Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Suporter Timnas Indonesia yang Hiperreaktif

10 November 2024   14:59 Diperbarui: 13 November 2024   05:04 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai suatu (kuasi-)komunitas imajiner berwujud kerumunan sosial ekspresif, tindakan para suporter lazimnya berpola afektif. Merujuk tipe tindakan sosial Max Weber (1964), ini adalah jenis tindakan sosial yang dituntun oleh perasaan atau emosi, tanpa dasar rencana, semisal dituntun oleh rasa kecintaan semata. Dalam konteks sepakbola, itu berarti berdasar kecintaan pada tim nasional sebagai reprentasi bangsa/negara.

Demikianlah, ketika suporter Indonesia merasa Timnas Indonesia dicurangi oleh wasit Al-Kaf dan pemain Bahrain, emosi para supporter Indonesia meledak sehingga mereka melakukan berbagai tindakan afektif yang bersifat hiperreaktif.  Perasaan dilecehkan sebagai bangsa bergemuruh di dada para supporter.

Bagaimanapun, Timnas Indonesia itu bertanding melawan Bahrain dengan membawa simbol-simbol bangsa/negara. Pemain timnas berbahasa Indonesia (kecuali pemain naturalisasi yang sedang belajar bahasa), mengenakan jersey Merah-Putih, menyematkan simbol Garuda Pancasila di dada, dan menyanyikan Indonesia Raya. Timnas Indonesia itu adalah nation in action di lapangan hijau. 

Merasa dilecehkan sebagai bangsa, respon komunitas imajiner suporter Timnas Indonesia kemudian diluapkan dalam bentuk tindakan-tindakan yang terbilang hiperekspresif. Akun medsos Bahrain Football Association (BFA, Asosiasi Sepakbola Bahrain) langsung diserang netizen-suporter Indonesia dengan hujan kemarahan, hujatan, hinaan, dan ancaman. Bahkan, katanya, berkali-kali coba diretas.

Begitupun dengan akun medsos wasit Al-Kaf. Langsung diserbu netizen-suporter Indonesia sampai lenyap dari internet.  Akun wasit itu banjir hujatan dan, katanya, ada ancaman pembunuhan.

Bahkan peta Bahrain di Google Maps juga diretas. Nama negara itu diganti menjadi "Bahrain AFC Mafia" dan nama-nama kota atau tempat ditambahi label "AFC Mafia". Maksudnya Bahrain adalah negara Mafia Konfederasi Sepakbola Asia (AFC, Asian Football Confederation). Kebetulan Presiden AFC kini, Salman bin Ibrahim Al-Khalifa adalah warga negara Bahrain.

Mengingat karakter kerumunan sosial reaktif pada komunitas imajiner suporter, maka reaksi-reaksi yang terbilang hiperreaktif itu sejatinya bisa diterima akal sehat. Di era pra-internet, atau khususnya pra-medsos, reaksi berupa makian, hujatan, dan acaman itu hanya diteriakkan di stadion atau di depan televisi, lalu hilang terbawa angin. Tapi di era medsos kini, ujaran-ujaran reaktif itu teramplikisasi dengan cepat dan meluas sedunia, sehingga dampaknya segera terasakan oleh Timnas Bahrain khususnya dan jagad sepakbola umumnya.

Mungkin ujaran-ujaran reaktif suporter Indonesia itu dinilai kurang atau bahkan tidak etis. Tapi ingat, reaksi itu merupakan respon terhadap aksi wasit Al-Kaf dan pemain Bahrain yang juga dinilai tidak etis.

Jika warga komunitas suporter Indonesia tak menilai ada aksi-aksi curang, maka mereka tidak akan bereaksi berlebihan. Terbukti selepas laga kalah Indonesia melawan China, suporter Indonesia baik-baik saja adatnya.

Ketakadilan, lewat perbuatan curang, itulah yang membuat komunitas imajiner suporter Indonesia terluka. Sebagai irisan besar bangsa Indonesia, kecurangan wasit dan pemain Bahrain ditafsir suporter sebagai penghinaan terhadap martabat bangsa Indonesia. Karena itu komunitas suporter melancarkan serangan di dunia maya kepada wasit Al-Kaf, Timnas Bahrain, dan Asosiasi Sepakbola Bahrain sebagai bentuk bela martabat bangsa. 

Dampak Negatifnya

Jika pemain atau official yang hiperreaktif mala sudah jelas dampak negatifnya. Bisa terkena kartu merah, larangan tampil, dan denda finansil. Dalam kasus Indonesia versus Bahrain, hal itu sudah terjadi pada Sumardji, manajer Timnas Indonesia dan Kim Jong-jin, asisten pelatih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun