Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyigi Potensi Wisata Rohani di Kaldera Toba

2 Maret 2024   10:14 Diperbarui: 2 Maret 2024   14:49 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara ritual "mangalahat horbo", kelanjutan dari ritual "mandudu" dalam suatu komunitas Batak Toba (Foto: facebook.com@Martin Ferdinand Lumbantobing)

Tapi mandudu adalah ritual yang paling fenomenal. Ritual doa permohonan kepada Mulajadi Nabolon ini melibatkan suatu komunitas. Dipimpin Raja Bius (raja federasi kampung), doa dipanjatkan lewat pemanggungan gondang sabangunan Batak. 

Permohonan itu pada dasarnya permintaan karunia dari Mulajadi Nabolon. Semisal kesembuhan dari penyakit, pembebasan dari derita, pelepasan dari paceklik panjang, pengentasan dari kemiskinan dan lain-lain.

Ritual ini dilengkapi dengan pelean, persembahan kepada Mulajadi Nabolon. Komponennya berupa jeruk purut, telur ayam kampung, air putih, beras, sirih, dan kain tiga warna (hitam, putih, merah). Persembahan itu diletakkan di atas tatakan berupa 7 lapis tikar pandan.

Tapi pelean utama adalah seekor anak kerbau jantan dengan ciri tertentu. Kerbau itu harus punya 4 pusaran di badan (parpusoran lage-lage), tanduk agak melengkung ke atas (sitingko tanduk), di bawah kedua mata ada pusaran, ekor melewati lutut (sijambe ihur), dan cuping hidung belum ditindik. 

Inti ritual mandudu adalah pemanggungan gondang sabangunan di tengah malam, dalam gulita tanpa cahaya alam (bulan) atau buatan (api, lampu, rokok, dan lain-lain). Tidak boleh ada gerak dan suara dari hadirin. Hanya ada bunyi musik gondang (dudang-dudang) yang dimainkan pargonsi, kelompok pemain gondang.

Gondang dimainkan non-stop selama 2-3 jam dari tengah malam sampai dini hari. Irama musiknya disebut dudang-dudang, pengulangan pakem 7 repertoar dengan nada-nada magis. Hanya pargonsi ahli yang boleh memainkan gondang ini.

Musik gondang mandudu itu adalah doa lermohonan kepada Mulajadi Nabolon, dengan perantaraan roh leluhur. Orang Batak percaya bahwa roh leluhur adalah perantara kepada Mulajadi Nabolon. Karena itu, setelah kedatangan agama Kristisni, mandudu kerap disalah-tafsirkan sebagai penyembahan roh orang mati.

Pada akhir gondang, pangonsi akan meminta hadirin melihat ke arah kerbau kurban. Jika kerbau menghadap ke timur, berarti permohonan dikabulkan Mulajadi Nabolon. Jika menghadap ke barat, berarti doa tak terkabul.

Jika doa terkabul, maka esoknya ritual dilanjutkan dengan mangalahat horbo, menyembelih kerbau kurban tadi untuk makan bersama di kampung. 

Mangalahat horbo ini melibatkan gondang sabangunan juga. Kerbau ditambatkan pada borotan, tiang kayu di tengah halaman. Setelah gondang usai, Malim Parmangmang (pemimpin ritual) akan memerintahkan Pamantom, penombak ahli untuk menombak kerbau pada leher sampai mati. Selanjutnya kerbau diolah untuk acara makan bersama.

Ritual mandudu dan mangalahat horbo itu terbuka untuk siapapun. Entah dia mau ikut serta dalam ritual, atau sekadar menonton saja. Syaratnya patuh pada aturan-aturan ritual tersebut, agar dirinya tak menjadi faktor penyebab kegagalan doa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun