Sebenarnya rekomendasi UNESCO sangat gamblang. Â Badan pengelola GKT tinggal menurunkannya ke dalam program-program aksi spesifik.
Nyatanya tidak demikian. Â Merujuk website GKT, sepanjang tahun 2020-2023 tercatat hanya ada lima kegiatan BPGKT yang konsisten dengan rekomendasi UNESCO yaitu: [3]
- Sosialisasi pelestarian cagar budaya di kawasan geosite (Muara Sibandang, Tipang Bakkara, Simanindo)
- Edukasi geopark di sekolah sekitar geosite (SD Silahisabungan, SD Sianjurmula-mula, SMK Laguboti).
- Pengembangan UMKM Â di kawasan GKT (Onan/Bazaar).
- Sosialisasi mitigasi bencana alam dan perubahan iklim.
- Pelatihan pemandu wisata lokal.
Lima kegiatan itu bersifat insidental dan acak. Bukan bagian dari suatu program rutin yang bersifat periodik. Misalnya periode 2020-2024, sesuai masa berlaku status keanggotaan GGU.
Lain dari itu ada juga MoU dan perjanjian kerjasama BPGKT dengan organisasi mitra. Ada MoU kerjasama pengembangan potensi wisata, SDM, budaya, dan ekonomi rakyat (Serikat Media Siber Indonesia, Akademi Pariwisata ULCLA, Institut teknologi Del). Serta perjanjian kerjasama konservasi, edukasi, pemberdayaan masyarakat, dan transportasi (PT Horasindo Wisatanusa, Yayasan TB Silalahi Center, BPODT).
Tapi semua MoU dan Perjanjian Kerjasama itu masih di atas kertas. Belum ada realisasi yang signifikan.
Karena itu masuk akal jika UNESCO kemudian memberi "kartu kuning" untuk GKT. Aksi BP-GKT terkait rekomendasi UNESCO memang minim. Kebanyakan ikut konferensi, rapat koordinasi, festival, dan seremoni saja.
Rekomendasi Pencegahan "Kartu Merah"
"Kartu kuning" itu peringatan. Jika diabaikan maka bisa lanjut ke "kartu merah" (stop). Sebaliknya jika direspon positif, bisa berubah menjadi "kartu hijau" (jalan terus).Â
Pihak UNESCO ingin GKT meraih "kartu hijau". Untuk itu disampaikan tujuh butir rekomendasi peningkatan pengelolaan GKT dalam dua tahun ke depan. [4]
Pertama, pilih empat batuan dasar sebagai situs baru yang menggambarkan struktur batuan dari empat letusan utama pembentukan Kaldera Toba. Lengkapi dengan papan informasi yang gampang dipahami pengunjung biasa. Perbarui juga data 16 situs geologis yang sudah ada.
Kedua, identifikasi dan inventarisasi warisan alam, budaya, dan tak-benda yang belum ditetapkan di GKT.