Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

5 dari 15 Tahun Membully Kompasianer dan Admin Kompasiana

22 Oktober 2023   19:21 Diperbarui: 23 Oktober 2023   04:59 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu artikel bullying dari Felix Tani (Foto: Sreenshot kompasiana.com)

Itu sebabnya Felix Tani memanfaatkan sub-kanal "Humor" sebagai saluran bullying -- mengeritik sambil bercanda. Harapannya orang yang menjadi korban bully bisa menerima kritik sambil tertawa.

***

Mengapa Felix Tani membully sesama kompasianer? Ya, semata-mata untuk memberi masukan sambil membangun keakraban saja. Tak ada maksud merendahkan walau, misalnya, menggunakan frasa "petugas Kompasiana". Itu misal saja.

Felix Tani itu membully lazimnya karena terpancing oleh tulisan kompasianer. Biasanya karena tulisannya menarik tapi ada kata, frasa, kalimat, atau argumen yang "aneh". Nah, Felix Tani mengeksploitasi hal "aneh" itu dalam artikel bullyingnya.

Beberapa contoh berikut mungkin bisa membuat perkara lebih terang:

  • Guido Arisso dibully karena mengklaim kakartana, hantu perempuan cantik Manggarai, gemar merudapaksa perjaka yang tersesat di hutan. Tapi dia tak bisa menyajikan bukti rudapaksa itu.
  • Pak Tjiptadinata dibully karena tidak jeli membedakan antara "melompat" dan "terjun" dari atas pohon -- yang berakibat pahanya tertusuk ujung pagar bambu.
  • Pebrianov dibully karena mengaku celananya hilang, tapi tak bisa membuktikan bahwa dia pernah pakai celana.
  • S. Aji dibully karena posesif pada Vonny Cornellya padahal jangankan bertemu, kenalpun tidak.
  • Sigit Eka P. dibully karena kerap menggunakan "gaya bahasa Vicky" dalam artikel-artikelnya. Andai gak dibully, artikelnya mungkin gak akan pernah jadi AU.
  • Ayu Diahastuti dan Lilik Fatimah Azzahra dibully karena menggunakan frasa aneh dalam puisinya: Ayu menggunakan frasa "punggung kabel" (perutnya mana?), Lilik menggunakan frasa "lubang sumur" (padahal sumur itu adalah sejenis lubang).
  • Ayah Tuah dibully karena membela Ayu dan Lilik dalam kasus frasa aneh di atas. Aneh kok dibela. Ya, dibully, deh.
  • Susy Haryawan dibully atas permintaan sendiri. Sungguh aneh tapi nyata.

Apakah para kompasianer di atas, dan sejumlah kompasianer korban bully lainnya, komplain dan mengadu ke MK?

Tidak! Malahan ketagihan minta dibully lagi. Ya, Felix Tani ogahlah! Soalnya semakin mereka dibully, semakin mereka menuai simpati dan, karena itu, semakin terkenal. Sementara Felix Tani semakin terpuruk.

***

Akan halnya Admin K, Felix Tani membullynya bukan sebagai persona melainkan lembaga. Jadi kalau Felix Tani menggunakan frasa "bajingan tolol" atau "dungu",  sebenarnya sih bisa saja karena lembaga kan gak punya perasaan.

Tapi Felix Tani tak pernah menggunakan frasa favorit Rocky Gerung itu. Alasannya, agama yang dianutnya menggariskan bahwa kata-kata adalah ekspresi keimanan. Jadi kalau suka melontarkan kata-kata "dungu", "tolol", "bajingan", "planga-plongo" dan lain-lain semacam itu, maka  seperti itulah kualitas imannya.

Setiap kali Felix Tani membully Admin K, maka dipastikan itu adalah kritik terhadap kebijakan, manajemen, kinerja, dan tampilan Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun