Pencobaan kedua adalah stimulus dari luar.  Penyajian sensasional dan bombastis media yang langsung menyentuh indera penggiat media sosial menimbulkan dorongan penasaran curiositiy dan juga rasa senang, marah, sakit, kesal dihati.  Membuat mereka dibawah sadar terperangkap dalam cara berpikir dan pandangan pengirim konten. Hal ini sebenarnya bagian dari sikap diri sendiri terhadap kehadiran sebuah pernyataan atau info di media.Â
Tetapi ini sering menjadi sumber keramaian reaksi di media. Timbul pernyataan saling berargumentasi dan tidak sedikit yang menyampaikan reaksi negatif dan kasar bahkan hujatan. Â Bagi remaja atau pemuda termasuk juga sebagian kecil kelompok dewasa emosinya sangat mudah tersulut dan segera reaktif bukan proaktif. Â Pencobaan ini memang tidak mudah diatasi hanya dengan pertimbangan rasional bijak bermedia a.l:
1. Apakah info sesuai dengan kebutuhan dan tujuan keperluan saya/penerima info? (menentukan info yang penting dan relevan)
2. Apakah sumber info dan konten berasal dari sumber terpercaya? (dari institusi/lembaga resmi, sumber yang kompeten dan berotoritas)
3. Apakah info berupa sebuah opini atau fakta? Â (mengandung penilaian, atau netral mendeskripsikan aktual data dan fakta, konsisten dengan sumber resmi lainnya)
4. Apakah info bermanfaat bagi diri sendiri dan sesama? Â (ada nilai moral kemanusiaan menghargai dan menghormati)
Screening bijak inipun bukan menjamin dapat mengatasi pencobaan medsos. Â Minimal dapat mengingatkan saya tidak ikut kelompok yang reaktif tetapi secara proaktif bisa melihat medsos hanyalah media atau alat netral saja. Â Ia seperti pisau dapat melukai orang tetapi juga alat yang bisa mengoperasi usus buntu menyembuhkan ditangan ahli bedah. Â Jadi kitalah sebagai subyek yang menentukan dan mengendalikan obyek medsos. Â Mari bermedsos dengan bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H