Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kambing Samosir, Plasma Nutfah Asli Kaldera Toba

10 Januari 2024   13:58 Diperbarui: 12 Januari 2024   18:06 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kambing Samosir di Kaldera Toba (Foto: starfarm.co.id)

Kambing hatorusan (titisan) samosir secara informal pantas juga dilabel "Kambing Gunung Toba" karena dua alasan. Pertama, kambing samosir itu memang endemik kawasan kaldera Gunung Toba. Kendatipun gunungnya sudah terperosok ke dasar kaldera 74,000 tahun lalu.

Kedua, kambing samosir itu sehari-hari memang merumput bebas di lereng-lereng perbukitan dan gunung (Pusukbuhit) Samosir. Kuku kambing itu sudah beradaptasi dengan lereng curam berbatu, sehingga dia mampu mendaki dan menelusuri lereng-lereng tersebut dengan relatif aman.

Kehadiran kambing-kambing putih itu di lereng-lereng hijau Kaldera Toba adalah suatu pemandangan eksotis. Terlebih bila mereka hadir di sama bersama lembu-lembu yang juga berwarna putih.

Secara genetik kambing panorusan samosir bersifat unik, kendati memiliki kedekatan dengan kambing marica, kambing benggala, kambing jawarandu, kambing kacang, dan kambing muara. Kambing muara adalah hewan endemik lembah Muara di sisi selatan Kaldera Toba. [1]

Tapi secara morfologis kambing samosir tampil dengan kekhasan sendiri. Bulunya putih, pendek dan halus, kadang ada belang hitam. Tanduk dan kukunya kecoklatan. Kepala kecil, ramping dengan garis muka lurus. Telinga tegak kesamping, tanduk tegak ke atas. Ekor pendek, kecil, dan tegak. [2]

Ukuran tubuh kambing samosir tergolong kecil. Panjang tubuhmya 52-57 cm, tinggi 48-50 cm, dan bobotnya 20-26 kg. Ukuran tubuh betina lebih besar dibanding jantan.

Tingkat reproduksi kambing samosir tergolong tinggi. Selang waktu beranak kambing indukan sekitar 283 hari dengan laju reproduksi 1.6 ekor per tahun. Artinya indukan berpotensi melahirkan anak 1-2 ekor per tahun.

Tapi potensi melahirkan yang terbilang tinggi itu tak diikuti dengan peningkatan populasi kambing samosir. Jumlahnya jusru cenderung berkurang dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 jumlahnya tercatat masih 9,733 ekor. Tapi pada tahun 2020 tinggal 5,651 ekor. [2,3]

Di daerah Kabupaten Samosir—kecamatan Harian, Nainggolan, Onan Runggu, Palipi, Pangururan, Ronggur Nihuta, Sianjur Mulamula, Simanindo, Sitiotio— kambing panorusan itu diternakkan secara tradisional. Pagi dilepas bebas ke padang rumput, tegalan, atau sawah bera, sorenya dijemput masuk kandang di kolong rumah. Atau ada juga yang ditambatkan di pinggir sawah atau kebun untukcmerumput di situ.

Menu hijauan pakan kambing samosir itu tergolong variatif. Lazimnya kambing, untuk kesempurnaan gizi, kambing samosir memakan ragam jenis dedaunan. Semisal tunas padi, jerami, ilalang, rumput teki, babadotan, lamtoro, kelor, tarum, putri malu, kaliandra, daun gamal, dan daun beringin.

Namun ada indikasi luasan areal penggembalaan kambing Samosir cenderung menyempit. Tahun 2011 tercatat masih ada 11,324 ha. Tapi tahun 2018 tersisa tinggal 6,120 ha saja. [3] Penciutan areal penggembalaan ini diduga menjadi salah satu faktor penyebab pengurangan populasi kambing Samosir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun