Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mendamba Destinasi Wisata Rohani Gua Maria Ina Batak di Kaldera Toba

27 April 2024   16:48 Diperbarui: 28 April 2024   17:07 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situs Batu Sawan di lereng Pusukbuhit, Kaldera Toba (Foto: samosirkab.go.id)

"Aku bermimpi, kulihat orang dari segala bangsa berduyun-duyun naik ke puncak Gunung Pusuk Buhit, lalu bersimpuh di hadapan patung Bunda Maria bersosok perempuan Batak."

Lourdes adalah Gua Maria. Itu suatu jenama mondial. Sekurangnya bagi umat Katolik di delapan penjuru dunia.

Bagi umat Katolik umumnya, pergi ke Lourdes, Prancis tak bisa lain kecuali berwisata rohani, ziarah, ke Gua Maria Lourdes. Atau, bagi pengunjung non-Katolik, mengalami nuansa sakralitas yang berbeda. 

Gua Maria Lourdes Prancis itu tak pernah tidur. Pintunya selalu terbuka siang-malam bagi rombongan-rombongan peziarah dari berbagai belahan dunia. Peziarah yang mendamba mukjizat kesembuhan, rohaniah ataupun lahiriah.

Dalam keadaan normal, Gua Maria Lourdes dikunjungi rata-rata 5 jutaan orang peziarah mancanegara setiap tahunnya. Itu kurang lebih sama dengan jumlah turis asing ke Bali tahun 2023.  Atau mendekati separuh jumlah wisatawan asing  ke Indonesia (11.5 juta) di tahun yang sama.

Di Indonesia sebenarnya ada juga Gua Maria Lourdes, tiruan Gua Maria Lourdes Prancis. Sesuai nama desa lokasinya di lereng Gunung Wilis, Jawa Timur gua yang dibangun tahun 1987 itu dikenal sebagai Gua Maria Lourdes Puhsarang, Kediri. Gua aslinya, dalam ukuran kecil, ada disamping Gereja Katolik Puhsarang, dibangun tahun 1939.

Tapi 10 tahun  sebelum Gua Maria Puhsarang dibangun, sudah ada Gua Maria yang dijuluki Lourdes Indonesia. Itulah Gua Maria Sendangsono, Kalibawang Kulonprogo yang diresmikan tahun 1929. Patung Bunda Maria di Sendangsono itu adalah bikinan Swiss, persembahan dari Ratu Spanyol. Di bawah kaki patung itu dibenamkan batu relikui yang diambil dari Gua Maria Lourdes Prancis.

Puncak Gunung Pusukbuhit Kaldera Toba dengan latar depan Sopo Guru Tateabulan (Foto: detik.com)
Puncak Gunung Pusukbuhit Kaldera Toba dengan latar depan Sopo Guru Tateabulan (Foto: detik.com)

Dua Gua Maria itu, Sendangsono dan Puhsarang, terbilang sebagai tempat wisata rohani terbesar bagi umat Katolik di Jawa khususnya di Indonesia umumnya. Tapi tentu saja keduanya bukan tandingan bagi Gua Maria Lourdes, Prancis jika bicara soal jumlah pengunjung dan kesohoran di dunia.

Untuk konteks  Indonesia, Gua Maria Sendangsono dan Puhsarang adalah representasi Gua Maria  yang bias Eropa. Keduanya menjadi rujukan baku pembangunan berbagai Gua Maria lainnya di Jawa dan Luar-Jawa.

Karena itu ke Gua Maria manapun seorang peziarah pergi, dia akan menemukan patung Bunda Maria dengan sosok ras Kaukasoid. Kecuali dia pergi misalnya ke Gua Maria Ave Timur di Paroki Santo Yoseph Ayawasi. Aifat Utara, Papua Barat; di sana patung Bunda Maria tampil dalam sosok perempuan Papua.

Gagasan membangun Gua Maria dengan sosok Bunda Maria Non-Kaukasoid, tapi mengambil sosok suatu etnik, tentu bukan sebuah penyimpangan mengingat statusnya sebagai Bunda Segala Bangsa. Dalam konteks gereja inkulturatif, patung Bunda Maria dengan sosok etnis mesti diterima sebagai inovasi religiositas.

Dalam konteks gereja inkulturatif itu pula, gagasan membangun lokus wisata rohani Gua Maria Ina Batak layak dipertimbangkan untuk diwujudkan di Kaldera Toba.

Paus Yohanes Paulus II sedang berdoa di Gua Maria Lourdes.[pinterest.com/hidupkatolik.com]
Paus Yohanes Paulus II sedang berdoa di Gua Maria Lourdes.[pinterest.com/hidupkatolik.com]

Setiap Gua Maria Punya Kisahnya Sendiri

Setiap tempat punya kisahnya sendiri. Kisah itulah yang menentukan apakah pengunjung akan mengenang dan merindunya.

Hal serupa berlaku juga untuk lokasi-lokasi wisata rohani Gua Maria di berbagai penjuru dunia.

Gua Maria Lourdes Prancis dikisahkan sebagai tempat Bunda Maria Ibu Yesus menampakkan diri dan menyampaikan pesan kepada Bernadette Soybirous (14), seorang gadis kecil. Dari 11 Febrari sampai 16 juli 1858, Bunda Maria menampakkan diri kepada gadis itu sebanyak 18 kali. 

Kepada Bernadette, Bunda Maria juga menyampaikan pesan agar umat bertobat, minum dari mata air dalam gua, dan mendirikan kapel di tempat itu. Berdasar pesan itu, di tempat itu kemudian dibangun komplek Gua Lourdes, tempat ziarah devosi kepada Bunda Maria.

Air Gua Lourdes itu diyakini sebagai medium penyembuhan berbagai jenis penyakit fisik dan psikis. Dilaporkan ratusan peziarah telah mendapat mukjizat kesembuhan setelah minum atau bersentuhan dengan air Lourdes itu. Gua Maria Lourdes karena itu dikenal sebagai destinasi wisatar rohani untuk kesembuhan dari penyakit.

Di Indonesia, Gua Maria Sendangsono Kulonrogo  dan Gua Maria Puhsarang juga punya kisahnya sendiri. 

Gua Maria Sendangsono aslinya adalah sendang, sumber air, yang berada di antara dua pohon sono (angsana). Menurut kegenda, sendang itu adalah persemayaman Dewi Lantamsari dan putra tunggalnya Den Baguse Samijo. Legenda ini membawa asosiasi kepada Bunda Maria dan Yesus putra tunggalnya.

Air Sendangsono itu kemudian menjadi bagian dari sejarah Katolik mula-mula di Jawa Tengah. Pada 14 Desember 1904 Pastor Franciscus GJ van Lith, SJ membaptis 171 orang warga setempat menjadi Katolik dengan air sendang itu. Mereka adalah "murid" Barnabas Sarikromo, tetua setempat yang menjadi katekumen setelah dibaptis Pastor van Lith pada 20 Mei 1904.

Mengingat arti penting Sendangsono dalam sejarah Katolik mula-mula di Jawa Tengah, atas prakarsa Pastor JB Prennthaler, SJ pada 8 Desember 1929 lokasi itu diresmikan sebagai  tempat ziarah Gua Maria bagi umat Katolik. 

Gua Maria Lourdes Puhsarang, Kediri lain lagi ceritanya. Penciri Gua Maria ini justru gerejanya. Gereja Katolik Puhsarang dibangun tahun 1936, atas inisiatif "Rasul Jawa" Pastor Jan Wolters, CM dengan bantuan arsitek Ir.  Henricus Maclaine Pont. 

Keduanya ibarat tumbu ketemu tutup. Pastor Wolters menginginkan sebuah gereja inkulturatif, khas budaya Jawa. Sementara Maclaine Pont adalah sosok yang menangani pembangunan Museum Trowulan, Mojokerto, sebuah bangunan berarsitektur Jawa Kuno tempat menyimpan peninggalan Kerajaan Majapahit. 

Maka jadilah Gereja Katolik Puhsarang dibangun sebagai Keraton Dalem, Istana Tuhan, dengan mereplikasi arsitektur bangunan Jawa Kuno pada Museum Trowulan.  Bukan hanya arsitekturnya, tenaga dan bahan baku bangunannya juga semua asli lokal.

Di bagian belakang gereja itu dibangun satu Gua Maria Lourdes, semacam miniatur Gua Maria Lourdes Prancis.  Kelak, karena terlalu kecil dan sempit, di perbukitan di sebelah barat gereja kemudian dibangun Gua Maria Lourdes yang baru.  Gua ini juga mereplikasi Gua Maria Lourdes Prancis, tapi dengan ukuran patung Bunda Maria yang lebih tinggi dan besar.

Satu penciri khas, di setiap Gua Maria selalu ada sumber air tanah untuk diminum dan cuci muka.  Air itu diyakini peziarah punya khasiat menyembuhkan penyakit badanian dan rohaniah.  Hal itu sudah banyak terjadi di Lourdes, Prancis.  Dan menurut kesaksian-kesaksian peziarah, hal serupa juga terjadi di Sendangsono dan Puhsarang. 

Kesembuhan-kesembuhan itu mungkin sebuah mukjizat dari Tuhan, lewat perantaraan Bunda Maria.  Tapi mungkin juga itu semata efek plasebo, sugesti, atau bahkan sekadar koinsidensi.  Tapi hal ini jangan dikatakan kepada para peziarah, kecuali mau dicap sebagai "orang yang tak percaya".

Seorang peziarah sedang membasuh wajah dengan air Aek Sitala-tala di Puncak Pusukbuhit Kaldera Toba (Tangkapan layar YouTube  Lumban Naboelak 86)
Seorang peziarah sedang membasuh wajah dengan air Aek Sitala-tala di Puncak Pusukbuhit Kaldera Toba (Tangkapan layar YouTube  Lumban Naboelak 86)

Membayangkan Gua Maria Ina Batak di Pusukbuhit

Dalam anganku, kulihat ada suatu tempat ziarah Gua Maria di dinding sebuah danau kaldera raksasa yang menelan gunungnya sendiri. 

Danau itu adalah danau Kaldera Toba, hasil letusan Gunung Toba 74,000 tahun lalu. Letusan terdahsyat sejagad yang nyaris memusnahkan umat manusia.

Kulihat Gua Maria itu berada di ketinggian Pusukbuhit, gunung sakral orang Batak di sisi barat Kaldera Toba. Patung Bunda Maria di gua itu tidak bersosok Kaukasoid. Dia bersosok Proto Melayu, sosok perempuan etnis Batak. 

Dia tidak bergaun putih panjang, juga tak berkerudung biru pada kepalanya. Tapi dia tampil anggun mulia dalam balutan ulos Batak terbaik dan terindah, selayaknya Boru ni Raja, Putri Raja dari Tano Batak.

Karena itu kusebut sosok itu Maria Ina Batak, Bunda semua orang Batak, dan gua itu adalah Gua Maria Ina Batak di Pusukbuhit Kaldera Toba.  

Gua Maria Ina Batak itu akan menjadi satu-satunya di dunia.  Satu-satunya Gua Maria yang berada di dinding danau kaldera terbesar dan terindah sedunia, sebuah situs letusan gunung berapi terdahsyat sepanjang sejarah bumi.

Secara geologis Gunung Pusukbuhit itu adalah kubah lava yang terbentuk sekitar 54,000 tahun lalu, atau 20 tahun setelah letusan terakhir Gunung Toba 74,000 tahun lalu.  Struktur interior gunung itu terdiri dari batuan beku vulkanik, terutama batuan andesit, dasit, dan metasedimen.

Tapi secara mitologis, dalam kepercayaan asli Batak, Pusukbuhit itu adalah "titik nol" peradaban manusia Batak.  Di titik itu dikisahkan Boru Deak Parujar, putri Dewata Bataraguru, turun dari Banua Ginjang (Benua Atas, Khayangan) untuk menciptakan Banua Tonga (Benua Tengah), bumi manusia (Batak).

Setelah proses penciptaan Banua Tonga selesai, Deak Parujar kemudian meenikah dengan Raja Odap-odap, tunangannya semasa di Banua Ginjang.  Perkawinan itu itulah yang, setelah beberapa generasi, kemudian menurunkan Raja Batak, manusia Batak pertama. 

Raja Batak itu kemudian berputrakan Guru Tateabulan (Ilontungon) dan Raja Isumbaon. Keduanya adalah leluhur dua belahan (moiety) Batak yaitu kelompok marga-marga Bulan (Lontung) dan marga-marga Sumba.

Generasi-generasi awal dua belahan Batak itu berdiam di lembah-lembah sekeliling kaki Gunung Pusukbuhit. Belahan Bulan/Lontung di sisi barat,  sedangkan Belahan Sumba di sisi timur.

Gunung Pusukbuhit, sebagai titik penciptaan Banua Tonga, lalu  disakralkan dan menjadi kiblat dalam ritual-ritual religi asli Batak.  Bahkan gunung itu secara imajiner juga dibelah dua.  Belahan barat menjadi wilayah kelompok Bulan dan belahan timur menjadi wilayah kelompok Sumba.

Sampai hari ini sejumlah situs sakral, tempat pemujaan kepada Mulajadi Nabolon (Pencipta Agung) masih dipertahankan dan berfungsi di Pusukbuhit. Di kawasan puncak, di sebuah lembah kecil yang dinamai Parau Sihumonong, terdapat situs keramat Gua Namartua Pusukbuhit. Gua tak berujung ini dipercaya sebagai tempat betapa Raja Batak, juga kemudian anaknya Guru Tateabulan dan cucunya Raja Uti. Konon hanya orang yang berhati bersih dapat tiba di gua itu.

Masih di area puncak, terdapat Aek Tala-tala, danau mini yang berada di suatu cekungan serupa lembah kawah. Danau ini dipercaya sebagai pemandian Raja Batak dan anak-cucunya. Juga pemandian dewi-dewi yang turun dari khayangan. 

Aek Tala-tala kini menjadi tempat pemujaan kepada Mulajadi Nabolon dan leluhur Batak. Di tepi baratnya dibangun mesbah segi tiga, tempat meletakkan persembahan. Lalu dekat ke arah barat terdapat Batu Parrapotan, suatu lempeng batu lebar yang kini digunakan sebagai tempat berdoa.

Menuruni lereng ke arah barat laut, pada pinggang gunung terdapat situs Batu Sawan. Batu ini berbentuk cawan raksasa yang menampung aliran air berasa jeruk purut dari atasnya. Banyak orang yang berdoa mohon kesembuhan di situ. Airnya digunakan sebagai medium penyembuhan, diminum, direcik di kepala, atau dibasuhkan ke wajah.

Turun lagi terus ke arah barat daya, terdapat situs Batu Hobon. Batu berbentuk peti besar ini dipercaya sebagai tempat penyimpanan barang pusaka milik keluarga Guru Tateabulan. Situs ini juga kini menjadi tempat pemujaan kepada Mulajadi Nabolon dan leluhur.  Di sana sekarang telah berdiri Sopo Tateabulan yang berfungsi sebagai sebagai museum sejarah Batak dan rumah doa. 

Dilihat dari segi mitologi dan sakralitas, sekurangnya dari sudut pandang religi asli Batak, Pusukbuhit itu sangat memenuhi syarat sebagai lokasi Gua Maria Ina Batak. Tinggal bagaimana mengintegrasikan semua situs-situs sakral itu ke dalam jalur ziarah rohani Gua Maria. Semisal menempatkannya sebagai perhentian dalam 14 perhentian doa Jalan Salib hingga ke Gua Maria di puncak gunung.

Dengan demikian Gua Maria Ina Batak di Pusukbuhit akan menjadi tempat ziarah rohani inkulturatif. Sakralitas agama asli dan segala simbolnya diadopsi untuk menguatkan sakralitas Debata Sitolu Sada, Tritunggal Maha Kudus menurut keyakinan imani agama Kristiani.  Bunda Maria di situ diposisikan sebagai perantara umat kepada Tuhan Yesus Kristus, Sang Putera.

Situs Batu Sawan di lereng Pusukbuhit, Kaldera Toba (Foto: samosirkab.go.id)
Situs Batu Sawan di lereng Pusukbuhit, Kaldera Toba (Foto: samosirkab.go.id)

Hasahatan

Dalam kotbahnya pada Perayaan Paskah Ekumene tanggal 9 April 2007 di Sijambur Nabolak, sebuah lapangan di lereng timur Pusukbuhit, di hadapan ribuan hadirin yang terdiri dari umat berbagai denominasi Protestan, umat Katolik, Parugamo Malim, dan lain-lain, Mgr. Anicetius B. Sinaga, OFM Cap, Uskup Keuskupan Agung Medan mengatakan:

"Hutonggo, hupio, hupangalualui ma Ho, ale Mulajadi Nabolon, na hinaporseaan ni
Batak Sitompa langit dohot tano on, songon panghaporseaon Kristen di Debata
Sitolusada, sitompa langit dohot tano. Di si porsea do hami holan sada do Debata na tutu
jala na adong, umbahen sada do Mulajadi Nabolon dohot Debata Sitolusada ni Kristen, nang pe di panggoari dohot pangarajumion marlebanleban." 
[1]

Artinya: "Aku berdoa, menyebut, mengadu kepada Mu, ya Mulajadi Nabolon yang dipercaya Batak sebagai pencipta langit dan bumi ini, sama seperti kepercayaan Kristen akan Allah Tritunggal, Pencipta langit dan bumi. Di situ kami percaya hanya ada satu Allah yang benar dan yang hidup, sehingga Mulajadi Nabolon adalah satu dengan Allah Tritunggal yang dipercaya Kristen, sekalipun penamaan dan pemaknaannya berbeda-beda."

Kutipan kotbah itu menyatakan sikap imani umat Katolik bahwa sakralitas Pusukbuhit menurut religi asli Batak dapat diterima dan dimaknai baru oleh Gereja Katolik sebagai sesuatu yang lebur ke dalam sakralitas Allah Tritunggal dalam ajaran iman Katolik. 

Itu adalah prinsip dasar dalam penyelenggaraan Gereja Katolik yang inkulturatif, menghargai nilai dan simbol budaya komunitas tempatan.

Karena itu, dari segi ajaran Gereja Katolik, pembangunan Gua Maria Ina Batak di Pusukbuhit, dengan mengintegrasikan situs-situs dan simbol-simbol sakral relugi asli Batak bukanlah suatu persoalan. Sebaliknya, hal itu justru menebalkan dan meluaskan aura sakralitas Gua Maria, sehingga dia tak hanya menjadi kiblat ziarah rohani bagi umat Katolik.

Gua Maria Ina Batak itu diharapkan menjadi destinasi wisata rohani kelas dunia, sejajar dengan upaya membangun Kaldera Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia. 

Tinggal kini harapan pewujudannya diletakkan pada bahu pihak-pihak terkait. Sebutlah antara lain Keuskupan Agung Medan (Gereja Katolik), Pemda Kabupaten Samosir, Badan Pelaksana Otorita Danau Toba, Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba, Forum Komunikasi Antar Umat Beragama, Forum Masyarakat Adat Batak, Raja-Raja Adat setempat, dan masyarakat lokal.

Berbagai pihak itu tak perlu diajari tentang apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan Gua Maria Ina Batak di Pusukbuhit. Hanya nasihat leluhur ini yang perlu dipegang bersama: Aek godang tu aek laut, Dos ni roha sibaen na saut -- Air sungai bermuara ke laut, kesepakatan akan mewujudkan tujuan. [eFTe]

Catatan Kaki:

[1] "Makna Penyejahteraan Paska Raya", pamitaonline.wordpress.com (n.d). Terimakasih keoada Dr.Nikolas Simanjuntak, SH yang telah membagikan tindasan naskah kotbah Mgr. Anicetius B. Sinaga, OFM Cap kepada saya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun