Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

15 Jam Membangun Suara Indah di Seminari Menengah Siantar

7 Januari 2025   11:43 Diperbarui: 7 Januari 2025   16:00 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pelatihan musik liturgi di Aula Alverna SMCS (Dokpri)

Dan benarlah demikian. 

Sepanjang Misa, 60 orang seminaris peserta pelatihan melambungkan ordinarium dan lagu-lagu Misa yang telah dilatihkan dengan teknik vokal yang baik dan benar. Lagu-lagu Misa menjadi terdengar lebih indah, khidmad. Suasana sakral terasa menyelimuti atmosfer kapel.

Lagu persembahan Amblilah dan Trimalah dinyanyikan secara acapella, tanpa iringan musik. Jadinya terasakan lebih murni dan khidmad, membangun suasana berserah diri. 

Pada lagu komuni Panis Angelicus, Lae Jay tampil sebagai tenor solois. Pak Pasaribu tampil sebagai dirigen memimpin koor para seminaris. Lagu ini berhasil dinyanyikan dengan cukup indah, walau iringan musik diambilkan dari internet. Organis SMCS tidak menguasai lagu ini. 

Ketika lagu penutup Misa, Arbab dilambungkan, maka sadarlah aku bahwa "bayi" Paduan Suara SMCS telah lahir. Dibanding penampilan para peserta saat menyanyikan Mars SMCS di awal pelatihan, penampilan mereka dalam Misa sudah jauh, jauh sekali lebih bagus. Dilihat dari segi teknik vokal, kualitas suara, nada dan irama, serta dan harmonisasi suara TTBB.

"Limabelas jam membangun suara indah. Ini benar-benar mukjizat, Lae," kataku pada Lae Jay, takjub. Tapi reaksinya cuma senyum-senyum saja. Mungkin itu hal biasa saja baginya, entahlah.

Sekali lagi, "bayi" paduan suara SMCS telah terbentuk. Tinggal bagaimana membesarkan dan mengasuhnya menjadi lebih baik lagi. Tugas itu secara khusus dipercayakan pada Pak Pasaribu dan Pak Sinaga, mitra lokal yang akan menangani pelatihan lanjut. Tentu di bawah arahan dan pantauan Lae Jay dari Jakarta.

Aku pikir 60 orang seminaris itu memang bukanlah sekelompok burung penyanyi. Tapi, seperti diingatkan Pavarotti, mereka sudah mulai bernyanyi dengan teknik burung berkicau. 

"Aku ingin melihat kelompok paduan suara ini tampil prima dalam perayaan Jubileum 75 tahun SMCS bulan September 2025 nanti." Aku mengungkapkan obsesiku pada Pastor John Rufinus Saragih OFM Cap, Rektor SMCS.

"Tentu saja. Harus itu," Pastor John mengamini, antusias. Dia pastor, aku percaya pada kata-katanya. [eFTe]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun