Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

5 dari 15 Tahun Membully Kompasianer dan Admin Kompasiana

22 Oktober 2023   19:21 Diperbarui: 23 Oktober 2023   04:59 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu artikel bullying dari Felix Tani (Foto: Sreenshot kompasiana.com)

Sebenarnya Felix Tani itu sudah mulai membully sesama kompasianer dan Admin K(ompasiana) sejak 2014. Tapi agar terkesan tak terlalu jahat, dia kita beri kortinglah 4 tahun. Jadi masa kerja bullyingnya cuma 5 tahun.

Oh, ya, hampir lupa. Korting 4 tahun itu sudah termasuk remisi Hari Natal. Sebab kendati suka membully, Felix Tani itu terbilang insan beragama yang rajin beribadah.

Sebenarnya gak pantas membicarakan kerja bullying Felix Tani. Itu me-ma-lu-kan. Tapi berhubung Admin K mendorong kompasianer menceritakan pengalaman berkompasiana, ya, kutuliskan jugalah ulah bullying Felix Tani ini.

Bukan maksudku untuk menjelek-jelekkan Felix Tani. Bukan. Sebab dia sudah terlalu jelek untuk bisa lebih jelek lagi.

***

Felix Tani itu membully secara terang-terangan di ruang publik. Lewat tulisan di Kompasiana. Tujuannya untuk memudahkan pengajuan bukti jika korban bullying ingin mengadu ke MK (Mahkamah Kompasiana).

Tapi Felix Tani itu gak dungu-dungu amatlah. Dia lazimnya memasukkan artikel bullying itu di sub-kanal "Humor". Jadi kalau korban bullying memperkarakan, Felix Tani tinggal berdalih, "Lha, ini kan bercyanda!".

Pernah ada kompasianer milenial yang mengeritik pedas Felix Tani. Katanya, "Felix Tani itu berlindung di balik label 'Humor', agar bebas merendahkan Admin dan kompasianer."

Bah, iri hatikah kamu karena Felix Tani cerdas membangun tembok pelindung? Menjadi kompasianer itu kudu cerdas menjaga diri makanya.

Pilihan sub-kanal humor itu bukan sesuatu yang acak. Itu purposif. Felix Tani itu dulu suka mendengar siaran wayang kulit di radio. Dia terkesan dan suka pada babak goro-goro. Di situ Punakawan -- Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong -- tampil mengritik penguasa dan rakyat dengan bahasa humoristik yang bikin ger.

Itu sebabnya Felix Tani memanfaatkan sub-kanal "Humor" sebagai saluran bullying -- mengeritik sambil bercanda. Harapannya orang yang menjadi korban bully bisa menerima kritik sambil tertawa.

***

Mengapa Felix Tani membully sesama kompasianer? Ya, semata-mata untuk memberi masukan sambil membangun keakraban saja. Tak ada maksud merendahkan walau, misalnya, menggunakan frasa "petugas Kompasiana". Itu misal saja.

Felix Tani itu membully lazimnya karena terpancing oleh tulisan kompasianer. Biasanya karena tulisannya menarik tapi ada kata, frasa, kalimat, atau argumen yang "aneh". Nah, Felix Tani mengeksploitasi hal "aneh" itu dalam artikel bullyingnya.

Beberapa contoh berikut mungkin bisa membuat perkara lebih terang:

  • Guido Arisso dibully karena mengklaim kakartana, hantu perempuan cantik Manggarai, gemar merudapaksa perjaka yang tersesat di hutan. Tapi dia tak bisa menyajikan bukti rudapaksa itu.
  • Pak Tjiptadinata dibully karena tidak jeli membedakan antara "melompat" dan "terjun" dari atas pohon -- yang berakibat pahanya tertusuk ujung pagar bambu.
  • Pebrianov dibully karena mengaku celananya hilang, tapi tak bisa membuktikan bahwa dia pernah pakai celana.
  • S. Aji dibully karena posesif pada Vonny Cornellya padahal jangankan bertemu, kenalpun tidak.
  • Sigit Eka P. dibully karena kerap menggunakan "gaya bahasa Vicky" dalam artikel-artikelnya. Andai gak dibully, artikelnya mungkin gak akan pernah jadi AU.
  • Ayu Diahastuti dan Lilik Fatimah Azzahra dibully karena menggunakan frasa aneh dalam puisinya: Ayu menggunakan frasa "punggung kabel" (perutnya mana?), Lilik menggunakan frasa "lubang sumur" (padahal sumur itu adalah sejenis lubang).
  • Ayah Tuah dibully karena membela Ayu dan Lilik dalam kasus frasa aneh di atas. Aneh kok dibela. Ya, dibully, deh.
  • Susy Haryawan dibully atas permintaan sendiri. Sungguh aneh tapi nyata.

Apakah para kompasianer di atas, dan sejumlah kompasianer korban bully lainnya, komplain dan mengadu ke MK?

Tidak! Malahan ketagihan minta dibully lagi. Ya, Felix Tani ogahlah! Soalnya semakin mereka dibully, semakin mereka menuai simpati dan, karena itu, semakin terkenal. Sementara Felix Tani semakin terpuruk.

***

Akan halnya Admin K, Felix Tani membullynya bukan sebagai persona melainkan lembaga. Jadi kalau Felix Tani menggunakan frasa "bajingan tolol" atau "dungu",  sebenarnya sih bisa saja karena lembaga kan gak punya perasaan.

Tapi Felix Tani tak pernah menggunakan frasa favorit Rocky Gerung itu. Alasannya, agama yang dianutnya menggariskan bahwa kata-kata adalah ekspresi keimanan. Jadi kalau suka melontarkan kata-kata "dungu", "tolol", "bajingan", "planga-plongo" dan lain-lain semacam itu, maka  seperti itulah kualitas imannya.

Setiap kali Felix Tani membully Admin K, maka dipastikan itu adalah kritik terhadap kebijakan, manajemen, kinerja, dan tampilan Kompasiana.

Ada banyak soal yang dikritik. Berikut ini hanya sekadar contoh saja:

  • Hal Plagiat: syarat dan ketentuan Kompasiana tidak eksplisit melarang swaplagiat, tapi kalau ada artikel swaplagiat langsung divonis plagiat.
  • Hal Nilai: nilai "Tidak Menarik" untuk artikel dikritik karena bersifat merendahkan penulis. Untunglah nilai itu kemudian ditiadakan.
  • Hal Diskriminasi: Admin K diduga lebih memihak pada kompasianer milenial (YZ) ketimbang pramilenial (Baby Boomers dan X). Faktanya artikel-artikel anggitan milenial jauh lebih kerap AU ketimbang anggitan pramilenial. Felix Tani menyebut artikel para milenial itu "politip" (aneka tip) dan "manganime" (manga dan anime) yang bersifat reproduktif dan repetitif. Hal ini sempat direspin keras oleh kompasianer milenial, sehingga menjadi polemik di Kompasiana. Dampak polemik ini, artikel Pak Tjip langsung jadi AU sekali (saja).
  • Hal K-Rewards: Admin K dibully karena tak pernah terbuka tentang cara perhitungan dan nilai total K-Rewards. Tapi hal itu mungkin rahasia perusahaan yang hanya akan dibukakan bila lele telah bersisik.
  • Hal Humor: Admin K dibully karena sempat menghilangkan sub-kanal Humor. Sub-kanal ini kemudian muncul di bawah kanal Life. Felix Tani tidak setuju karena menurutnya humor itu harusnya masuk kanal Fiksi. Menurut dia humor lebih penting ketimbang puisi. Humor bikin ketawa, puisi bikin pusing.

Apakah Admin K tersinggung karena dibully Felix Tani? Aku pastikan tidak. Karena, seperti disinggung di atas, Admin K itu adalah lembaga yang  yang tak punya perasaan. 

Sesuatu yang tak berperasaan mustahil tersinggung atau sakit hati.

Baiklah jika artikel ini berhenti sampai sini. Sudah delapan ratus delapan puluh kata.  (eFTe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun