Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pulau Tulas, Permata Hijau di Biru Tao Silalahi Kaldera Toba

1 April 2024   15:44 Diperbarui: 2 April 2024   02:26 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Altar doa religi asli Batak di Bona-bona Kampung Tulas, Desa Siboro, Sianjurmula-mula Samosir (Foto: Tangkapan layar YouTube Sudomo Simanjuntak) 

Jika terjadi misalnya kemarau panjang, maka para tetua kampung akan melakukan ritual minta hujan di Bona-bona. Di situ mereka menyampaikan sesajen dan berdoa kepada leluhur dan Mulajadi Nabolon. Mohon agar hujan diturunkan di kampung itu.

Pertanyaan menarik kemudian, bagaimana kisahnya sehingga desa dan pulau itu menyandang nama marga Siboro? 

Diketahui lembah Sagala, yaitu rangkaian lembah-lembah di baratdaya sampai utara Gunung Pusukbuhit tempat desa itu berada, terbilang wilayah milik marga Sagala, belahan Batak Tateabulan. Kok bisa marga Siboro, belahan Batak Sumba (Isumbaon) punya kampung dan pulau di sana?

Ceritanya, sebuah legenda, begini.

Dikisahkan leluhur langsung marga Siboro itu adalah Datu Parulas (marga) Purba Sigulangbatu, kemudian disebut sebagai Siboro I. Nama Parulas disandangnya karena dia dukun sakti yang mampu mengungkap suatu masalah yang tak diketahui orang (ulas, ungkap). Kelak namanya menjadi Datu Parulas Parultop, karena dia juga seorang parultop, penembak burung pakai ultop atau sumpit, yang sangat piawai.

Datu Parulas, Batak generasi ke-12 Belahan Sumba dihitung dari Siraja Batak, semula berdiam di Siboro Gaung-gaung, sebuah kampung rintisannya di Haranggaol sekarang. Kampung awal Siboro ini segaris lurus utara-selatan terpisah Tao Silalahi dengan Pulau Tulas atau Desa Siboro di sisi barat-selatan danau.

Suatu waktu, mestinya karena dituntun kesaktiannya sebagai parulas, Datu Parulas menyeberangi Tao Silalahi ke lembah Sagala, tanah marga Sagala di kaki Gunung Pusukbuhit. Di situ dia berhasil menyelesaikan suatu masalah besar (entah apa), sehingga mendapat penghargaan dari marga Sagala. 

Dikisahkan Datu Parulas kemudian menikah dengan Asang Pagar boru Sagala Hutabagas, putri Tuan Mula Ni Huta II Sagala. [1] Melalui pernikahan itu maka Datu Parulas menjadi boru (penerima istri) bagi Sagala yang menjadi hula-hula (pemberi istri) baginya. 

Fakta bahwa Datu Parulas kemudian mendapat tanah untuk perkampungan dari Sagala, hula-hulanya, menjadi penanda bahwa dia terbilang sebagai boru sihabolonan, boru utama. Itulah dasar hukum adat bagi Datu Parulas alias Siboro I untuk mendirikan dan memiliki hak atas tanah Desa Siboro sekarang, termasuk Pulau Tulas. 

Desa Siboro termasuk Pulau Tulas Siboro kemudian menjadi golat, tanah marga, untuk marga Siboro keturunan Datu Parulas Parultop dari istrinya Asang Pagar boru Sagala Hutabagas. Kelak keturunan Siboro juga migrasi ke sebelah utara, ke sebuah lembah yang kini dikenal sebagai Desa Bonandolok.

Pulau Tulas, puncak perbukitan di dinding Kaldera Toba yang tergenang oleh air danau (Foto: medan.tribunnews.com)
Pulau Tulas, puncak perbukitan di dinding Kaldera Toba yang tergenang oleh air danau (Foto: medan.tribunnews.com)

Perbukitan Dinding Kaldera

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun