Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Berjumpa Santo Yusuf di Gereja Jago Ambarawa

26 Juni 2024   21:24 Diperbarui: 27 Juni 2024   11:14 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian dari koleksi relikui orang kudus di Gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)

"Tak pantas seorang Katolik mengaku telah menjejak bumi Ambarawa, bila dia tak mampir berdoa di Gereja' Jago' Katolik untuk devosi kepada Santo Yusuf ayah Yesus."

"Aku harus berdoa di sini," janjiku pada diri sendiri, sambil berdiri takjub menatap siluet menara gereja tua itu menjulang tinggi, menerobos remang langit Ambarawa pada dini hari yang dingin dan sunyi. 

Bulan bulat terang di ujung purnamanya menjadi saksi di langit. Sinarnya samar menerpa gada-gada berwujud ayam jago di puncak menara. 

Aku melirik arloji di pergelangan tangan kiri. Jarum jam menunjuk tepat pukul 03.00 WIB dini hari. Ambarawa masih membisu. 

Bersama dua orang teman, aku baru saja tiba di kota palagan itu, setelah memacu kendaraan lewat jalan tol selama enam jam dari Jakarta. Hari itu Jumat, 21 Juni 2024, seharian kami bertiga harus menjadi fasilator pelatihan di rumah retret Pangesti Wening, samping gereja.

Interior Gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)
Interior Gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)

Tepat pukul 20.00 WIB, aku berdiri di halaman depan gereja, tegak lurus pada pintu masuk yang sudah tertutup. Ambarawa bersiap naik ke peraduan, masih menyisakan sedikit sisa riuh tadi siang. 

Tiga orang pastor dan seorang suster dari rumah retret begegas lewat di belakangku, hendak naik berdoa rosario ke Gua Maria Kerep di lereng Gunung Ungaran, belakang gereja.

"Selamat malam, Romo," seorang lelaki paruh baya, mengaku umat situ, menyapaku di keremangan malam.

Ya, Tuhan, tuduhan itu lagi. Harus berapa kali lagi aku mendengar persangkaan jauh panggang dari api itu. Dan harus berapa kali lagi aku menjelaskan bahwa aku, jujur, bukan seorang pastor.

"Ini gereja Katolik Paroki Santo Yusuf, Ambawa. Tahun ini usianya genap seratus tahun." Lelaki itu menjelaskan tanpa kutanya.

"Orang Ambarawa menyebut gereja ini Gereja Jago. Bapak tahu kenapa dinamai seperti itu?" Aku menggeleng. 

"Karena gada-gada di puncak menara bentuknya ayam jago," lanjutnya sambil tertawa kecil. Tampaknya dia senang bisa memberi-tahuku soal itu.

"Di dalam ada patung Santo Yusuf meninggal bahagia," lanjutnya.

"Ah, itu menarik," sahutku antusias. Sumpah, sudah lebih setengah abad aku menjadi Katolik tapi baru kali ini mendengar soal Santo Yusuf, ayah sosiologis Yesus Kristus, meninggal bahagia. Katolik macam apa aku ini.

"Mari saya antar ke dalam. Lewat pintu samping saja." Lelaki ramah itu spontan saja menawarkan diri menjadi pemandu wisata gereja. Apakah mungkin Santo Yusuf telah mengirimnya untukku?

Patung Santo Yusuf Meninggal Bahagia di relung belakang Gereja Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)
Patung Santo Yusuf Meninggal Bahagia di relung belakang Gereja Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)

Pelindung Kematian yang Bahagia

"Di depan situ ada patung Santo Yusuf Pelindung Gereja Semesta." Lelaki itu memberitahu sambil mengarahkan langkahku sedikit ke sisi timur gereja.

Di situ, tegak lurus pada pintu gerbang komplek gereja dengan latar belakang gedung tua Pastoran Paroki Ambarawa, berdiri tegak patung Yusuf setinggi 5 meter dan kanak-kanak Yesus setinggi 2.5 meter. Pada kaki patung "bapak-anak" itu terdapat patung atau relief gereja.

Patung itu menggambarkan tiga hal sekaligus. Yesus sebagai pendiri Gereja Katolik; Santo Yusuf sebagai ayah pengasuh Yesus; Santo Yusuf sebagai Pelindung Gereja Semesta.

Hal tersebut terakhir -- sebagai Pelindung Gereja Semesta -- ditetapkan oleh Paus Pius IX pada tahun 1870. Sejak itu nama Santo Yusuf banyak dipakai sebagai santo pelindung gereja Katolik di berbagai penjuru dunia.

Patung Santo Yusuf Pelindung Gereja Semesta itu didirikan dan diresmikan bersamaan dengan perayaan ulang tahun ke-95 Gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa. Dia menjadi tetenger baru untuk gereja itu.

Dari samping patung itu, kami menyusuri selasar timur gereja menuju pintu samping depan. Selasar itu sudah disatukan dengan ujung barat bangunan gedung paroki, membentuk ruang tambahan untuk menampung umat yang membludak khususnya pada perayaan-perayaan besar semisal Paskah dan Natal.

Sebagian dari koleksi relikui orang kudus di Gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)
Sebagian dari koleksi relikui orang kudus di Gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)

"Ini koleksi relikui orang kudus." Lelaki itu menunjuk pada sekumpulan wadah bulat serupa medali berisi relikui -- sisa jasad atau barang milik orang kudus -- yang terusun rapih di dalam bingkai kaca. Sejumlah nama orang kudus, sumber relikui, dilekatkan di sisi "medali-medali" itu.

Satu yang paling menarik adalah relikui yang berada di tengah bingkai. Tercantum keterangan nama sumber di situ: Santa Maria dan Santo Yusuf. Apakah yang dimaksud adalah Maria Ibu Yesus dan Yusuf Ayah Yesus? Masih menjadi pertanyaan untukku. 

Di samping kiri bingkai relikui itu berdiri patung klasik Yusuf dan Kanak-kanak Yesus. Posenya Yusuf sedang menggendong kanak-kanak Yesus, menempel pada dada kirinya. Itu sebuah pose klasik yang lazim ditemukan di berbagai gereja.

Saat aku berdiri sejenak, lalu berlutut di depan altar dan tabernakel -- itu etika dalam gereja -- perasaan diri kecil menyergap sanubariku. Mungkin terpengaruh oleh aura agung dan magis interior gereja yang sangat jembar itu -- konon kapasitasnya 1,000 orang. Atau karena bawah sadar yang tetiba terbangun oleh dentang jam di menara gereja, mengingatkanku seorang pendosa yang berlutut di depan altar suci.

Tentang jam di menara itu, keberadaannya sudah seumur gereja juga. Itu jam mekanik bikinan Jerman. Setiap minggu harus ditera agar berdentang tepat satu kali tiap jam, dan berdentang panjang tiap-tiap pukul 06.00, 12.00, dan 18.00 WIB. Dentang panjang itu itu adalah lonceng angelus, pengingat umat untuk mendaraskan Doa Malaikat Tuhan.

"Patung Santo Yusuf meninggal bahagia ada di belakang sana." Lelaki pemandu itu seakan tak sabar menunjukkan maskot Gereja Jago Ambarawa itu. Aku mengikuti langkahnya menuju sisi kiri belakang gereja.

Di situ, pada sebuah relung, untuk pertama kalinya sejak lahir tampak olehku suatu patung yang sangat unik: Yusuf sedang terbaring sakit di tempat tidurnya, dalam dekapan Maria istrinya dan Yesus anak lelakinya.

"Patung ini asli buatan Prancis. Sudah seusia gereja ini. Hanya ada dua di dunia. Satunya lagi ada di Gereja Notredame, Paris," tutur lelaki itu antusias.

Sebenarnya sekarang ada tiga. Sebab di depan altar, pada sisi kiri, ada juga replika patung ini, karya seniman patung lokal. Tentu tak seindah aslinya.

Replika patung Santo Yusuf Meninggal Bahagia, karya seniman lokal, di depan kiri altar Gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)
Replika patung Santo Yusuf Meninggal Bahagia, karya seniman lokal, di depan kiri altar Gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)

Pose bertiga pada patung itu menggambarkan saat-saat terakhir Yusuf sebelum meninggal dunia. Patung itu terinspirasi dari penggalan kisah kehidupan Bunda Perawan Maria karya Santa Maria Agreda (1602-1665), seorang biarawati Spanyol.

Detail peristiwa kematian bahagia Santo Yusuf itu tertulis dalam buku "Kota Mistik Tuhan" karya Santa Maria Agrade. Karya itu sempat dianggap apokrif, sehingga dilarang oleh Vatikan. Tapi kemudian diakui sebagai wahyu pribadi kepada Santa Dalam 300 tahun terakhir buku itu sudah menjadi sumber inspirasi di lingkungan Gereja Katolik.

Dikisahkan dalam buku itu, menjelang kematiannya di pembaringan, Yusuf meminta Maria istrinya untuk memberi berkat pengantar kepergiannya. "Terpujilah engkau di antara semua wanita dan umat pilihan di antara semua mahluk," katanya. Tapi Maria menolak lalu memohon kepada Yesus agar sudi memberkati ayahnya Yusuf.

Yusuf berpaling pada Yesus dan memohon berkat-Nya. "Tuhan dan Allahku yang tertinggi, Putra Bapa yang kekal, Pencipta dan Penebus Dunia, berikanlah berkat-Mu kepada hambamu dan perbuatan tanganmu; maafkan, ya Raja yang penuh kasih, kesalahan yang telah kulakukan dalam pelayanan dan hubungan-Mu, untuk menjadi mempelai ibu-Mu yang sejati; biarlah keagungan dan kemuliaan-Mu menjadi ucapan syukurku untuk selama-lamanya."

Yesus merengkuh dan memberkati Yusuf ayah pengasuh-Nya: "Ayahku, beristirakatlah dalam damai dan kasih karunia Bapa-Ku yang kekal; dan kepada para nabi dan orang suci yang menunggumu, sampaikanlah kabar gembira tentang penebusan mereka."

Setelah itu Yusuf menghembuskan nafas terakhir dan menutup mata selamanya. Dia meninggal dalam pelukan Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Perawan Tak Bernoda, istri yang dipilih Tuhan baginya. Itulah sebuah peristiwa kematian terindah, sebuah kematian dalam kebahagiaan yang penuh.[1]

Berdasar kisah itu Santo Yusuf kemudian ditetapkan sebagai Santo Pelindung untuk "Kematian Bahagia". Devosi kepada Santo Yusuf ditujukan untuk memohon agar boleh menerima dan mengalami karunia kematian bahagia.

Patung Santo Yusuf Tidur di selasar barat Gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)
Patung Santo Yusuf Tidur di selasar barat Gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)

Mendapatkan Solusi di Kala Tidur

"Di samping kiri itu ada patung Santo Yusuf Tidur. Mari saya tunjukkan." Lelaki baik hati itu seakan tiada lelah mempertemukanku dengan Santo Yusuf dalam berbagai laku terberkatinya. Tadi dalam laku Pelindung Kematian Bahagia, sebelumnya Pelindung Gereja Semesta, dan sekarang Pelindung Tidur Terberkati. 

Patung Santo Yusuf Tidur itu berada di selasar barat gereja. Selasar itu telah dijadikan ruangan untuk devosi kepada Santo Yusuf. Di situ sosok Santo Yusuf dalam rupa patung digambarkan sedang tidur di atas tumpukan papan. Tempatnya tidur itu digambarkan sebagai bengkel kerja tukang kayu. Di langit-langit ruang bengkel itu ada gambar sosok Malaikat Tuhan.

Bengkel kerja itu sekaligus menegaskan status dan citra Santo Yusuf sebagai pekerja, seorang tukang kayu yang jujur dan tekun dari Nazaret. Dengan status itu maka Santo Yusuf juga ditabalkan sebagai Pelindung Para Pekerja atau Buruh. Hari perayaannya ditetapkan 1 Mei, bertepatan dengan May Day, Hari Buruh Sedunia.

Dengan tidurnya itu, Santo Yusuf hendak mengatakan pekerja atau buruh berhak untuk tidur nyenyak. Tidak ada itu istilah bekerja siang-malam sehingga kehilangan hak untuk tidur.

Patung Santo Yusuf Tidur itu untuk pertama kalinya diperkenalkan Paus Fransiskus dalam suatu pertemuan dengan keluarga-keluarga Katolik di Filipina tahun 2015. Paus sendiri memiliki devosi khusus kepada Santo Yusuf Tidur. Bila ada masalah yang belum terpecahkan, di ujung hari Bapa Suci akan menuliskannya di atas secarik kertas lalu menyelipkannya di bawah patung kecil Santo Yusuf Tidur.

Dengan doa permohonan agar dalam tidurnya Santo Yusuf memberi pencerahan, Bapa Suci berangkat tidur dengan tenang. Besok pagi harinya, Bapak Paus bangun dengan sebuah solusi sudah tersedia dalam kepala.

Inti pesan Paus, jika punya masalah, serahkan itu kepada Santo Yusuf, dan pergilah ke pembaringan untuk tidur nyenyak. Niscaya, berkat pertolongan Tuhan lewat Santo Yusuf, masalah akan menemukan jalan keluarnya.

Dalam tidurnya, Santo Yusuf memasrahkan diri pada Tuhan, membiarkan Tuhan menolongnya mengatasi berbagai masalah yang solusinya tak fitemukan di saat terjaga.

Landasan iman untuk mempercayakan jalan keluar atas masalah kepada Santo Yusuf adalah dua kisah dalam Injil. Dikisahkan, saat dia ragu mempersunting Maria yang telah mengandung Yesus di luar perkawinan, lewat mimpi Malaikat Tuhan mengingatkan agar dia jangan takut mengambil Maria sebagai istri. 

Juga ketika Herodes murka dan berencana membunuh semua anak balita di Galilea, Malaikat Tuhan mengingatkan Yusuf dalam mimpi agar membawa Yesus dan Maria menyingkir ke Mesir.

Tapi di luar perkara iman, secara logika tidur yang cukup memang berdampak positif terhadap daya pikir. Jika ada masalah pelik, lalu tidak bisa tidur bermalam-malam, maka niscaya otak juga menjadi tumpul sehingga justru tak mampu menemukan solusi. Otak yang segar setelah tidur nyenyak semalaman lebih bisa diandalkan untuk berpikir jernih mencari solusi atas masalah.

"Kalau bapak ada masalah, berdoalah di sini mohon jalan keluar," saran lelaki yang masih setia menemaniku. "Baiklah, Pak," jawabku dalam hati, sambil tersenyum menganggukkan kepala.

Patung Santo Yusuf Pelindung Gereja Semesta bersama Kanak-kanak Yesus di depan Pastoran Katolik Paroki Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)
Patung Santo Yusuf Pelindung Gereja Semesta bersama Kanak-kanak Yesus di depan Pastoran Katolik Paroki Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)

Gereja Devosi Santo Yusuf

"Terimakasih banyak, Pak. Sudah memperkenalkan Santo Yusuf pada saya. Sekarang izinkan saya sendiri, berdoa di gereja ini." Aku ingin ditinggal sendiri.

"Baik, Romo, eh Pak." Astaga! Sangkaan itu lagi, ya Tuhanku.

Lelaki yang murah hati itu menghilang di balim pintu samping gereja, meninggalkanku sendiri bersimpuh di bangku baris terdepan. Gereja hening, di luar gelap membalut, Ambarawa mulai beku oleh dingin malam.

Semesta mendukung, inilah suasana doa paling sempurna. Kubisikkan doa-doaku di hadapan Tabernakel, tempat semayam Tubuh Kristus. Mohon dikabulkan lewat Santo Yusuf dalam tidur nyenyaknya.

Orang Katolik memiliki keyakinan bahwa,Tuhan akan mengabulkan doa yang dipanjatkan di sebuah gereja yang baru pertama kali dikunjungi. Aku juga meyakini itu.

Seusai berdoa, masih bersimpuh, aku mengamati panti imam, altar dan tabernakel. Keseluruhannya terbuat dari marmer, memancarkan keindahan yang memancarkan sakralitas.

Panti imam itu dirancang untuk Perayaan Ekaristi dengan cara kuno. Imam mempersembahkan Misa dengan cara membelakangi umat, menghadap ke Tabernakel.

Altar dan tabernakel marmer di Gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)
Altar dan tabernakel marmer di Gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)

Sambil melangkah ke luar, aku berpikir Gereja Jago yang selesai dibangun dan diberkati tahun 1924 ini memang selayaknya ditabalkan menjadi Gereja Devosi Santo Yusuf di Indonesia. Semua karunia yang diterima Santo Yusuf dari Tuhan bisa ditemukan ikonnya di gereja ini.

Pada akhirnya, inilah sebuah anjuran khususnya untuk para lelaki yang pernah mendaraskan doa pendek "Terpujilah nama Yesus, Maria, dan Yosef sekarang dan selama-lamanya." Bila kebetulan lewat di depan gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa, mampirlah untuk berdoa di dalamnya.

Secara khusus mintalah kepada Tuhan, lewat perantaraan Santo Yusuf, agar dirimu boleh menjadi suami yang setia melindungi istri yang sedang mengandung, ayah yang tekun bekerja sambil mengasuh anak, mengalami tidur yang indah dan, bila saatnya tiba, boleh meninggal bahagia di tengah keluarga yang penuh asih. [eFTe]

Catatan Kaki: 

[1] "Kematian Bahagia Santo Yusuf", kutipan dari "Kota Mistik Tuhan", karya Yang Mulia Maria dari Agreda, Impimatur Edwin V. Byrne, DD, Uskup Agung Santa Fe, 9 Februari 1949 (www.ewtn.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun