Mohon tunggu...
Mual P Situmeang
Mual P Situmeang Mohon Tunggu... Relawan - Pekerja Sosial

Spesialis Pelibatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Membantu Anak Menghadapi Kematian Orangtuanya

10 Mei 2024   13:30 Diperbarui: 11 Mei 2024   11:02 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kematian orangtua apakah seorang ayah atau ibu bagi anak-anak sulit untuk mengerti dan menyikapinya. Apalagi mereka yang masih berusia pra sekolah disaat kemampuan berpikir dan bahasanya sedang bertumbuh pesat.

Mereka belum memiliki pengetahuan dan konsep kematian serta memaknainya sebagai siklus kehidupan seperti umumnya orang dewasa.  Anak-anak polos dan lugu menjalani sebuah peristiwa baik suka dan duka. Kosumsi psikologisnya dipenuhi dengan perhatian, kepedulian, cinta dan kasih sayang orangtua dan keluarganya. Dunia mereka penuh dengan keceriaan, kejutan pengalaman baru, sentuhan kasih sayang, perhatian dan kepedulian orangtuanya, adik/abang dan dari lingkungan keluarga besarnya. 

Dokpri
Dokpri
Di saat salah satu orangtuanya meninggal mereka tidak menyadari bahwa peristiwa ini adalah sebuah perpisahan abadi secara fisik.   Mereka belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi dalam keluarga ketika papa/mamanya terbujur kaku. 

Walaupun kadang kala kita menyaksikan seorang anak menangis ditengah kedukaaan, hal tersebut tidaklah berarti mereka sedang merasakan perpisahan. Mereka belum dapat memahami konsekuensi kematian yaitu terputusnya relasi oleh seorang yang dikasihinya. Sang ayah atau ibu pergi untuk selama lamanya secara fisik.  Tidak akan ada lagi senda gurau dan cengkerama keluarga bersamanya. Mereka belum mampu menghayati sebab akibat terputusnya relasi baik fisik maupun psikis. 

Peristiwa kematian berdimensi psikis yang mengakibatkan goncangan kejiwaaan dan depresi. Para psikolog menjabarkan berbagai tahapan saat mengalami kepedihan dan juga mekanisme mengatasinya mulai dari penyangkalan, kemarahan, penawaran, serta penerimaan. 

Sedangkan bagi anak-anak yang terlihat menangis mereka lebih banyak dipengaruh oleh orang disekitarnya yang sedih dan menangis. Seringkali mereka memperhatikan dan meniru anggota keluarga yang sedang meratapi mayat orangtuanya.

theconfidenceclinic.ie
theconfidenceclinic.ie

Tidak jarang anak-anak bersikap sebaliknya yaitu ceria dan penuh canda ditengah suasana duka akibat dari kehadiran teman-teman sebayanya. Seperti teman sekolah, saudara, dan tetangganya yang menjadi sahabat. 

Untuk anak kelas 1 SD atau sebayanya mereka belum mampu memahami peristiwa duka seperti kematian papa atau mamanya.   Mereka tetap berperilaku seperti kejadian sehari-hari yang penuh dengan keceriaan saat kedukaan keluarga.

Teman sebaya merupakan pendamping ideal anak-anak melewati masa duka. Keterlibatan mereka dirumah duka membawa suasana tekanan duka dan sendu menjadi lebih rileks bagi anak-anak.  Mereka dapat segera menyatu dengan keceriaan dan kegembiraan teman-teman sebayanya. Sekalipun banyak orang dewasa berpandangan keliru terhadap sikap anak-anak dimasa duka.  Bahkan tidak jarang mereka memberikan penjelasan abstrak tentang kematian dan tidak dipahami anak-anak 

Oleh karena itu pendampingan teman sebaya dapat membantu mereka melewati suasana duka yang mereka hadapi. Paling tidak anak dapat terlibat dalam kedukaan keluarga dengan lebih rileks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun