Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mendamba Destinasi Wisata Rohani Gua Maria Ina Batak di Kaldera Toba

27 April 2024   16:48 Diperbarui: 28 April 2024   17:07 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang peziarah sedang membasuh wajah dengan air Aek Sitala-tala di Puncak Pusukbuhit Kaldera Toba (Tangkapan layar YouTube  Lumban Naboelak 86)

Kulihat Gua Maria itu berada di ketinggian Pusukbuhit, gunung sakral orang Batak di sisi barat Kaldera Toba. Patung Bunda Maria di gua itu tidak bersosok Kaukasoid. Dia bersosok Proto Melayu, sosok perempuan etnis Batak. 

Dia tidak bergaun putih panjang, juga tak berkerudung biru pada kepalanya. Tapi dia tampil anggun mulia dalam balutan ulos Batak terbaik dan terindah, selayaknya Boru ni Raja, Putri Raja dari Tano Batak.

Karena itu kusebut sosok itu Maria Ina Batak, Bunda semua orang Batak, dan gua itu adalah Gua Maria Ina Batak di Pusukbuhit Kaldera Toba.  

Gua Maria Ina Batak itu akan menjadi satu-satunya di dunia.  Satu-satunya Gua Maria yang berada di dinding danau kaldera terbesar dan terindah sedunia, sebuah situs letusan gunung berapi terdahsyat sepanjang sejarah bumi.

Secara geologis Gunung Pusukbuhit itu adalah kubah lava yang terbentuk sekitar 54,000 tahun lalu, atau 20 tahun setelah letusan terakhir Gunung Toba 74,000 tahun lalu.  Struktur interior gunung itu terdiri dari batuan beku vulkanik, terutama batuan andesit, dasit, dan metasedimen.

Tapi secara mitologis, dalam kepercayaan asli Batak, Pusukbuhit itu adalah "titik nol" peradaban manusia Batak.  Di titik itu dikisahkan Boru Deak Parujar, putri Dewata Bataraguru, turun dari Banua Ginjang (Benua Atas, Khayangan) untuk menciptakan Banua Tonga (Benua Tengah), bumi manusia (Batak).

Setelah proses penciptaan Banua Tonga selesai, Deak Parujar kemudian meenikah dengan Raja Odap-odap, tunangannya semasa di Banua Ginjang.  Perkawinan itu itulah yang, setelah beberapa generasi, kemudian menurunkan Raja Batak, manusia Batak pertama. 

Raja Batak itu kemudian berputrakan Guru Tateabulan (Ilontungon) dan Raja Isumbaon. Keduanya adalah leluhur dua belahan (moiety) Batak yaitu kelompok marga-marga Bulan (Lontung) dan marga-marga Sumba.

Generasi-generasi awal dua belahan Batak itu berdiam di lembah-lembah sekeliling kaki Gunung Pusukbuhit. Belahan Bulan/Lontung di sisi barat,  sedangkan Belahan Sumba di sisi timur.

Gunung Pusukbuhit, sebagai titik penciptaan Banua Tonga, lalu  disakralkan dan menjadi kiblat dalam ritual-ritual religi asli Batak.  Bahkan gunung itu secara imajiner juga dibelah dua.  Belahan barat menjadi wilayah kelompok Bulan dan belahan timur menjadi wilayah kelompok Sumba.

Sampai hari ini sejumlah situs sakral, tempat pemujaan kepada Mulajadi Nabolon (Pencipta Agung) masih dipertahankan dan berfungsi di Pusukbuhit. Di kawasan puncak, di sebuah lembah kecil yang dinamai Parau Sihumonong, terdapat situs keramat Gua Namartua Pusukbuhit. Gua tak berujung ini dipercaya sebagai tempat betapa Raja Batak, juga kemudian anaknya Guru Tateabulan dan cucunya Raja Uti. Konon hanya orang yang berhati bersih dapat tiba di gua itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun