Gadis muda mana yang tak akan mabuk kepayang dengan kata-kata yang meniupkan hawa surga itu?Â
"Uda Ayah, bawalah daku pergi," rengeknya. Kubayangkan begitu.
Atau ini:
"Kau memandangku, tersenyum
Meledakkan magma dalam tubuhmu
Ruangan mendidih
Membentuk embun
Pada keningmu
Pada tubuhku" (Pada Sebuah Ruang, K. 12-08-2023)
Perempuan muda mana yang tak ingin pada posisi sarat gairah macam itu di hadapan Ayah Tuah?Â
Tentu, dalam kasus itu, Ayah Tuah mesti dibayangkan sebagai lelaki idaman setiap perempuan muda yang membuat para punggawa K-Pop BTS gigit jari.
Atau bait ini .... Ups, cukup. Nanti bisa kena aturan plagiat.
Aku hanya mau bilang: Semua pemuisi di Kompasiana hebat, tapi tak ada yang sehebat Ayah Tuah.Â
Tak ada yang bisa menyaingi Ayah Tuah dalam urusan jumlah keterbacaan puisi. Kecuali satu orang: Felix Tani dengan pseudo-puisinya yang menipu.
Aku sengaja sebut nama kompasianer Felix Tani di sini. Aku sendiri.
Sebabnya antara Ayah Tuah dan Felix Tani ada permusuhan serupa bara dalam sekam. Sewaktu-waktu tertiup kentut halus saja, langsung menyala dan menyalak.