Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tano Ponggol, dari Wilhelminakanaal ke Terusan Kaldera Toba

27 Januari 2024   13:41 Diperbarui: 29 Januari 2024   15:25 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk meyakinkan warga Samosir, Welsink dan para opsirnya duduk di bawah pohon di sisi timur sodetan. Maksudnya bila benar Samosir tenggelam, maka dia dan opsirnya akan ikut tenggelam. 

Kerja rodi penggalian terusan dilanjutkan dan diselesaikan (1910) oleh residen pengganti Welsink yaitu C.J. Westenberg (1908-1911). Lalu diresmikan secara simbolik oleh Ratu Wilhelmina tahun 1913, saat pemerintahan Residen J.P.J. Barth (1911-1913). 

Jembatan Wilhelminakanaal didisain bisa diangkat bagian tengahnya jika ada kapal lewat. Foto menunjukkan keadaan tahun 1910-an, dipotret dari arah utara terusan.(Foto: via wikipedia.org) 
Jembatan Wilhelminakanaal didisain bisa diangkat bagian tengahnya jika ada kapal lewat. Foto menunjukkan keadaan tahun 1910-an, dipotret dari arah utara terusan.(Foto: via wikipedia.org) 

Terusan sepanjang 1.5 km dengan lebar 25 meter itu dipersembahkan sebagai hadiah ulang tahun Ratu Wilhelmina (1913). Karena itu dinamai Wilhelminakanaal. Terusan ini mendahului Wilhelminakanaal (68 km) di Brabant Utara, Belanda yang mulai dibangun tahun 1909 dan selesai pada 1923.

Pembangunan Wilhelminakanaal, setempat disebut "Tano Ponggol", di awal abad ke-20 itu jelas dimaksudkan untuk mendukung mobilitas aparat dan pasukan Belanda. Sehingga proses-proses penguasaan geopolitik dan geoekonomi Tanah Batak atau Kaldera Toba menjadi lebih mudah. 

Tentu terusan itu juga memudahkan mobilitas warga di sisi barat Kaldera Toba. Jarak perjalanan air dari selatan ke utara danau, dan sebaliknya, menjadi lebih dekat. Tak perlu lagi melambung ke sisi timur danau. Hal itu melancarkan arus barang dan manusia dari onan ke onan, antar pasar, di sisi barat Kaldera Toba.

Kondisi pendangkalan Terusan
Kondisi pendangkalan Terusan "Tano Ponggol" Wilhelmina Pangururan Samosir pada tanggal 27 Juli 2016 (hariansib.com, 29.07.2016)
Kemerdekaan yang Tak Merawat Tano Ponggol

Kemerdekaan dari kolonialisme itu selalu berimplikasi ganda pada tinggalannya. Merawat (dan memperbaiki) atau, sebaliknya, menelantarkan warisan penjajah.

Nasib Wilhelminakanaal, karena keterbatasan upaya pemeliharaan, cenderung terlantar di era kemerdekaan. Upaya pemeliharaan oleh pemerintah daerah lebih pada pengerukan sedimen saja. Tapi itu juga terbatas.

Aku pernah mengamati sendiri kondisi terusan Tano Ponggol, langsung di lapangan. 

Pada tahun 1975, dalam rangka pelayaran keliling Samosir (Haranggaol - Pangururan - Palipi - Onanrunggu - Parapat), kapal danau yang kutumpangi melintasi terusan itu. 

Dasar terusan tampak berlumpur di beberapa titik. Kapal harus bergerak ekstra hati-hati. Agar baling-balingnya tak membajak lumpur atau terjerat ganggang di dasar terusan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun