Mohon tunggu...
Mutiara Ruku
Mutiara Ruku Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa SMA

Ordinary Student.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

PROTOKOL KYOTO SALAH TARGET!

22 Oktober 2022   20:03 Diperbarui: 25 Oktober 2022   15:03 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
credit to: club-co2.fr

Dalam artikel tersebut China sebagai penyumbang emisi karbon terbesar, India, Brazil, Bahkan Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut tidak ikut andil dalam Protokol Kyoto.

Hmm padahal kebayang gak sih? kalau targetnya tepat, berapa banyak emisi CO2 yang akan berkurang? Berapapun hasil yang akan berkurang pastinya tidak sedikit.

Namun tampaknya pemerintah pun sadar dengan kesalahan target yang terjadi. Maka dari itu pada tahun 2015, dibuat lagi yang baru. Namanya Paris Agreement.Jika Protokol Kyoto ditargetkan atau dikaitkan dengan masa lampau (1990). 

Kalau Paris Agreement dilakukan dengan menetapkan target untuk masa depan (2100). Paris Agreement Kali ini semua negara ikut bertanggung jawab. Baik negara maju maupun berkembang. Dan mulai direalisasikan pada tahun 2021. Dan karena emisi GRK nya makin tahun makin memburuk, aturan targetnya diubah.

Namun sampai sekarang, belum ada aksi atau hasil yang wow dari program ini. Kalau tetap seperti ini, di tahun 2100 kita mendarat di 3--4C, bukan 1.5C seperti yang menjadi "target" Paris Agreement. Karena dari semua negara yang memberikan komitmen, hanya Uni Eropa yang jauh lebih baik. Indonesia pun masih berada di zona merah.

Dan untuk Paris Agreement kunci utama atau targetnya berbeda dari Protokol Kyoto. Jika Protokol Kyoto menargetkan negara-negara maju, kunci utama Paris Agreement ada pada Tiongkok, AS, India, dan Brasil.Tentu saja Indonesia juga.

Namun Presiden AS Donald Trump telah membawa keluar AS dikarenakan perjanjian Paris Agreement hanya merugikan ekonomi AS dan menguntungkan negara-negara lain. Trump menyoroti hilangnya lapangan pekerjaan, rendahnya upah hingga turunnya produksi industri merupakan bagian dari kerugian yang diterima AS. 

Penarikan diri AS dari perjanjian Paris Agreement tentu menimbulkan konsekuensi terhadap lingkungan. Saat ini, AS menyumbang 16% emisi karbon global dan merupakan negara penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar kedua di dunia setelah China. Ini mungkin akan menjadi salah satu alasan kenapa tujuan Paris Agreement tidak terealisasikan.

Karena kembali lagi sistem berpikir manusia beragam. Ada yang berpikir bahwa secara teori Pemanasan Global dapat diperlambat dengan menggunakan teori sains. Sedangkan ada yang lebih memikirkan nasib ekonomi, budaya dan hal-hal realistis lainnya. Seperti AS yang mengundurkan diri dari perjanjian Paris Agreement karena kerugian yang dialami. Bahkan ada yang tidak percaya adanya Pemanasan Global.

Apapun itu disini saya hanya menyampaikan opini tanpa bermaksud menjudge apa yang mereka lakukan.

 Saya hanya bisa mengajak atau menghimbau kita semua untuk membuka mata kita dan melihat bahwa telah banyak bukti adanya pemanasan global. Seperti rusaknya habitat hewan, krisis air bersih, meningkatnya suhu air laut, terjadinya wabah penyakit,  dan masih banyak lagi. Butuh bukti yang bagaimana lagi agar kita sadar bahwa, "Pemanasan Global itu bukan lagi masalah yang baru akan datang. Itu terjadi disini, dan itu terjadi SEKARANG!"

We have a single mission:

To protect and hand on this planet to the next generation.

-Franois Hollande

your sincerely,

M.R

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun