Mohon tunggu...
Mual P Situmeang
Mual P Situmeang Mohon Tunggu... Relawan - Pekerja Sosial

Spesialis Pelibatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelajaran di Rumah Duka

20 Mei 2024   12:00 Diperbarui: 27 Mei 2024   18:48 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa duka sebenarnya merupakan kejadian rutin yang setiap saat  kita mendengar beritanya dan menghadirinya.

Masing-masing pribadi memiliki pandangan dan keyakinan berbeda menghadapi acara kedukaan atau kematian, baik yang terjadi didalam keluarga maupun diluar keluarga.

Namun ada pengalaman berguna yang hampir sama dirasakan oleh setiap orang ketika menghadiri peristiwa kematian di rumah duka - entah yang disemayamkan dirumah ataupun ditempat atau gedung khusus seperti di rumah sakit dan rumah duka.

Hal yang biasa dirasakan pelayat adalah perasaan kelelahan. Ada stress atau tekanan mental apalagi mereka memiliki kedekatan atau hubungan erat dengan Jenazah yang sedang dilayat keluarga, kerabat dan teman-temannya. 

www.tribunnews.com
www.tribunnews.com
Suasana sendu dan pilu seperti virus yang mengeringkan semangat setiap orang yang datang memberikan penghormatan terakhir kepada jasad orang yang kita kasihi.   

Tentulah perasaan simpati mendalam kepada keluarga yang ditinggalkannya kita sampaikan dengan hati yang penuh perasaan juga. Kadangkala emosi pecah tak terkendali dari mereka yang memilki kesan dan relasi mendalam kepada keluarga saat berkata-kata.

Momen spontan seperti ini juga mempengaruhi orang-orang disekitarnya karena dapat menambah 'beban' emosi yang sudah ada.

Namun ada juga mereka yang berusaha mengendalikan emosi kesedihan dan berusaha tegar menghalau kegalauan hatinya. Inipun membutuhkan energi yang besar untuk menekan atau menyimpannya.

Kadangkala perasaan duka semakin berat oleh kekhawatiran yang muncul dalam pikiran para pelayat ketika mereka melihat anak-anak yang masih kecil tetapi sudah ditinggalkan almarhum ayahanda atau almarhumah bundanya.

dokpri
dokpri
Di rumah duka ada banyak percakapan dan ungkapan seputar peristiwa kedukaan yang sesungguhnya menguras emosi. Seolah energi besar keluar dari dalam diri untuk bersedih, bersimpati, berpikir, berefleksi, menghibur dan menguatkan sesama yang sedang berduka.

Namun demikian disisi lain ada manfaat atau faedah yang selalu terucapkan secara langsung maupun tak langsung dalam percakapkan mereka di rumah duka yaitu tumbuhnya kesadaran mendalam seorang manusia akan realita berakhirnya suatu kehidupan.

Peringatan akan ketidakberdayaan manusia sekaligus adanya Kekuasaan Besar diluar kekuatan manusia yaitu kemutlakan akan kematian itu sendiri. Manusia pasti mati.

Tak terelakkan giliranku akan datang juga....

Inilah pelajaran berharga dalam rumah duka dimana manusia seolah 'dipaksa' untuk berpikir ketika melihat realita kematian.

Kata bijak kuno berbunyi:


Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun