Mohon tunggu...
Mual P Situmeang
Mual P Situmeang Mohon Tunggu... Relawan - Pekerja Sosial

Spesialis Pelibatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Karakter Mengubah Kebobrokkan Manusia? #1

28 Juni 2022   18:00 Diperbarui: 28 Juni 2022   21:14 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Foto istockphoto.com)
(Foto istockphoto.com)
Bahkan keluarga rohaniwan atau pemuka agama yang baik sekalipun tidak akan dapat menghilangkan sifat buruk tersebut. Ia tetap melekat dalam diri anaknya sekalipun dengan pendidikan dan lingkungan agamis. Negara yang mengutamakan agama tidak lebih baik moralitasnya dengan Negara sekuler. Penyakit korupsi akut menjadi momok di Indonesia disegala lapisan. Bahkan dilembaga yang mengurusi agamapun tidak steril dari kejahatan tersebut.

Ilustrasi virus dosa (Foto emedicinehealth.com)
Ilustrasi virus dosa (Foto emedicinehealth.com)
Tahapan perkembangan benih moralitas yang sakit

Para orangtua sangat memperhatikan bagaimana sifat-sifat tersebut sudah muncul pada anak mereka. Misalnya kemampuan manipulatif saat fase pertumbuhan balita. Dimulai dari sebuah kehidupan polos seorang anak hingga menuju remaja dan dewasa. Secara alamiah mereka mampu mengakali orangtua dalam bentuk halus atau kasar, berpura-pura taat agar tidak kena marah, menutupi kesalahan, melanggar aturan secara sembunyi dari hal sepele hingga besar.

Sifat buruk mereka semakin kompleks setelah berbaur dengan lingkungan yang lebih luas lagi mulai di sekolah, pergaulan umum dan kegiatan masyarakat yang lebih bervariasi dan rumit.

Akhirnya tampilah sosok pejabat yang korup dan tokoh yang tidak berintegritas. Pemimpin yang suka cari kambing hitam. Tokoh Politik yang asbun memanipulasi rakyat dan masyarakat yang lugu. Pekerja yang tak bertanggung jawab dan warga yang selalu membuat onar lingkungan. Koruptor kelas teri hingga kakap. Dari disetiap lapisan masyarakat.

Bagaimana mengatasinya

Indonesia adalah negara yang miskin dengan keteladanan pemimpin dan orang-orang yang memiliki karakter baik untuk ditiru. Mohamad Hatta, Agus Salim, M. Natsir,  Hoegeng, Baharudin Lopa adalah segelintir tokoh berintegritas tinggi bagi bangsa dan negara.

Realita tersebut sangatlah menyulitkan tumbuhnya karakter baik apalagi ditengah budaya dan lingkungan yang sangat populis dan oportunitis. Semua ingin tampil dipermukaan dan membangun citra baik tanpa contoh hidup jujur atau berkarakter yang konsisten dan terbukti ditengah masyarakat.

Lalu apa yang menjadi jalan keluar permasalahan moralitas ini? Mungkinkah sesama manusia yang memiliki keberadaan berdosa mengatasinya?  Sanggupkah   manusia yang bermoral tinggi mengatasinya atau dibutuhkan intervensi diatas manusia?  

Bersambung ke bagian ke #2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun