Mohon tunggu...
M Thoriq Jiddan
M Thoriq Jiddan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif Jurusan Ilmu Komunikasi

Good listener

Selanjutnya

Tutup

Trip

5 Tempat Wisata Bersejarah di Ibu Kota, beserta Sejarah Singkatnya!

4 Juli 2022   18:35 Diperbarui: 4 Juli 2022   18:44 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Freepik (Destination photo created by rawpixel.com - www.freepik.com)

Jakarta - Tempat wisata bersejarah merupakan salah satu destinasi liburan dalam negeri yang tak boleh luput dikunjungi. Mengunjungi tempat bersejarah pun menawarkan sensasi tersendiri. 

Tidak sekadar berlibur dan menenangkan pikiran, kamu pun berkesempatan untuk mendalami perjalanan bangsa dan meningkatkan perasaan cinta tanah air.

Indonesia memang negara yang kaya. Tidak hanya terkait sumber daya alam, tapi juga perjalanan sejarahnya yang panjang. Berbagai sudut di negeri ini menyimpan rekam jejak sejarah yang tetap eksis dan terawat hingga saat ini.

Dibawah ini kami merangkum 5 destinasi tempat wisata yang populer di Ibukota, beserta sejarah singkatnya!

1. Masjid Istiqlal

Tempat bersejarah pertama di Indonesia adalah Masjid Istiqlal di pusat Ibu Kota, Jakarta. Letaknya di Jalan Taman Wijaya Kusuma, Ps. Baru, Kecamatan Shawa Besar, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Masjid terbesar di Asia Tenggara ini sering digunakan untuk kegiatan ibadah umat Islam, kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia, acara sosial dan acara publik.

Sejarahnya awalnya dimulai setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, dan mimpi besar membangun masjid yang bisa menjadi kebanggaan dan tempat ibadah bagi warga Jakarta telah menetap di hati masyarakat Indonesia. KH. Menteri Agama pertama Indonesia, Wahid Hasyim, dan beberapa ulama mengusulkan pembangunan masjid yang bisa menjadi simbol Indonesia.

Pada tahun 1953, KH. Wahid Hasyim bersama dengan H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Ir, menjabat sebagai menteri agama pertama di Indonesia. Sofwan dan dibantu oleh sekitar 200 tokoh Islam yang dipimpin oleh KH. Taufiqorrahman mengusulkan sebuah yayasan.

Pada tanggal 7 Desember 1954, berdirilah Yayasan Masjid Istiqlal di bawah naungan H. Tjokroaminoto, mewujudkan ide pembangunan masjid nasional.

Penetapan lokasi masjid tersebut memicu perselisihan antara Bung Karno dan Bung Hadda yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. Bung Karno mengusulkan sebuah situs di atas bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dengan Taman Wilhelmina, dibangun oleh Gubernur Van Den Bosch pada tahun 1834, antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Katedral dan Jalan Veteran. Pada saat yang sama, Bung Hatta mengusulkan agar tempat untuk membangun masjid berada di antara rakyatnya, yaitu Jalan Thamrin, yang pada saat itu dikelilingi oleh banyak desa.

Selain itu, ia percaya bahwa pembongkaran benteng Belanda akan menghabiskan banyak uang. Namun pada akhirnya Presiden Soekarno memutuskan untuk membangun di atas tanah bekas benteng Belanda tersebut. Karena di seberangnya berdiri Katedral, yang didesain untuk menunjukkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.

Tujuh belas tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Mulai digunakan pada tanggal 24 Agustus 1961 dan diresmikan oleh Presiden Suharto pada tanggal 22 Februari 1978, dan ditandai dengan sebuah prasasti yang dipasang di area di depan pintu rumah As-Salam.

2. Monumen Nasional

Monumen ini terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka di pusat kota Jakarta. Selain sebagai monumen nasional yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, Monas merupakan salah satu tempat wisata dan pusat pendidikan yang menarik bagi warga negara Indonesia di dalam dan luar Jakarta.

Monumen Nasional dibangun untuk memperingati dan melanjutkan perjuangan besar bangsa Indonesia yang dikenal dengan Revolusi 17 Agustus 1945, serta sebagai sarana untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air bagi generasi sekarang dan mendatang.

Ide awal untuk membangun Monas muncul sembilan tahun setelah proklamasi kemerdekaan. Beberapa hari setelah peringatan HUT RI ke-9, dibentuk Panitia Monumen Nasional untuk menggarap pendirian monumen nasional. Panitia dipimpin oleh Sarwoko Martokusumo, penulis S Suhud, Bendahara Sumali Prawirosudirdjo, dan dibantu oleh empat orang anggota masing-masing dari Supeno, KK Wiloto, EF Wenas dan Sudiro.

Setelah itu, dibentuk panitia pembangunan Monas yang disebut "Tim Yuri" yang diketuai oleh Presiden Republik Indonesia. Lewat tim ini, pertandingan digelar dua kali. Kompetisi pertama diadakan pada tanggal 17 Februari 1955, Kompetisi kedua diadakan pada tanggal 10 Mei 1960, dengan harapan dapat menghasilkan karya-karya budaya yang setinggi-tingginya, yang menggambarkan hati dan melambangkan keluhuran budaya Indonesia.

Melalui kompetisi ini diharapkan bentuk monumen yang dibangun dapat benar-benar menunjukkan individualitas bangsa Indonesia. Tugu tiga dimensi, tidak rata, dan menjulang tinggi terbuat dari beton, besi dan marmer, yaitu tahan gempa dan bisa bertahan setidaknya 1.000 tahun. Kritik selama bertahun-tahun dapat menghasilkan karya budaya yang menggugah semangat kepahlawanan.

Namun, setelah dua kali kompetisi digelar, tidak ada satupun desain yang memenuhi semua kriteria yang ditetapkan panitia. Terakhir, ketua tim Yuri menunjuk beberapa arsitek ternama, yakni Soedarsono dan Ir F Silaban, untuk menggambar denah Monas. Kedua arsitek sepakat untuk membuat gambar sendiri, yang kemudian diserahkan kepada ketua tim Yuri (Presiden Sukarno), yang memilih gambar Sudarsono.

Bentuk tugu yang menjulang tinggi mewujudkan filosofi "Lingga dan Yoni", membuat "Alu" mirip dengan "Lingga", bentuk wadah (cangkir merah) mirip dengan "Morrow" dan bentuk ruangan "Yoni". Alu dan lesung merupakan dua alat penting yang dimiliki setiap rumah tangga di Indonesia, terutama masyarakat pedesaan. Lingga dan Yoni adalah simbol kuno untuk menggambarkan kehidupan abadi, adanya unsur positif (lingga) dan unsur negatif (yoni) seperti siang dan malam, laki-laki dan perempuan, baik dan buruk, dunia abadi.

Monas dibangun pada Agustus 1959. Seluruh bangunan Monas dirancang oleh arsitek Indonesia Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rossnow. Pada tanggal 17 Agustus 1961, Monumen Nasional diresmikan oleh Presiden Soekarno. Dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975.

3. Monumen Pancasila Sakti

Tempat bersejarah ini terletak di Jalan Raya Pondok Gede di Desa Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Monumen Pancasila Sakti dibangun untuk mengenang 7 pahlawan revolusioner yang menjadi korban Gerakan 30 September (juga dikenal sebagai G30S/PKI).

Dalam sejarah bangsa Indonesia, telah terjadi berbagai peristiwa kelam yang menandai perjalanan Indonesia sebagai negara berdaulat. Salah satunya adalah peristiwa G30S PKI pada 30 September 1965.

Berbagai pemberontakan yang dilakukan pimpinan G30S PKI yang puncaknya terjadi pada 30 September, termasuk pembantaian terhadap perwira senior TNI. Mereka adalah Letjen Ahmad Yani, Mayjen TNI R. Suprapto, Mayjen TNI M.T. Haryono, Mayjen Siswondo Parman, Brigjen DI Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomiharjo, Perwira TNI Letnan Pierre Tendean (Ajudan AH. Nasution).

Monumen Pancasila Sakti adalah sebuah situs sejarah yang dibangun di atas pemikiran dan gagasan Presiden kedua Republik Indonesia, Suharto, untuk memperingati sejarah lengkap G30S PKI dan menghargai jasa mereka.

Lokasi paling mencolok dalam sejarah monumen Pancasila Sakti adalah sumur tua dengan lebar 75 cm dan kedalaman 12 meter, tempat mayat dibuang. Bagian dalam sumur memancarkan cahaya merah. Ada prasasti di dekat sumur yang berbunyi: "Tjita-tjita Upaya kami untuk menjaga kemurnian Pantja Sila tidak dapat dipatahkan hanja dengan mengubur kami di sumur ini. Lobang Buaja, 1 Oktober 1965".

Terletak di atas lahan seluas 14,6 hektar, monumen ini memperingati perjuangan dan pengorbanan para pahlawan revolusioner yang mempertahankan ideologi nasional Indonesia, Pancasila, dari ideologi komunis. Pembangunan Monumen Pancasila Sakti dimulai pada pertengahan Agustus 1967 hingga diresmikan oleh Presiden Suharto pada 1 Oktober 1973 bertepatan dengan sejarah Hari Pancasila Sakti.

4. Taman Mini Indonesia Indah (TMII)

Taman Mini Indonesia Indah adalah sebuah taman wisata bertema budaya Indonesia yang terletak di Jakarta Timur. Kawasan seluas sekitar 150 hektar atau 1,5 kilometer persegi ini kebetulan terletak di Desa Ceger, Kecamatan Cipayung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia.

Di Indonesia, hampir setiap suku bangsa memiliki bentuk dan gaya arsitektur yang berbeda-beda, dan tidak jarang suatu suku bangsa memiliki lebih dari satu arsitektur tradisional. Bangunan atau bangunan tradisional yang mereka bangun selalu dilatarbelakangi oleh kondisi lingkungan dan budaya yang mereka miliki.

Taman ini merupakan rangkuman budaya nasional Indonesia, meliputi seluruh aspek kehidupan sehari-hari masyarakat 33 provinsi Indonesia (1975), ditampilkan dalam paviliun arsitektur tradisional, menampilkan berbagai kostum, tarian dan tradisi daerah. Setiap paviliun menampilkan arsitektur khas lokal.

Logo TMII pada dasarnya terdiri dari huruf TMII yang merupakan singkatan dari "Taman Mini Indonesia Indah". Maskotnya adalah boneka Hanoman bernama Nitra (Anjani Putra). Maskot Taman Mini "Indonesia Indah" ini diresmikan oleh Ibu Tien Suharto pada tahun 1991, bertepatan dengan usia TMII yang kembar.

Ide membangun miniatur yang merangkum keutuhan Indonesia dan kesemuanya digagas oleh Ibu Negara Siti Hartinah atau lebih dikenal dengan Lady Tien Suharto.

Ide tersebut tercetus pada pertemuan di Jalan Cendana no. 8 Jakarta, 13 Maret 1970. Diharapkan melalui mikrokosmos ini, seluruh masyarakat Indonesia akan dibangkitkan rasa bangga dan cinta tanah airnya.

Maka dimulailah sebuah proyek "Indonesia Indah" yang disebut "Indonesia Small Project", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapankita. TMII dibangun pada tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975. Pemanfaatan teknologi modern dalam berbagai aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia didemonstrasikan di lahan seluas 150 hektar.

Awalnya, medan TMII agak berbukit, tapi ini juga sesuai dengan keinginan desainer. Tim desain memanfaatkan ketidakrataan tanah untuk menciptakan lanskap yang kaya dan lanskap yang menggambarkan berbagai jenis lingkungan hidup di Indonesia.

5. Taman Impian Jaya Ancol

Sebagian besar masyarakat Indonesia mungkin sudah tidak asing lagi dengan Taman Impian Jaya Anker, khususnya warga Jakarta. Terletak di Jl. Lodan Raya, Padmangan, Jakarta Utara. Ancol adalah sebuah taman hiburan di ibu kota yang berdiri sejak tahun 1968.

Ancol mengambil namanya dari kondisi Laut Jawa di Nusantara pada masa penjajahan Belanda. Saat itu, air laut pasang di Laut Jawa memungkinkan air asin menggenang di daratan sekitar dan bercampur dengan air tawar di sungai. Kemudian, air di daerah tersebut menjadi air asin. Oleh karena itu, nama Ancol dimaknai sebagai air payau.

Pembentukan Ancol sendiri dimulai pada tahun 1954 ketika Soekarno berada di Amerika Serikat. Saat itu, ia sedang bermain salah satu wahana di Disneyland, sebuah taman hiburan di Amerika Serikat. Dia mengendarai Dumbo, salah satu wahana paling lucu di luar sana.

Dalam kunjungan tersebut, Soekarno sangat menikmati waktunya dan menunjukkan semangat yang sama seperti putranya Guntur Sukarnoputra. Selama sekitar tiga minggu di Amerika Serikat, Soekarno mengunjungi banyak tempat hiburan di sana, tidak hanya Disneyland. Tetapi juga Hollywood dan banyak lagi.

Dari sana, Soekarno berharap memiliki taman hiburan serupa di Indonesia. Akhirnya, pada tahun 1960, proyek pembangunan Ancol dimulai. Soekarno kemudian menunjuk Gubernur DKI Jakarta Soemarno Sosroatmodjo sebagai pelaksana pembangunan proyek Ancol.

Selain Soemarno, tokoh yang juga berperan penting dalam proyek Ancol adalah Soekardjo Hardjosoewirjo. Ia bertanggung jawab untuk menyusun Surat Ketua terkait Komite Pengembangan Proyek Ancol, untuk integritas dokumen hukum, anggaran biaya, dan untuk mempelajari dokumen organisasi untuk pelaksanaan Proyek Ancol. Sebulan kemudian, Soekardjo ditunjuk sebagai pelaksana di lapangan untuk mempersiapkan pembangunan proyek Ancol.

Untuk kebutuhan pendanaan, proyek Ancol mengandalkan pinjaman swasta, karena kontraktor dalam negeri tidak memenuhi persyaratan teknis, apalagi pembiayaan. Kontraktor yang bertanggung jawab atas proyek Ancol adalah dari Compagnic Industriale de Travaux (Citra) di Perancis.

Setelah proses konstruksi, proyek Anchor berhasil diselesaikan pada Februari 1966.

Itulah 5 tempat destinasi wisata di Ibukota Jakarta yang kami rekomendasikan untuk dikunjungi. Jadi, jangan bingung untuk mencari tempat liburan lagi ya, karna destinasi untuk liburan tidak harus jauh kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun