Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bunda Maria dan Pecel Yu Jum di Gua Kerep Ambarawa

4 Juli 2024   16:31 Diperbarui: 4 Juli 2024   20:31 1111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum melewati gerbang gua, aku sempat menoleh sejenak ke arah parkiran, untuk memastikan kaki kedua perempuan tua itu menjejak tanah. Ya, benar menjejak, amanlah.

Berdoa di pelataran Gua Maria Kerep (Dokumentasi Pribadi)
Berdoa di pelataran Gua Maria Kerep (Dokumentasi Pribadi)

Eling dalam Hening

Aku sama sekali memang belum pernah ke Gua Maria Kerep, Ambarawa. Itu sebabnya sempat tersasar ke parkiran. Begitupun, setelah melewati gerbang komplek gua, aku membiarkan saja kakiku melangkah seturut intuisi untuk mencari gua. 

Dan intuisiku pagi itu, semoga karena tuntunan Roh Kudus, sangat jitu. Tiba-tiba saja aku menemukan diri sudah berdiri di depan patung Bunda Maria. Berdiri anggun di dalam gua, patung itu adalah replika patung Bunda Maria di Lourdes, Prancis, tanpa mahkotanya.

Sepagi itu susana gua sungguh hening. Fajar di timur baru tepian semburat merah lembut. Petugas kebersihan bekerja dalam senyap. Kicau burung di reranting pepohonan menjadikan indah hening pagi.

Aku eling. "Betapa besar Engkau, ya Tuhan, Allahku. Betapa renik aku duduk sendiri di relung alam ciptaan-Mu. Betapa kotor diriku di tengah hening yang bening ini."

Ada rasa repih di hati. Dengan rasa itulah aku duduk pada dingklik di pelataran doa, tepat di hadapan patung Bunda Maria, memejamkan mata, dan mulai merapalkan untaian doa-doa menyisir butir-butir rosario di tangan. Inilah doa rosario dari hati yang berserah pada-Nya.

"Terpujilah nama Yesus, Bunda Maria dan Santo Yosef, sekarang dan selama-lamanya. Amen." Aku menutup Doa Rosario pribadiku dengan tanda salib dan ciuman pada Salib Kristus. "Ini bukan ciuman Judas, Tuhan." Aku mencoba meyakinkan Tuhan, ah bukan, tapi diri sendiri.

Aku bangkit dari dudukku dengan rasa semutan halus di kaki kiri. Kutoleh ke kiri, kanan dan belakang. Ternyata, tanpa kusadari, telah duduk beberapa orang berdoa di sekitarku.

Setelah berjalan memutar 180 derajat searah jarum jam, melewati dua perhentian Doa Jalan Salib, aku berdiri di sisi timur komplek gua. Fajar sudah menyingsing. Terpa sinarnya menerakan kilau pada kubah aluminium sebuah mesjid di timur kota.

Sisi timur komplek gua itu adalah bibir jurang sedalam 75 meter. Di dasar jurang mengalirlah Kali Panjang, sumber bebatuan kali yang menjadi material utama konstruksi Gua Maria Kerep.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun