Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ekologi Manusia Kaldera Toba

8 November 2023   07:34 Diperbarui: 11 November 2023   18:08 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Padi sawah dan kebun pisang di antara bebatuan, hasil interaksi keragaman geologi, hayati,dan budaya, di Geosite Bakkara-Tipang GKT (Foto: calderatobageopark.org)

Dengan paradigma ekologi manusia kaldera itu, tiga pilar keragaman (geologi, hayati, budaya) dulihat sebagai tiga entitas yang terhubung dan  berinteraksi secara triangular. Resultan interaksi triangular itu adalah ekologi manusia kaldera Toba.

Relasi dan interaksi itu dapat digambarkan sebagai berikut ini.

Paradigma Ekologi Manusia Kaldera Toba (Sumber: Skema oleh Felix Tani; foto latar dari calderatobageopark.org)
Paradigma Ekologi Manusia Kaldera Toba (Sumber: Skema oleh Felix Tani; foto latar dari calderatobageopark.org)

Skema paradigmatik di atas dibaca sebagai berikut:

  • Manusia Batak adalah manusia Kaldera Toba;
  • Ekologi manusia (Batak) Kaldera Toba itu adalah resultan (hasil) dari relasi dan interaksi antara keragaman geologis, hayati, dan budaya komunitas tempatan;
  • Perubahan rona ekologis Kaldera Toba adalah hasil ko-evolusi interaktif antara keragaman geologi, hayati, dan budaya kaldera.
  • Perubahan pada satu pilar keragaman akan membawa konsekuensi perubahan pada dua pilar lain dan, karena itu juga, rona ekologi manusia kaldera.

Mengacu paradigma itu, maka setiap aksi pengelolaan dan pengembangan (kebijakan, proyek pengembangan, infrastruktur) pada dasarnya menyasar pilar-pilar keragaman tadi dan relasi/interaksi antar pilar.

Setiap aksi dengan demikian akan berpengaruh pada ketiga pilar keragaman dan, dengan demikian juga, pada ekologi manusia kaldera.

Satu contoh saja. Misalkan ada program aksi pengembangan kebun andaliman sebagai tanaman endemik setempat. Itu berarti up-scaling area salah satu kekayaan hayati lokal. Sekaligus pengembangan bu(di)daya tani andaliman. Juga seleksi dan konservasi relung geologis (lapisan ranah/batuan) yang cocok untuk tanaman andaliman.

Begitulah artikulasi pendekatan holistik dalam pengelolaan dan pengembangan ekologi manusia Kaldera Toba. Tak ada satu program aksi yang berdiri sendiri. Setiap program aksi pengembangan ekologi manusia Kaldera Toba, selalu berdampak pada tiga keragaman kaldera. 

Padi sawah dan kebun pisang di antara bebatuan, hasil interaksi keragaman geologi, hayati,dan budaya, di Geosite Bakkara-Tipang GKT (Foto: calderatobageopark.org)
Padi sawah dan kebun pisang di antara bebatuan, hasil interaksi keragaman geologi, hayati,dan budaya, di Geosite Bakkara-Tipang GKT (Foto: calderatobageopark.org)

Menjawab Rekomendasi UNESCO

Dalam rekomendasinya (2020 dan 2023), UNESCO selalu menekankan pentingnya mengelola dan mengembangkan interaksi triangular (saling-pengaruh) antara keragaman geologi, hayati, dan budaya.

Tapi, persis, itulah yang hilang dari naskah renduk/renstra dan beberapa program aksi aksidental yang sempat dikerjakan BP-GKT tahun 2020-2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun