UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) menjadi tulang punggung perekomian di Indonesia, karena jumlahnya yang begitu banyak. Berdasarkan data dari Kementrian Koperasi dan UKM, ada 65 juta UMKM di Indonesia pada tahun 2024. Karena banyaknya UMKM di Indonesia menyebabkan persaingan antar UMKM menjadi ketat. Efisiensi biaya menjadi salah satu penentu UMKM mampu bersaing, serta efesiensi biaya juga mentukan keberlanjutan UMKM dan keuntungan. Karena pada dasarnya, setiap jenis usaha termasuk UMKM memiliki tujuan yang sama yaitu memperoleh keuntungan.
Penilaian persediaan dan laporan laba rugi menjadi elemen yang penting dalam manajemen keuangan UMKM. Karena dapat menetukan efisiensi biaya, sehingga mendapatkan keuntungan yang optimal. Dalam penilaian persediaan dan laporan laba rugi ada 2 metode yang bisa digunakan yaitu metode PBV (Penentuan Biaya Variabel) dan metode PBP (Penentuan Biaya Penuh).
Metode PBV atau variable costing adalah metode penentuan harga pokok produk (HPP) yang hanya memasukan biaya varibelnya saja. Biaya variablel sendiri adalah biaya yang berubah mengikuti volume produksi, meliputi biaya untuk bahan baku, tenaga kerja yang dibayar sesuai jumlah produksi, biaya Listrik, mesin dan lain sebagainya. Artinya jika produk yang diproduksi sedikit maka biaya variabelnya juga sedikit. Sebaliknya, jika jumlah produk yang diprosuksi banyak maka biaya variabelnya juga ikut banyak.
Metode PBV memiliki keunggulan dalam membantu UMKM dalam pengelolaan biaya, sehingga dapat memperoleh keuntungan yang maksimal. Metode PBV merupakan metode yang mudah diterapkan. Dengan metode PBV UMKM dipermudah dalam menetukan keuntungan tiap produk. Karena metode PBV hanya berfokus pada biaya variabel saja. Metode PBV bagus untuk penentuan keputusan jangka pendek, seperti keputusan untuk penentuan diskon. Karena UMKM dapat menentukan potongan harga, tetapi tidak lebih rendah dari biaya produksi.
Metode PBP (Penentuan Biaya Penuh) atau full costing adalah metode untuk memnentukan harga pokok produk (HPP) dengan memperhitungkan seluruh biaya produksi, baik itu biaya variabel maupun tetap. Biaya tetap sendiri adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh banyaknya produk yang diproduksi. Contoh dari biaya tetap antara lain sewa tempat, penyusutan, gaji manajerial, dan lain sebagainya.Â
Metode PBP memiliki keunggulan yang dapat membantu UMKM dalam mengelola keseluruhan biaya produk. Metode PBP memberikan gambaran total biaya secara keseluruhan, mencakup biaya tetap, serta biaya variabel. Metode PBP cocok untuk perencanaan jangka panjang, karena metode PBP memastikan semua biaya tertutupi, sehingga UMKM dapat terus berjalan tanpa merugi dalam jangka panjang.
Langkah-langkah menggunakna metode PBV adalah sebagai berikut;
- Identifikasi biaya varibelnya
- HItung total biaya variabel per unitnya
- Hitung persediaan berdasarkan biaya variabelnya
- Susun laporan laba ruginya
Sedangkan langkah-langkah menggunakan metode PBP adalah sebagai berikut;
- Identifikasi biaya tetap dan variabelnya
- Hitung total biaya produksinya
- Nilai persediaan berdasrkan biaya penuh
- Susun laporan laba ruginya
Untuk mempermudah memahami metode kemudian menerapkan metode PBV dan PBP ada contoh penerapan metode PBV dan PBP untuk penilaian persediaan dan laporan laba rugi pada salah satu UMKM yang memproduksi lilin aromaterapi,sebut saja UMKM Aroma.
Pada bulain ini UMKM Aroma telah memproduksi 20.000 unit, dengan sisa lilin bulan lalu sebanyak 500 unit. Sedangkan jumlah unit yang terjual adalah sebanyak 18.000 unit. Sedangkan harga untuk satu unit lilin aroma terapi adalah Rp15.000.
Bahan-bahan yang diperlukan antara lain Stearic acid (olahan minyak sawit), sumbu, pewangi, gelas, pewarna, gas, dan buble wrap. Sedangkan tenaga kerja dibutuhkan untuk peleburan  pencetakan, dan pengemasan. Sedangkan terdapat juga biaya lainnya antara lain biaya penyusutan kompor dan dandang. Ada juga biaya untuk pemasaran dan admin, yang terdiri dari jaji pemasaran admin serta biaya untuk iklan. Dengan rincian biayanya adalah sebagai berikut;
Bahan baku langsung variabel
- Stearic acid (olahan minyak sawit) = Rp1.666
- Sumbu = Rp2.000
- Pewangi = Rp3.000
  Total = Rp6.666
Biaya Tenaga Kerja langsungÂ
- Upah tenaga peleburan = Rp75
- Upah tenaga pencetakan = Rp75
Total = Rp150
Biaya Overhead Pabrik variabel
Bahan penolong
- Gelas = Rp1.500
- Pewarna = Rp300
- Pewangi = Rp12,5
- Buble wrap = Rp900
Biaya BTKTL variabel :
- Upah tenaga pengemasan = Rp150
Total = Rp2.887,5
BOP tetap
 Biaya depresiasi :
- Kompor 2 unit = Rp16.666 per bulan
- Dandang 2 unit = Rp7.500 per bulan
Total = Rp24.166 per bulan
Pemasaran dan administrasi variabel
- Iklan online unk per unit = Rp20
Pemasaran dan administrasi tetap
- Gaji marketing, admin = Rp3.000.000 Per bulan
Jadi berdasarkan informasi tersebut dapat dilakukan penyusunan data biaya produk lilin aromaterapi sebagai berikut:
Data Biaya Produk Lilin Aroma
Jumlah unit persediaan awal
Jumlah unit produksi
Jumlah unit dijual (harga jual Rp 15.000 per unit)
Biaya variable per unit ;
BB
BTKL
BOP Variabel
Biaya marketing dan admin variabel
Biaya tetap ;
BOP tetap
Biaya marketing admin tetap
500 Unit
20.000 Unit
18.000 Unit
Rp 6.666
Rp 150
Rp 2.887,5
Rp 20
Rp 324.166
Rp. 3.000.000
Penilaian Persediaan
Perhitungan biaya per unit persediaan untuk kedua metode.
Keterangan
PBV
PBP
BB
Rp 6.666
Rp 6.666
BTKL
Rp 150
Rp 150
BOP Variabel
Rp 2.887,5
Rp 2.887,5
BOP Tetap = Rp324.166/20.000 Unit
Rp 16,2
Biaya per Unit
Rp 9.703,5
Rp 9.719,7
Persediaan awal
Jumlah unit yang diproduksi
(-) Jumlah unit terjual
Jumlah persediaan akhir
500 Â Unit
20.000 UnitÂ
20.500 Unit
18.000 UnitÂ
2.500 Unit
Metode PBV
Biaya persediaan akhir (2.500 unit x Rp9.703,5) = Rp24.258.750
Metode PBP
Biaya persediaan akhir (2.500 unit x Rp9.719,7) = Rp24.299.250
Laporan Laba Rugi Metode Penentuan Biaya Variabel (PBV)
Penjualan (Rp 15.000 x 18.000 unit)
Rp 270.000.000
(-) Biaya tetap total
Harga pokok penjualan variabel
(Rp 9.703,5 x 18.000 unit) =
Rp174.663.000
Biaya marketing & admin variabel (Rp20 x 18.000 unit) =
Rp360.000
Â
Total Biaya
Rp.175.023.000-
Margin Kontribusi Total
Â
Rp94.997.000
(-) Biaya Variabel Total
BOP Tetap =
Rp 324.166
Biaya Marketing Admin Tetap =
Rp 3.000.000
Â
Total Biaya
Rp 3.324.166-
Laba Operasi
Â
Rp. 91.652.834
Laporan Laba Rugi Metode Penentuan Biaya Penuh (PBP)
Penjualan (Rp 15.000 x 18.000 unit)
Rp 270.000.000
(-)Harga pokok penjualan variabel
(Rp 9.703,5 x 18.000 unit) =
 Â
Rp175.954.000
Laba Kotor
Â
Rp90.045.000
Â
Biaya marketing & admin
Rp 3.000.000 + (Rp20 x 18.000 unit) =
Rp3.360.000
Laba Operasi
Â
Rp. 91.685.400
Jadi dari perhitungan yang telah dilakukan biaya per unit lilin jika mengguankan metode PBV adalah Rp 9.703,5 per unit, sedangkan bila mengguankan metode PBP adalah Rp 9.719,7. Lalu UMKM Aroma menjual lilin aroma terapi sebanyak 18.000 unit dari unit yang diproduksi sebanyak 20.000, dan persediaan awal sebanyak 500 unit. Sehingga jumlah laba operasi dari metode PBV laba operasinya sebesar Rp91.652.834, sedangkan pada metode PBP laba operasinya sebesar Rp91.685.400.
Setelah diketahui biaya produksinya maka UMKM Aroma dapat dapat menetapkan harga jual yang sesuai. Selain itu UMKM juga dapat memberikan diskon namun tetap memperoleh keuntungan. Diskon ini dapat meningkatkan jumlah penjualan dan memperoleh keuntungan lebih. Selain itu juga dapat melakukan efisiensi dengan menentukan bahan produksi sesuai kebutuhan. fokus pada produk yang memberikan laba yang besar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI