Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Multum in Pauco: Menuju 75 Tahun Seminari Menengah Pematang Siantar

13 Oktober 2024   19:09 Diperbarui: 14 Oktober 2024   15:54 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Seminari Menengah Vikariat Apostolik Medan awal 1950-an, kini Seminari Menengah Maria Nirmala, Keuskupan Padang (keuskupanpadang.org)

Tapi begitulah dinamika seminari. Secara bergurau para seminaris menyebut SMCS itu sebagai "penjara kudus", mengingat ketatnya disiplin hidup di asrama terkait formasi sanctitas, scientia, societa, dan sanitas.

Dalam istilah yang rada alkitabiah, perjuangan seminaris itu semacam "jalan salib". Hanya sejumlah kecil seminaris yang kuat menjalaninya hingga tiba di "puncak Golgota".

Pojok timur gedung SCMS yang asri (Dokumentasi Pribadi)
Pojok timur gedung SCMS yang asri (Dokumentasi Pribadi)

Santo Fransiskus Asisi dan Laudato Si'

Sepanjang perjalanan menuju usia 75 tahun, bisa dibuat daftar masalah yang menerpa SMCS berikut upaya-upaya mengatasinya. Dari berbagai masalah yang ada, tiga masalah berikut masih menanti solusi terbaik.

Pertama, adanya kecenderungan penurunan jumlah penerimaan siswa seminari dalam 10 tahun terakhir. Bukan karena pembatasan kuota, semisal karena sejak 1990-an SMCS menutup kelas SMP dan hanya membuka kelas SMA. Tapi lebih karena menurunnya jumlah siswa pendaftar dari kalangan remaja Katolik Keuskupan Agung Medan (KAM).

Pengelola SMCS sudah berupaya promosi panggilan secara "jemput bola" ke gereja-gereja di berbagai paroki sewilayah KAM. Tapi karena keterbatasan tenaga, waktu, biaya, dan metode, hasilnya belum tampak signifikan.

Kedua, masalah keterbatasan anggaran. Ini masalah klasik untuk setiap sekolah yang mengedepankan idealisme, seperti SMCS dengan prinsip multum in pauco. 

Sejujurnya, sangat besarlah biaya yang dibutuhkan untuk formasi imam Katolik. Pembentukan nilai-nilai sanctitas, scientia, societa, dan sanitas pada diri seminaris harus dilakukan lewat banyak program yang bersifat terpadu. Itu semua perlu biaya yang tak sedikit.

Mungkin pembentukan dana abadi seminari bisa menjadi solusi. Tapi jalan realisasinya memerlukan kesepakatan antar berbagai stakeholder SMCS. Juga mempersyaratkan pengembangan SMCS sebagai sebuah ekosistem sosial.

Praksis Laudato Si': Saudara anjing dan saudara tumbuhan di pekarangan permakultur Pastoran SMCS (Dokumentasi Pribadi)
Praksis Laudato Si': Saudara anjing dan saudara tumbuhan di pekarangan permakultur Pastoran SMCS (Dokumentasi Pribadi)

Ketiga, belum jelas apa keunikan yang menjadi nilai unggul SMCS sebagai sebuah institusi pendidikan calon pastor. Nilai-nilai sanctitas, scientia, societa, dan sanitas tidak bisa dibilang sebagai keunikan. Semua seminari menengah memiliki nilai semacam itu, karena semua merujuk pada empat nilai seminari menurut Pastores Dabo Vobis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun