Air Sendangsono itu kemudian menjadi bagian dari sejarah Katolik mula-mula di Jawa Tengah. Pada 14 Desember 1904 Pastor Franciscus GJ van Lith, SJ membaptis 171 orang warga setempat menjadi Katolik dengan air sendang itu. Mereka adalah "murid" Barnabas Sarikromo, tetua setempat yang menjadi katekumen setelah dibaptis Pastor van Lith pada 20 Mei 1904.
Mengingat arti penting Sendangsono dalam sejarah Katolik mula-mula di Jawa Tengah, atas prakarsa Pastor JB Prennthaler, SJ pada 8 Desember 1929 lokasi itu diresmikan sebagai  tempat ziarah Gua Maria bagi umat Katolik.Â
Gua Maria Lourdes Puhsarang, Kediri lain lagi ceritanya. Penciri Gua Maria ini justru gerejanya. Gereja Katolik Puhsarang dibangun tahun 1936, atas inisiatif "Rasul Jawa" Pastor Jan Wolters, CM dengan bantuan arsitek Ir. Â Henricus Maclaine Pont.Â
Keduanya ibarat tumbu ketemu tutup. Pastor Wolters menginginkan sebuah gereja inkulturatif, khas budaya Jawa. Sementara Maclaine Pont adalah sosok yang menangani pembangunan Museum Trowulan, Mojokerto, sebuah bangunan berarsitektur Jawa Kuno tempat menyimpan peninggalan Kerajaan Majapahit.Â
Maka jadilah Gereja Katolik Puhsarang dibangun sebagai Keraton Dalem, Istana Tuhan, dengan mereplikasi arsitektur bangunan Jawa Kuno pada Museum Trowulan. Â Bukan hanya arsitekturnya, tenaga dan bahan baku bangunannya juga semua asli lokal.
Di bagian belakang gereja itu dibangun satu Gua Maria Lourdes, semacam miniatur Gua Maria Lourdes Prancis. Â Kelak, karena terlalu kecil dan sempit, di perbukitan di sebelah barat gereja kemudian dibangun Gua Maria Lourdes yang baru. Â Gua ini juga mereplikasi Gua Maria Lourdes Prancis, tapi dengan ukuran patung Bunda Maria yang lebih tinggi dan besar.
Satu penciri khas, di setiap Gua Maria selalu ada sumber air tanah untuk diminum dan cuci muka. Â Air itu diyakini peziarah punya khasiat menyembuhkan penyakit badanian dan rohaniah. Â Hal itu sudah banyak terjadi di Lourdes, Prancis. Â Dan menurut kesaksian-kesaksian peziarah, hal serupa juga terjadi di Sendangsono dan Puhsarang.Â
Kesembuhan-kesembuhan itu mungkin sebuah mukjizat dari Tuhan, lewat perantaraan Bunda Maria. Â Tapi mungkin juga itu semata efek plasebo, sugesti, atau bahkan sekadar koinsidensi. Â Tapi hal ini jangan dikatakan kepada para peziarah, kecuali mau dicap sebagai "orang yang tak percaya".
Membayangkan Gua Maria Ina Batak di Pusukbuhit
Dalam anganku, kulihat ada suatu tempat ziarah Gua Maria di dinding sebuah danau kaldera raksasa yang menelan gunungnya sendiri.Â
Danau itu adalah danau Kaldera Toba, hasil letusan Gunung Toba 74,000 tahun lalu. Letusan terdahsyat sejagad yang nyaris memusnahkan umat manusia.