Konon Gunung Pusukbukit  itu juga dibagi dua. Belahan barat untuk Kelompok (Tatea)Bulan dan timur untuk Kelompok (I)Sumba(on). Â
Di belahan barat, di lereng Pusikbuhit, keturunan Tateabulan mendirikan Sopo Guru Tateabulan, sebagai penghormatan dan kenangan akan leluhurnya. Di sebelah bawahnya, pada lereng yang sama, ada situs Batu Hobon. Konon di bawah batu itu Raja Uti, anak pertama Tateabulan -- kemudian hijrah ke arah Barus -- menyimpan harta kekayaan keluarga Tateabulan.
Geologi Pusukbuhit
Leluhur Batak, seperti juga etnis lain, menggubah mitos untuk menerangkan genesis bumi dan manusia. Sains tak hendak menyalahkannya, tapi hanya menerangkan secara teoritis dan empiris kejadian yang sebenarnya.
Sains geologi menjelaskan bahwa Gunung Pusukbuhit (1,972 mdpl) aslinya adalah kubah lava. Â Diperkirakan gunung ini terbentuk sekitar 54, 000 tahun lalu, atau 20 tahun setelah erupsi terdahsyat Gunung Toba 74,000 tahun lalu.
Terdapat relatif konsistensi antara mitologi dan geologi. Dalam mitos Deakparujar dikisahkan "tenunan" tanah Banua Tonga berkali-kali dirusak oleh gempa bikinan Padohaniaji. Secara geologis, pembentukan Kaldera Toba atau Tanah Batak memang melalui empat kali erupsi Gunung Toba. Berturut-turut 1.3 juta tahun lalu, 840,000 tahun lalu, 501,000 tahun lalu, dan 74,000 tahun lalu. Dalam kosmologi Batak, letusan gunung, gempa, dan tanah longsor diyakini sebagai ulah Padohaniaji.
Karena aslinya adalah kubah lava, maka struktur internal Gunung Pusukbuhit terbentuk dari batuan beku vulkanik. Terutama jenis batuan andesit dan, yang lebih muda, batuan dasit serta batuan metasedimen (endapan).
Morfologi Pusukbuhit itu sendiri mencirikan jejak aliran lava. Puncaknya adalah kerucut lava, lalu ke bawahnya ada punggung, lembah, dan perbukitan bekas aliran lava. Secara keseluruhan membentuk struktur badan gunung.[2]
Pusukbuhit tergolong gunung api Tipe B -- tak meletus lagi sejak tahun 1600 M. Di lereng timur-laut gunung itu terdapat sumber air panas, hasil energi panas bumi (geothermal) dalam perut gunung. Di tempat yang sama sekaligus terjadi hembusan gas belerang (solfatara), pertanda gunung itu masih aktif.
Sekarang sumber air panas itu dikembangkan sebagai obyek wisata pemandian air hangat (hot spring). Orang percaya bahwa mandi air hangat itu akan menyehatkan badan dan menyembuhkan segala jenis penyakit kulit.
Di lereng barat daya, ada pula sumber air yang dinamai Batu Sawan (Cawan). Itu berupa air terjun kecil yang jatuh ke dalam cekungan batu berbentuk cawan besar. Rasa airnya agak kecut segar seperti tercampur air jeruk purut. Konon itu adalah bekas pemandian Raja Uti. Kini banyak orang pergi ke sana untuk ritual pangurasion, pembersihan jiwa-raga dari segala macam penyakit.