“Saya tegaskan saya tidak mencampuri urusan capres atau cawapres.” -Presiden Joko Widodo
Penegasan itu disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di sela-sela kunjungan kerjanya ke Beijing, Tiongkok pada 16 Oktober 2023.
Dengan pernyataan tersebut maka usai sudah cawe-cawe Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam proses Pilpres 2024.
End game!
Kepergian Presiden Jokowi meninggalkan Indonesia untuk kunjungan kerja ke Tiongkok dan Arab Saudi tanggal pada 16-21 Oktober 2023 adalah kode end game itu.
Jokowi juga menegaskan: “Pasangan capres dan cawapres itu ditentukan oleh partai politik atau gabungan partai politik, jadi silakan tanyakan saja ke partai poilitik, itu wilayahnya parpol.” [1]
Penegasan itu disampaikan Jokowi menanggapi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) (16/10/2023) bahwa capres dan cawapres harus berusia minimal 40 tahun atau berpengalaman sebagai kepala daerah. Putusan itu dinilai banyak pihak membuka pintu bagi Gibran Rakabuming Raka (36), putra Jokowi, untuk maju sebagai cawapres.
Sebelumnya Jokowi pernah mengatakan dirinya akan cawe-cawe dalam proses Pilpres 2024. Sebabnya, menurut Jokowi, presiden berikutnya harus bisa membawa Indonesia menjadi negara maju tahun 2030-an.
Itu soal to be or not to be. Kata Jokowi kesempatan Indonesia menjadi negara maju hanya 13 tahun ke depan. Kalau salah pilih presiden, hilang sudah kesempatan itu.
"Karena itu saya cawe-cawe. Saya tidak akan netral karena ini kepentingan nasional."
Begitu kata Jokowi di hadapan para pemimpin redaksi media massa nasional pada hari Senin 29 Mei 2023.
Sulit untuk tak melihat adanya kaitan, langsung atau tak langsung, antara cawe-cawe Jokowi dan putusan MK yang menambahkan frasa "atau berpengalaman sebagai kepala daerah" pada syarat usia capres/cawapres minimal 40 tahun itu.
Faktanya putra Jokowi, Gibran baru berumur 36 tahun dan sedang menjabat walikota Solo, hasil pilwalkot. Fakta lain, ada suara-suara yang mengusulkan Gibran menjadi cawapres untuk capres tertentu.
Tapi, dari sisi interpretivisme putusan MK itu bisa dilihat sebagai batu ujian "nepotisne dan dinasti politik". Sebabnya putusan itu memberi peluang bagi Gibran untuk dipinang sebagai cawapres. Hanya Gibran, tak ada tokoh muda lain yang disebut-sebut.
Letak ujiannya di sini. Jika ada capres yang memilih Gibran sebagai cawapres, maka dia mengukuhkan dugaan nepotisme yang tersirat pada putusan MK -- ingat segitiga kakak ipar (Jokowi) - adik ipar (Anwar Usman) - anak/ponakan (Gibran). Sekaligus juga mengukuhkan dugaan tentang bangunan dinasti politik Jokowi -- ingat relasi bapak dan anak/mantu Jokowi - Gibran - Kaesang - Bobby.
Pertanyaannya: Apakah presiden yang mendukung nepotisme dan dinasti politik yang diharapkan Jokowi memimpin Indonesia menuju kemajuan dalam 13 tahun ke depan?
Itu sebuah pertanyaan implikatif terkait narasi "cawe-cawe Jokowi".
Capres Anies Baswedan yang diusung Koalisi Perubahan terbebas dari pertanyaan itu. Muhaimin Iskandar sudah ditetapkan sebagai cawapresnya. Satu-satunya risiko (sekaligus manfaat) yang harus dikelola Anies-Muhaimin denngan cermat adalah primordialisme keagamaan.
Capres Ganjar Pranowo yang diusung koalisi PDIP juga menghindar dari ujian, atau sebenarnya jebakan, itu. Kemari Rabu 18 Oktober 2023 sudah ditetapkan Mahfud MD sebagai cawapresnya. Pilihan cerdas! Ganjar-Mahfud kini menjadi pasangan terhebat, sekurangnya dari sisi rekam jejak sebagai politisi dan birokrat.
Tinggal capres Prabowo Subianto yang belum memilih cawapresnya. "Ojo kesusu," katanya menirukan ujaran Jokowi saat pidato di pembukaan raker Projo Budi Arie yang pro-bowo.
Kemarin Erick Thohir sudah mengurus surat keterangan tak pernah terpidana. Mungkinkah dia akan dipinang Prabowo menjadi cawapres? Jika ya, berarti Prabowo dan Koalisi Indonesia Maju lepas dari jebakan.
Lalu kenapa Prabowo belum menetapkan cawapresnya? Dengar-dengar tunggu Jokowi pulang dari Arab tanggal 21 Oktober nanti. Wah, ternyata masih gelendotan di punggung Jokowi, ya.
So, sudah jelas dan terang. Cawe-cawe Jokowi sudah usai: End Game!
Lalu pasangan capres/cawapres mana yang akan didukung Jokowi (serta Gibran dan Kaesang)?
"Kembali ke akar." Setahuku itu termasuk nilai budaya Jawa. Lalu di manakah akar politik Jokowi?
Ada yang mengompori. Katanya Presiden Jokowi sudah patah arang dengan PDIP/Megawati lantaran kerap dikatai "petugas partai" yang "kasihan kalau gak ada PDIP".
Hei, itu ukuran kebaperanmu! Kalau Jokowi sebaper itu dia tak akan jadi Presiden RI dua periode. Atau sekurang-kurangnya Rocky Gerung sudah membisu di bui. (eFTe)
Catatan Kaki:
[1] "Terkait Putusan MK dan Bakal Capres-Cawapres, Presiden: Saya Tidak Mencampuri", setkab.go.id, 16/10/2023.
[2] "Jokowi Akui Cawe-Cawe di Pilpres 2024: Ini demi Kepentingan Nasional", kompas.tv, 29/5/2023.