Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Andaliman, Jejak Budaya Makan Orang Batak di Kaldera Toba

17 Januari 2024   14:43 Diperbarui: 18 Januari 2024   15:36 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Profil buah andaliman segar (Foto: calderatobageopark.org)

Ketiga, pembentukan organisasi agribisnis andaliman. Komunitas-komunitas atau kelompok-kelompok petani andaliman menyatukan diri dalam organisasi Gabungan Petani Andaliman Kaldera Toba.  Lewat organisasi ini para petani dapat membangun kekuatan tawar dengan pedagang (besar) dan konsumen (industri) andaliman. Organisasi ini juga bisa membangun industri pengolahan andaliman untuk meningkatkan nilai tambah andaliman di pasaran.

Keempat, diversifikasi produk olahan andaliman. Tidak hanya bumbu masak, andaliman juga berpotensi menjadi bahan baku obat dan kosmetika herbal. Karena itu industri pengolahan andaliman dapat didorong untuk produksi bahan baku obat dan kosmetika. 

Bukan kata-kata melainkan tindakan nyatalah yang bisa mendorong transformasi usahatani andaliman dari kebun tradisional ke agribisnis modern. Saatnya para pemangku kepentingan -- Pemda, BPODT, BPGKT, Perguruan Tinggi, dan masyarakat sipil duduk bersama untuk menyusun langkah-langkah sinergis.

Setelah terisolir selama ribuan tahun, kini saatnya andaliman, si kecil getir dari Kaldera Toba itu bangkit menggetarkan dunia. (eFTe)

Catatan Kaki:

[1] Tampilan buah antarasa mirip-mirip andaliman juga. Tapi rasanya tak terlalu getir. Lazim dikonsumsi sebagai lalaban.

[2] "Andaliman Dari Tanah Batak untuk Dunia/Batak Pepper", Kanal YouTube Info Sumut (24 Januari 2019).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun