yaitu dongeng "Si Kancil dan Siput", melalui dongeng tersebut anak diajak untuk memiliki imajinasi atau membayangkan karakter kancil, karakter siput, dan situasi dari setiap kejadian-kejadian tersebut.

Sehingga imajinasi anak dapat berkembang lebih baik. Dengan meningkatkan imajinasi anak, maka dapat membantu untuk mendorong kekuatan dan kecerdasan anak sehingga dapat berperan aktif dalam berpikir secara kreatif.

(Sumber: home.bt.com)
(Sumber: home.bt.com)
Di era kekinian ini, atau lebih dikenal dengan era milenial yang disertai dengan corak digitalisasi yang sangat kental, terkadang membuat kekhawatiran bagi sebagian orang karena akan memberikan dampak negatif.

Bagi orang tua, era kekinian ini yang disertai digitalisasi yang sangat kental, membuat mereka khawatir dengan pertumbuhan anak-anaknya, karena mungkin saja akan membuat anak-anak mereka menjadi salah satu orang-orang yang terkena dampat negatif dari digitalisasi tersebut.

Namun, orang tua harus berpikir lebih cerdas lagi untuk memanfaatkan segala kecanggihan yang muncul di era kekinian ini. Bahkan orang tua dapat memanfaatkan sebuah metode lama yang hampir terbelenggu oleh zaman, kemudian menggabungkannya dengan metode baru di era kekinian ini, yaitu melalui dongeng.

Kini orang tua dapat menyajikan dongeng tersebut dengan variasi yang lebih beragam dengan adanya era digital yang lebih modern ini.

Dulu, dongeng yang dibacakan kepada anak-anak hanya disajikan dengan apa adanya, melalui gambar-gambar yang sederhana.

Kini, dengan adanya era digital, orang tua dapat memanfaatkannya dengan menggali potensi-potensi yang ada di dalamnya, seperti metode dongeng digabungkan dengan kecanggihan digital saat ini.

Sehingga orang tua dapat mencari dongeng yang lebih bervariasi lagi, dengan gambar-gambar yang lebih menarik, atau bahkan saat ini banyak cerita-cerita dongeng yang telah berwujud media gambar bergerak (video / animasi).

Bahkan, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membentuk Sahabat Keluarga dimana membantu keluarga untuk berperan lebih aktif dalam pendidikan anak, salah satunya dengan menyediakan dongeng yang tersedia di situs mereka.  Hal itu membuat orang tua lebih memiliki senjata yang sangat ampuh sehingga dapat dengan mudah untuk mengajak dan mendidik anaknya.

Zaman boleh berubah, metode boleh lebih bervariatif, tapi orang tua tidak boleh takut dengan perkembangan pesat yang terus terjadi, tapi orang tua harus memanfaatkan setiap perkembangan tersebut untuk dapat melibatkan diri mereka dalam pendidikan anak mereka masing-masing. Keluarga merupakan sahabat dan wadah awal untuk memperkenalkan anak kepada hal-hal yang baru, serta wadah untuk mendidik anak-anak agar dapat menjadi anak yang membanggakan keluarga. #sahabatkeluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun