"Demokrasi hanya berjalan kalau disertai rasa tanggung jawab. Tidak ada demokrasi tanpa tanggung jawab. Dan, demokrasi yang melewati batasnya dan meluap menjadi anarki akan menemui ajalnya dan digantikan sementara waktu oleh diktator." - bung Hatta
Pilkades, Proses Demokrasi di Tingkatan Paling kecil dengan Potensi Gesekan yang Besar.
Jika membandingkan politik kancah nasional dengan pedesaan jelas sangatlah berbeda. Tentu bagi saya lebih menarik politik pedesaan. Mengapa demikian? Karena jumlah lingkup pemilih yang kecil membuat politik pedesaan sangat terasa secara langsung bagi masyarakat. Oleh sebab itu, obrolan-obrolan di tongkrongan dengan tetangga pun mesti berhati-hati. Jangan sampai menyakiti dan menyinggung calon kepala desa pilihan hati tetangga.
Bagi saya, dunia perpolitikan kelas pedesaan merupakan kontestasi politik yang sesungguhnya. Sebab, antara calon dan pemilih bersentuhan secara langsung. Bahkan tidak-tanduk calon itupun sudah dikenali oleh pemilih (masyarakat) dengan baik. Bisa dikatakan bahwa demokrasi sebetulnya ada di desa. Aroma pemilu pun sangat terasa jika Pilkades akan berlangsung.
Perhelatan akbar dalam rangka memperebutkan kursi Kepala Desa adalah salah satu wahana pembelajaran politik bagi warga desa. Seyogyanya, setiap calon dan Timses memberikan sentuhan-sentuhan politik yang mengedukasi warga. Tentu saja edukasi politik yang mengarah para hal posisif dan baguna bagi masyarakat desa secara keseluruhan.
Makanya, tidak main-main, Jika penanganan yang salah terhadap Pilkades ini akan berakibat buruk, ekses sosial yang tinggi, cemoohan, gesekan yang besar; konflik berkepanjangan, bahkan sampai ke tingkat fisik pun telah menjadi lumrah bahkan sesudah Pilkades.
Partisipasi Generasi Muda Desa
Potensi Generasi muda desa tidak boleh dipandang sebelah mata, karena tidak sedikit pemimpin bangsa lahir menjadi anak desa, di desalah mereka diperkenalkan moral Indonesia yang sesunguhnya. Dimana masih sangat hidup arti kesederhanaan, kebersamaan, gotong royong, tenggang rasa, saling menghargai satu sama lain.
Pemuda adalah masa depan, Generasi muda adalah bagian masyarakat yang potensial dalam membangun suatu perubahan. Sejarah membuktikan bahwa kehadiran dari Gerakan yang diprakarsai oleh golongan muda, sangat efektif dalam melawan status quo negatif serta berbagai kemandekan yang terjadi pada masyarakat atau bangsa tertentu.
Sudah saatnya Generasi muda ambil bagian dalam perhelatan demokrasi Desa, ambil peranan yang penting dalam menentukan arah masa depan desa. muda adalah potensi. Bonus demografi harus bermula di desa. tentu dengan kolaburasi positif antara generasi anom dan sepuh. yang selama ini belum terbagun, sebab berbagai benteng yang menghalangi.
Membangun kolaburasi
Tidak dapat dipungkiri permasalahan dapat timbul dari para sepuh di desa yang mungkin adanya salah penerimaan cita-cita pemuda desa. Selain itu, kultur desa yang masih membatasi dengan perasaan pekewuh jika berseberangan dengan sesepuh desa membuat pemuda desa enggan untuk ikut berpartisipasi membangun desa.
Butuh keberanian dan percaya diri memang, untuk berkomunikasi langsung dengan para sepuh yang syarat pengalaman. Pun juga generasi sepuh, harus bersabar dan menurunkan ego menghadapi anak muda hari ini. Sehingga kerja sama kolaburatif antara anak muda yang punya tenaga dan kekuatan, dan orang tua yang punya pengalaman dan kebijaksanaan/terciptanya kekuatan konseptor dan eksekutor yang efektif.
Generasi muda memiliki potensi untuk memimpin pembangunan di desa. Mereka mampu menjadi energi berkelanjutan pembangunan desa dengan pemikiran-pemikiran Zaman Now. Dalam perkembangan zaman yang semakin canggih dan teraktual, aktivitas generasi muda sangat akrab dengan kecepatan informasi dan perkembangan teknologi. Hal ini dipercaya menjadi modal besar bagi generasi milenial untuk tidak lagi acuh terhadap pembangunan di desa.
Kegiatan dan kelembagaan kepemudaan desa dapat dijadikan sebagai media yang efektif untuk berkumpul, berbagi inspirasi, dan membuat kreatifitas. Namun, dalam membangun desa memungkinkan munculnya permasalahan, maka pemuda diharapkan mampu menciptakan inovasi agar semangat dalam membangun desa tidak berdampak dengan budaya dan adat istiadat desa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H