Tempat wisata tak terkenal semacam Pameungpeuk itu kupahami sebagai "arus bawah", kata lain untuk anti-arus utama. Sesuatu yang tersingkirkan dari incaran para pelancong.
Hal serupa berlaku pula untuk wisata kuliner. Warung kuliner pinggiran yang tak begitu dikenal kusebut sebagai kuliner "arus bawah". Â Relung kuliner yang luput dari lidah wisatawan pemburu "wah dan wow".
Begitulah selumbari pagi, sepulang ziarah kubur dari TPU Untoroloyo, Mojosongo kami -- berlima sekeluarga -- mampir di warung tahu kupat "Sido Mampir" di pojokan pangkal Jalan Ahmad Yani, Jebres, Solo.Â
Tempat itu baru untukku. Biasanya kalau mau menikmati tahu kupat aku akan pergi ke Jalan Gajahmada. Di situ berderet warung tahu kupat Solo, mulai dari yang rasanya biasa sampai luar biasa.
Tapi tahu kupat Sido Mampir di pinggiran Solo itu tak kurang lezatnya di lidahku. Isinya standar: potongan kupat, mie  telor, irisan kol, toge, potongan bakwan sayur, taburan kacang goreng,  dan tahu. Hanya saja tahunya agak beda, mirip tahu pong, kulitnya garing dalamnya putih lembut.
Kuahnya terbikin dari rebusan bumbu kecap, gula jawa, gula tebu, bawang putih, garam dan irisan daun jeruk.Â
Tahu kupat Solo itu adalah permainan tekstur dan rasa yang kaya. Campuran kacang yang garing, tahu yang garing dan lembut, kupat yang sedikit kenyal, bakwan yang garing kenyal, serta kol dan timun yang renyah dalam mulut adalah kenikmatan organoleptik level sembilan.Â
Ketika rasa manis-manis gurih segar sedikit pedas dari kuahnya berpadu dengan tekstur bahan yang kaya tadi, maka kenikmatan level sepuluh sudah terperangkap di dalam mulut. Dari situ, lewat kerongkongan, dia turun ke lambung, mendorong ke bawah "udara lapar" ke duodenum.
Itulah suatu proses kenikmatan santap tahu kupat Solo yang kualami di sebuah warung kecil di pinggir jalan. Kenikmatan yang diberikan kuliner arus bawah, sesuatu yang luput dari lidah para pemburu kuliner arus utama.
Lalu sore hari Rabu itu  aku berjalan kaki cari nyamikan ke Toko Roti Ganep di Jalan Ahmad Yani, dulu dinamai Widuran.  Tujuanku untuk membeli roti kecik dan mancho "Ganep" yang legendaris. Nyamikan yang terbikin dari tepung beras/ketan itu bisa bikin lidah punya pupik perindu.