Karena itu, terkait mutu kesarjanaan, stanza ketujuh (terakhir, jarang dinyanyikan) Gaudeamus Igitur menegaskan:Â
"Pereat tristitia -- Enyahlah kesedihan
Pereant osores --Enyahlah kebencian
Pereat diabolus --Enyahlah kejahatan)
Quivis antiburschius --Dan siapa pun yg anti mahasiswa
Atque irrisores" --Juga mereka yang mencemoh kami
Seorang sarjana, dalam konteks maknanya sebagai berkat, adalah seorang yang gembira (bahagia) dan berpikir positif. Jauh dari sikap-sikap bersedih, benci, jahat, anti-mahasiswa, dan cemoh.
Hidup ini sementara. Selagi muda gembiralah belajar dan bekerja. Agar di usia tua nanti gak susah-susah amat. Sekurangnya tidak menjadi beban untuk orang muda, sekalipun itu anaknya sendiri.Â
"Terajana ... terajana ...." Pak Rektor yang sudah tua melantunkan dangdut Terajana gubahan Rhoma Irama sambil bergoyang ria. Enerjik sekali.Â
Kulihat para winisuda muda turut bergoyang dengan wajah cerah berhias gelak-tawa ceria. Wajah-wajah bersemangat, siap menghadapi masa depan dengan gembira.
Gaudeamus igitur, iuvenes dum sumus!
Ayo, Pak Rektor, goyang terus! Singkirkan gengsi, kejarlah prestasi. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H