Sketsa-sketsa Paus itu kubuat berdasar foto-foto di media massa daring. Tiga sketsa pertama adalah momen-momen kasih saat kunjungan Paus Fransiskus ke Jakarta (3-6 September 2024) -- di halaman Masjid Istiqlal, rumah Kedutaan Vatikan dan gedung KWI.Â
Sketsa keempat adalah momen Paus melepas burung merpati di piazza Basilika Santo Petrus, Vatikan. Tapi burung merpati kuganti dengan beo. Terinspirasi dari nasihat Paus agar berdoa dari hati, bukan mengulang-ulang di bibir macam beo.
Selain melatih otak dan motorik halus, momen-momen bikin sketsa itu bagiku menjadi laku meditasi juga. Detik demi detik proses bikin sketsa itu membuat jiwaku menjadi terasa tenang, damai.
Apalagi saat bikin sketsa tentang Paus Fransiskus. Ah, rasaku seperti sedang berdoa saja. Apakah Tuhan juga merasa begitu, ya, jangan tanya saya, dong.
Ayo Rekan Lansia, Bikin Sketsamu
Jadi, tunggu apa lagi, rekan-rekan lansia. Ayo, langsung beraksi. Ambil selembar kertas, pegang pensil atau pulpenmu, langsung coretkan gagasanmu menjadi sketsa. Nikmati sketsamu, rasakan manfaatnya.Â
"Tapi aku tak bisa menggambar." Halah, aku tak mau dengar alasan klise macam itu. Jadi lansia jangan malas dan cengenglah.
Begini, ya. Setiap orang pasti bisa menggambar. Bahwa hasilnya aneh, mbingungin, kocak, atau bagaimana, gak usah dipikir.Â
Pokoknya menggambar saja. Macam manapun hasilnya, ya, itulah signaturmu. Kalaupun ditertawakan orang, ya, malah jadi pahala untukmu, kan.
Di sini tak ada tuntutan menjadi penggambar atau pelukis. Aku cuma menganjurkan bikin sketsa sebagai bentuk terapi otak dan motorik halus.Â