Anekdot itu kurang lebih serupa dengan ungkapan yang hidup dalam masyarakat kita, "Harta tak dibawa mati." Â Itulah upah untuk orang yang bersikap egosentris. Â Pergi (mati) sebagai orang miskin, meninggalkan orang-orang yang menjadi miskin karena ulahnya.
Biarlah Pulau-pulau Bersuka-cita
"Letentur insule multe." Biarlah semua pulau ikut bersuka-cita. Â
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan. Terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang dihubungkan oleh lautan. Â Berjejer dari barat sampai ke timur.
Pertanyaannya apakah semua pulau di Nusantara ini telah merasakan suka-cita yang sama? Â Atau apakah semua pulau telah menyanyikan lagu gembira yang sama?
Indonesia masih dirundung ketimpangan sosial-ekonomi antar pulau. Â Antara pulau Jawa dan luar-Jawa; antara pulau-pulau di bagian barat dan di bagian timur; antara pulau-pulau besar dan pulau-pulau kecil dan terpencil. Jawa, barat, dan pulau besar identik dengan kemakmuran sedangkan luar-jawa, timur, danbpulau kecil terpencil identik dengan kemiskinan.Â
Menurut Paus Fransiskus, Indonesia kaya-raya dalam dua hal yaitu keaneka-ragaman sumberdaya alam dan keaneka-ragaman sosial-budaya. Sinergi antara dua kekayaan itu diyakini  akan berujung sekaligus pada kelestarian sumberdaya alam dan pemerataan kemakmuran antar suku, agama, ras, dan golongan sosial di seluruh pulau.
Kuncinya, sekali lagi, adalah konsistensi antara tiga nilai dalam praktiknya yaitu iman, persaudaraan, dan belarasa. Â Tidak saja di tingkat individu warga masyarakat, tetapi juga di tingkat organisasi pemerintahan, bisnis, dan komunitas.
Hanya dengan jalan itu, negeri ini akan tiba pada kondisi letentur insule multe.
Dengan satu syarat, ingatlah akan nasihat Paus Fransiskus, "Setan selalu ada di dalam saku kita." Berhati-hatilah, jangan sampai salah rogoh. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H