Paulo Freire, Politik Pendidikan: Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, Pustaka Pelajar bekerja sama dengan REaD (Research, Education and Dialogue), Yogyakarta, September 1999.
Miguel Escobar, dkk (Ed), Dialog Bareng Paulo Freire: Sekolah, Kapitalisme yang Licik, LKiS, Yogyakarta, Januari 2000, Halaman 32.
Dalam kepustakaan ekonomi, anak didik atau manusia terpelajar (lulusan sebuah lembaga pendidikan atau sekolah) disebut dengan istilah “earning-assets” dari proses produksi, jadi merupakan faktor produksi yang berfungsi instrumental. Tidak kurang dari “fons et erigo”nya ilmu ekonomi modern, yakni buku “ The Wealth of Nation” dari Adam Smith yang menyatakan: “…an education man is sort of expensive machines, my be compared to one of those expensive machine…”. Adalah Alfred Marshall yang kemudian memberi aktifkan tambahan penjelasan yang lebih baik, bahwa:”…the first point to which we have to direct out attention is the fact that human agents of production are not bought and sold as machinery and other material agents of production are the worker sells his work, but the himself remains his own property: those who bear the expenses or rearing and educating him receive but very little of price that is paid for his service in later gears…”(lihat: Mark Blang, An Introduction to the Economics of Education, Penguin London, 1976).
Istilah ini berasal dari ahli psikoanalisa kontemporer Erich Fromm. “Nekrofili” adalah rasa kecintaan pada segala yang tidak memiliki jiwa kehidupan. “Biofili” sebaliknya adalah kecintaan pada segala yang memiliki jiwa kehidupan, yang maknawiah (Lihat Erich Fromm, The Heart of Man, Routledge & Keegan, New York, 1996).
Freire menggunakan suatu istilah yang unik, yakni “guru yang murid” (teacher-pupil) dan “murid yang guru” (pupil-teacher), yang pada dasarnya sekedar menegaskan bahwa baik guru maupun murid memiliki potensi pengetahuan, penghayatan dan pengalamannya sendiri-sendiri terhadap obyek realitas yang mereka pelajari, sehingga bisa saja pada suatu saat murid menyajikan pengetahuan, penghayatan, dan pengalamannya tersebut sebagai suatu “insight” bagi sang guru, seperti yang secara klasik menjadi tugas sang guru selama ini.
William A. Smith, Conscientizacao, Tujuan Pendidikan Paulo Freire, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, November 2001.
Mansour Fakih, Pendidikan Populer Membangun Kesadaran Kritis, Read Book, Yogyakarta, 2001, Halaman 23-24.
Istilah ini berasal dari Erich Fromm, salah seorang anggota terkemuka “Sosiologi Kritis” (Sekolah Frankfurt) yang sering dikutip oleh Freire, di samping Herber Marcuse, “nabi”nya gerakan Kiri Baru (New-Left) tahun 60-an (lihat Erich Fromm, Escape from Freedom, Avon Books, New York, 1941).
Penyadaran (conscientization, conscientizacao), menurut perumusan Freire adalah: “belajar memahami pertentangan-pertentangan sosial ekonomi serta mengambil tindakan untuk melawan unsur-unsur yang menindas dari suatu pertentangan itu”.
Freire mengutip pengertian filosofis ini dari Karl Jaspers, dan dengan mengutip pokok-pokok pemikiran filsuf eksistensialis lainnya, Jean-Paul Sartre, Freire tiba pada kesimpulan bahwa inti dari kesadaran manusia adalah intensionalitas pengalaman akan relaitas (keterlibatan penuh dan sadar dalam suatu proses).
Menurut Antonio Gramsci, Negara adalah representasi dari kelas yang berkuasa. Lihat juga V.I. Lenin, Negara terbentuk akibat tidak terdamaikannya pertentangan kelas.