Gara-gara letusan terakhir itu dunia mendekati kiamat. Atmosfer bumi dipenuhi erosol sulfat yang tak tertembus sinar matahari. Akibatnya bumi mengalami kegelapan total dan musim dingin selama 6 tahun dan penurunan suhu selama 1,000 tahun. Kondisi iklim ekstrim ini nyaris memusnahkan kehidupan di atas bumi.Â
Termasuk manusia, nyaris musnah juga. Antropolog Stanley H. Ambrose memperkirakan hanya sekitar 2.000-20.000 orang saja manusia yang selamat dari bencana letusan Gunung Toba. Merekalah nenek-moyang manusia bumi masa kini. (Lihat: "Late Pleistocene human population bottlenecks, volcanic winter, and differentiation of modern humans", Journal of Human Evolution 34 (6), 1998).
Letusan super 74.000 tahun lalu itulah yang menyempurnakan pembentukan Kaldera Toba seperti yang terlihat sekarang. Van Bemmelen bilang letusan itu telah meruntuhkan badan Gunung Toba ke dasar kawah. Sisa magma yang terperangkap di bawah patahan badan gunung itu kemudian mendorongnya perlahan kembali ke atas.Â
Saat kaldera telah tergenang air, menyembullah badan gunung itu kembali ke permukaan. Pertama-tama patahan barat, itulah pulau Samosir. Kemudian patahan timur, itulah blok Uluan -- tanah kelahiranku.
Belum diketahui secara pasti kapan kelompok manusia pertama datang ke Kaldera Toba dan berdiam di situ. Tapi berdasar hasil hitung mundur generasi, diperkirakan komunitas Batak pertama hadir di sana sekitar abad ke-12. Diduga mereka bermigrasi dari daerah Mongolia di utara. Turun ke Taiwan, lalu Filipina, Sulawesi (Toraja), Kalimantan, dan akhirnya sebagian tiba di Kaldera Toba.Â
Begitulah asal-usul Kaldera Toba. Letusan Gunung Toba membentuk struktur geologis kaldera. Proses-proses biologis puluhan ribu tahun kemudian menghadirkan flora dan fauna. Lalu kehadiran "Manusia Batak" sejak abad ke-12 menyempurnakan Kaldera Toba sebagai ekologi manusia Batak.
Masa Depan Kaldera
Manusia Kaldera Toba, orang Batak umumnya, sangat memuja dan mencintai tanah kelahirannya itu. Rona ekologi manusia Kaldera Toba sekarang ini adalah hasil ko-evolusi antara keragaman geologis, biologis, dan budaya manusia Batak.
Penting kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman bagi orang Batak yang hidup di sana, bahwa kaldera itu adalah situs bencana alam terbesar dan terdahsyat sejagat. Dia adalah warisan bumi yang nyaris memusnahkan kehidupan di bumi itu sendiri. Dan orang Batak khususnya adalah ahli waris bumi yang boleh tinggal di sana atas karunia Tuhan.
Hidup di kaldera terbesar di dunia bukanlah soal biasa. Kaldera Toba memang sangat indah. Danau dan lembahnya adalah kemurahan sumber-sumber hidup. Tapi di balik keindahan dan kemurahan itu, risiko bencana selalu mengintai. Sehingga warga kaldera perlu menguasai mitigasi bencana dan selalu waspada.