Implikasinya substansi Laudato Si' akan menjadi unsur differensiasi untuk kurikulum, lingkungan, peri hidup, dan interaksi sosial di SMCS. Lalu, pada akhirnya, Laudato Si' akan menjadi nilai unggul, atau bobot khusus multum (in pauco) pada calon imam dan imam hasil semaian SMCS.
Tiga masalah di atas, yaitu jumlah seminaris, anggaran, dan terutama nilai unggul SMCS tidaklah cukup dibahas dan disampaikan solusinya lewat sebuah artikel sumir seperti ini.
Untuk mengupasnya tuntas, sekaligus menemukan solusi strategis dan praktis, lebih tepat mengadakan sebuah lokakarya pengembangan SMCS dengan melibatkan berbagai stakeholder terkait.Â
Ketimbang pesta besar Jubileum 75 tahun, saya pikir sebuah lokakarya pengembangan semacam itu lebih bermanfaat untuk masa depan SMCS , Gereja Katolik, dan bangsa Indonesia. (eFTe)
Catatan Kaki:
[1] Terimakasih kepada Pastor John Rufinus Saragih, OFM Cap., Rektor SMCS atas izinnya untuk saya membaca data siswa dan lulusan SMCS. Kesalahan pada data, jika ada, menjadi tanggung jawab saya sebagai pengguna.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H