Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Berjumpa Santo Yusuf di Gereja Jago Ambarawa

26 Juni 2024   21:24 Diperbarui: 27 Juni 2024   11:14 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian dari koleksi relikui orang kudus di Gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)

"Tak pantas seorang Katolik mengaku telah menjejak bumi Ambarawa, bila dia tak mampir berdoa di Gereja' Jago' Katolik untuk devosi kepada Santo Yusuf ayah Yesus."

"Aku harus berdoa di sini," janjiku pada diri sendiri, sambil berdiri takjub menatap siluet menara gereja tua itu menjulang tinggi, menerobos remang langit Ambarawa pada dini hari yang dingin dan sunyi. 

Bulan bulat terang di ujung purnamanya menjadi saksi di langit. Sinarnya samar menerpa gada-gada berwujud ayam jago di puncak menara. 

Aku melirik arloji di pergelangan tangan kiri. Jarum jam menunjuk tepat pukul 03.00 WIB dini hari. Ambarawa masih membisu. 

Bersama dua orang teman, aku baru saja tiba di kota palagan itu, setelah memacu kendaraan lewat jalan tol selama enam jam dari Jakarta. Hari itu Jumat, 21 Juni 2024, seharian kami bertiga harus menjadi fasilator pelatihan di rumah retret Pangesti Wening, samping gereja.


Interior Gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)
Interior Gereja Katolik Santo Yusuf Ambarawa (Dokumentasi Pribadi)

Tepat pukul 20.00 WIB, aku berdiri di halaman depan gereja, tegak lurus pada pintu masuk yang sudah tertutup. Ambarawa bersiap naik ke peraduan, masih menyisakan sedikit sisa riuh tadi siang. 

Tiga orang pastor dan seorang suster dari rumah retret begegas lewat di belakangku, hendak naik berdoa rosario ke Gua Maria Kerep di lereng Gunung Ungaran, belakang gereja.

"Selamat malam, Romo," seorang lelaki paruh baya, mengaku umat situ, menyapaku di keremangan malam.

Ya, Tuhan, tuduhan itu lagi. Harus berapa kali lagi aku mendengar persangkaan jauh panggang dari api itu. Dan harus berapa kali lagi aku menjelaskan bahwa aku, jujur, bukan seorang pastor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun