Lebih beruntung lagi SMCS dengan cepat menjadi yang pertama memberi respon positif. Maka jadilah pelatihan musik liturgi yang pertama diadakan di seminari itu. Lae Jay pelatihnya, aku tukang oprak-opraknya.
Metode Master Class, Durasi Choral Camp
Musik liturgi Katolik merupakan kesatuan unsur-unsur teks, melodi, irama, tangga nada, harmoni, dan iringan. Enam unsur tersebut pertama tercakup dalam musik vokal. Karena itu diputuskan pelatihan terfokus pada teknik vokal atau produksi suara.
Awalnya Lae Jay merancang pelatihan sebagai satu seri workshop tiga jenjang. Tiap jenjang 10 jam, sehingga total waktu pelatihan 30 jam.Â
Jenjang pertama, teknik vokal tingkat dasar, meliputi konsep suara ideal, penempatan jenis suara, sikap dasar bernyanyi, soft attack, appogio, relaxing jaw, pharyngeal articulation, dan passagio.
Kedua, teknik vokal tingkat madya, mencakup konsistensi artikulasi, appogio tingkat lanjut, mezza di voce, dan legato singing.
Ketiga, pemantapan penguasaan satu set lagu Misa (acapella dan iringan organ) suara sejenis laki (TTBB, Tenor 1 - Tenor 2 - Bas 1 - Bas 2) dan penampilan dalam Perayaan Misa Kudus.Â
Ketika kami tiba di SMCS, segera nyata bahwa rencana ideal itu terlalu sulit dijalankan. "Soalnya Siantar terlalu jauh dari Jakarta. Pelatihan tak mungkin intensif," kata Lae Jay. Dia dan aku tinggal di Jakarta. Ke Siantar perlu kesiapan waktu dan biaya yang ekstra besar.Â
"Kita butuh solusi kreatif, Lae" kataku sok bijak. Lalu Lae Jay dan aku memutuskan pelatihan cukup satu kali saja. Durasinya dipangkas dari 30 jam menjadi 15 jam dalam rentang 3 hari.Â
Kelanjutannya nanti akan diserahkan pada pelatih mitra, Pak Pasaribu dan Pak Sinaga. Keduanya adalah guru SMCS yang memiliki passion pada musik liturgi.
Konsekuensinya materi pelatihan mesti dipadatkan pula. Dengan catatan harus tetap terpusat pada teknik bel canto, bernyanyi indah ala Italia itu.