Mohon tunggu...
Mual P Situmeang
Mual P Situmeang Mohon Tunggu... Relawan - Pekerja Sosial

Spesialis Pelibatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Karakter Mengubah Kebobrokkan Manusia? #1

28 Juni 2022   18:00 Diperbarui: 28 Juni 2022   21:14 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia dan moralitasnya

Di sepanjang peradaban manusia selalu ada anak manusia yang berpotensi merusak dan mengganggu kesejahteraan dan kedamaian dunia. Sejarah dunia banyak mencatat ragam tragedi kemanusiaan akibat perilaku buruk manusia. Baik dalam skala kecil disebuah kelompok masyarakat maupun pada skala besar yaitu dalam sebuah bangsa bahkan antar bangsa. Suatu fakta tak terbantahkan bahwa disetiap kelahiran seorang anak manusia dibumi ini kehadirannya tak lepas dari sifat jahat bawaan atau kebobrokan moral pada dirinya.

Ada semacam benih moral yang sudah terkontaminasi oleh kejahatan diwariskan sejak awal kehidupan anak manusia. Ia bak virus yang menginfeksi moralitas manusia hingga dirinya menjadi tercemar dan sakit. Wujudnya muncul dalam motivasi dan perilaku jahat yang merugikan bahkan membahayakan kehidupan orang lain. Dalam narasi keagamaan disebut sebagai dosa. Sesuatu kejahatan yang merusak dan harus dihindari. Ia seperti akar segala keburukan yang dapat bertumbuh dan menghancurkan kehidupan manusia. Apapun yang dihasilkannya menggerogoti diri dan juga orang lain.

Tarik menarik (Foto campaignasia.com)
Tarik menarik (Foto campaignasia.com)
Akibatnya manusia memiliki kecenderungan hati yang kuat berbuat jahat. Ia bahkan seperti memiliki kehendaknya sendiri yang selalu bertentangan dengan nilai moral. Suaranya begitu keras didalam bathin. Saat kita ingin berbuat baik justru haĺ jahat yang dilakukannya. Kejahatan yang berwujud tindakan maupun yang tak kasat mata seperti motif jahat. Misalnya berbuat 'baik' untuk pencitraan diri atau popularitas yang sama dengan kejahatan manipulatif. Tidak jujur dan kebaikan palsu untuk keuntungan dirinya. Perbuatan baik dengan pamrih atau berharap balasan. Suatu kejahatan yang nampaknya halus dan tersembunyi. Jauh dari moralitas kebaikan yang tulus ikhlas. Hati manusia dilumuri berbagai kepalsuan tetapi juga ada suara sayup ketulusan. Seolah timbul tarik-menarik antara dua kutub magnet yang berbeda. Mereka berperang didalam diri manusia. 

Rumit (Foto genius.com)
Rumit (Foto genius.com)
Kejahatan manusia sangat kompleks dan tak terselami oleh manusia itu sendiri karena tidak mungkin orang sakit dapat menyelami penyakitnya apalagi mengobati penyakitnya. Ibarat bagian punggung kita yang tidak dapat kita lihat oleh diri sendiri. Dibutuhkan penglihatan khusus yaitu intervensi ilahi yang melampaui kekuatan manusia dan mampu menunjukkan dosa serta jalan keluarnya. Seorang dokter atau tabib penyakit hati adalah kebutuhan dunia ini. Tetapi bukan berasal dari seorang berdosa melainkan manusia sempurna tanpa dosa melampaui manusia pertama Adam.

Tindakan kejahatan manusia saat ini tidak seprimitif peradaban jaman purba yang lebih banyak merusak manusia secara fisik misalnya melukai dan membunuh. Tetapi saat ini jenis memfitnah, membenci, menghina, menghianati dan membunuh karakter orang lain adalah fenomena kejahatan yang semakin luas dan intens.

Selain itu kejahatannya tidak hanya terhadap sesama mahluk manusia saja melainkan juga kepada lingkungan. Bumi dan isinya dijarah dan dirusak oleh ketamakan manusia. Tatanan bumi yang indah, harmonis, dan melimpah sumber penopang kehidupan penghuninya menjadi hancur. Bumi seakan marah dan menimbulkan bencana serta tragedi penderitaan umat manusia.

(Foto openoureyeslord.com)
(Foto openoureyeslord.com)
Dari mana asal muasal sifat itu

Sampai saat ini belum ada penjelasan atau narasi ilmiah yang bisa menjadi pedoman atau panduan berkaitan dengan moralitas manusia. Hanya narasi agama yang memiliki berbagai sumber acuan yang diyakininya sebagai petunjuk otentik dan juga berbasis sejarah yang obyektif. Adalah kisah manusia pertama Adam yang terperangkap oleh Iblis bapa kejahatan. Atas pertimbangan dan kehendak bebasnya sendiri manusia pertama merasa tawaran Iblis sangat istimewa yaitu ia dapat mengetahui hal baik dan buruk seperti Pencipta. Akibatnya manusia tergiur dan melanggar aturan Pencipta. Konsekuensinya manusia harus mengalami kematian akibat dosa.

Semua agama menganjurkan agar umatnya menjauhkan dosa dan mengatasinya dengan ajarannya masing-masing. Menumbuhkan moralitas yang baik kepada umatnya.

Namun persoalan dosa atau kejahatan tidak pernah semakin berkurang dan hilang dalam kehidupan manusia di bawah langit ini. Seberapa tinggi dan hebatnya lingkungan moralitas ditengah keluarga ketika melahirkan anak dan mendidiknya tetap saja ada sifat buruk anak yang muncul dan tak terduga. Sifat buruk yang mungkin kadarnya berbeda disetiap individu.

(Foto istockphoto.com)
(Foto istockphoto.com)
Bahkan keluarga rohaniwan atau pemuka agama yang baik sekalipun tidak akan dapat menghilangkan sifat buruk tersebut. Ia tetap melekat dalam diri anaknya sekalipun dengan pendidikan dan lingkungan agamis. Negara yang mengutamakan agama tidak lebih baik moralitasnya dengan Negara sekuler. Penyakit korupsi akut menjadi momok di Indonesia disegala lapisan. Bahkan dilembaga yang mengurusi agamapun tidak steril dari kejahatan tersebut.

Ilustrasi virus dosa (Foto emedicinehealth.com)
Ilustrasi virus dosa (Foto emedicinehealth.com)
Tahapan perkembangan benih moralitas yang sakit

Para orangtua sangat memperhatikan bagaimana sifat-sifat tersebut sudah muncul pada anak mereka. Misalnya kemampuan manipulatif saat fase pertumbuhan balita. Dimulai dari sebuah kehidupan polos seorang anak hingga menuju remaja dan dewasa. Secara alamiah mereka mampu mengakali orangtua dalam bentuk halus atau kasar, berpura-pura taat agar tidak kena marah, menutupi kesalahan, melanggar aturan secara sembunyi dari hal sepele hingga besar.

Sifat buruk mereka semakin kompleks setelah berbaur dengan lingkungan yang lebih luas lagi mulai di sekolah, pergaulan umum dan kegiatan masyarakat yang lebih bervariasi dan rumit.

Akhirnya tampilah sosok pejabat yang korup dan tokoh yang tidak berintegritas. Pemimpin yang suka cari kambing hitam. Tokoh Politik yang asbun memanipulasi rakyat dan masyarakat yang lugu. Pekerja yang tak bertanggung jawab dan warga yang selalu membuat onar lingkungan. Koruptor kelas teri hingga kakap. Dari disetiap lapisan masyarakat.

Bagaimana mengatasinya

Indonesia adalah negara yang miskin dengan keteladanan pemimpin dan orang-orang yang memiliki karakter baik untuk ditiru. Mohamad Hatta, Agus Salim, M. Natsir,  Hoegeng, Baharudin Lopa adalah segelintir tokoh berintegritas tinggi bagi bangsa dan negara.

Realita tersebut sangatlah menyulitkan tumbuhnya karakter baik apalagi ditengah budaya dan lingkungan yang sangat populis dan oportunitis. Semua ingin tampil dipermukaan dan membangun citra baik tanpa contoh hidup jujur atau berkarakter yang konsisten dan terbukti ditengah masyarakat.

Lalu apa yang menjadi jalan keluar permasalahan moralitas ini? Mungkinkah sesama manusia yang memiliki keberadaan berdosa mengatasinya?  Sanggupkah   manusia yang bermoral tinggi mengatasinya atau dibutuhkan intervensi diatas manusia?  

Bersambung ke bagian ke #2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun