Kedua, masyarakat desa Bonandolok masih mempertahankan aturan adat upenangkapan ihan. Ihan hanya boleh ditangkap untuk keperluan pengobatan,dan harus didahului dengan  ritual mohon ijin di lokasi penangkapan.
Pelestarian in situ ihan Batak di Bonandolok akan menjadi pembeda desa itu dengan desa-desa wisata lain di Kaldera Toba. Tak hanya mengandalkan keindahan alam (sawah, sungai, air terjun, bukit, danau) dan keunikan budaya (rumah adat, tempat ritual agama asli, gondang, kuliner lokal).
Desa Bonandolok harus diakui sudah sangat indah, mungkin salah satu yang terindah di Kaldera Toba. Tapi keindahan yang "sebelas-duabelas" busa juga dinikmati di desa Sihotang, Tamba, Tipang, Bakkara, Meat, dan lain-lain.
Pengembangan pelestarian in situ ihan Batak akan menjadi daya tarik khas untuk Bonandolok. Ihan Batak adalah  ikan adat, salah satu penciri penting budaya Batak. Bahkan layak diangkat menjadi maskot Kaldera Toba.Â
Jika lewat strory telling disebarkan pesan bahwa ikan maskot Kaldera Toba ini statusnya nyaris punah, dan bahkan tidak setiap orang Batak pernah melihatnya, maka pelestarian in situ ihan Batak di Bonandolok niscaya akan menyedot wisatawan untuk melihatnya ke sana.
Terlebih bila pada suatu saat, jika populasinya dinilai sudah cukup aman, boleh dilakukan penangkapan dalam jumlah terbatas sekali setahun. Kegiatan itu bisa menjadi paket wisata baru yang sangat menarik. (eFTe)
[Bersambung ke Bagian 2]
Rujukan:
 [1]  "Tao Sidihoni, Eksotisme Surgawi di Punggung Pulau Samosir", Kompasiana.com, 2/2/2024.
[2] Â "Ihan Batak, Ikan Raja yang Nyaris Punah di Kaldera Toba", Kompasiana.com, 4/3/2024.
[3] Â "Bonandolok, Relung 'Shangri-La' di Kaldera Toba", Kompasiana.com, 27/3/2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H