Pada 1 Januari 1935, Pastor Rossum membeli sebidang tanah bekas gedung bioskop di tepi jalan di Pardede Onan. Dia lalu mendirikan sebuah gereja di situ. Gereja itu dinamai Gereja Katolik Santo Yosef. Itulah gereja Katolik pertama di Tanah Batak (diresmikan 1936).
Di belakang gereja itu, Pastor Rossum kemudian membangun gedung sederhana. Itulah gedung sekolah Katolik pertama di Tanah Batak.
Pola semacam itu diterapkan Pastor Rossum di berbagai tempat di Tanah Batak. Di mana warganya menerima ajaran Katolik, maka di situ dibangun gereja sederhana. Jika memungkinkan, di belakangnya dibangun petak sekolah. Jika tidak, maka bangunan gereja akan merangkap fungsi sekolah.
Di Tanah Batak, Pastor Rossum seakan menabur benih di lahan subur. Perkembangan jumlah orang Batak yang masuk Katolik sangat pesat. Orang Batak pertama yang menjadi Katolik dibaptis pada 12 januari 1935 di Sigompulon Pahae. Lalu tanggal 10 Februari 1935 dibaptis lagi dua orang: seorang di Hutabarat Tarutung dan seorang di Lumbanpea Balige. Lalu pada 16 Mei 1935 dibaptis lagi 26 orang di Lumbanpea Tambunan Balige.
Hanya dalam tempo setengah tahun, Pastor Rossum sudah membaptis 600 orang Batak menjadi Katolik, sebagian besar anak-anak. Sementara itu tercatat sekitar 3,200 orang dewasa menjadi Katekumen, calon baptis. [4]
Duc in altum. ”Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Pastor Rossum telah bertolak ke "tempat yang dalam" (Tanah Batak) dan "menebar jala" (karya misi) untuk "menangkap ikan" (membaptis umat).
Dalam kisah mukjizat penjala ikan (Simon dan teman-temannya) disebutkan: "Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. (Lukas 5: 6-7)
Pastor Rossum juga mengalami hal yang serupa. Permohonan orang Batak untuk dibaptis mengalir deras dari delapan penjuru Tanah Batak. Pada tahun 1936 tercatat sudah berdiri 37 gereja Katolik dan sejumlah sekolah di sana. "Jala mulai koyak" dan Pastor Rossum kewalahan mengangkatnya. Maka sejumlah pastor berkebangsaan Belanda kemudian diutus untuk mendukung karya misi yang telah dirintis Pastor Rossum di Tanah Batak.
Pastor Sybrandus van Rossum "Gembala Betlehem"
"Tuaian memang banyak tapi pekerja sedikit" (Lukas 10: 2)
Dalam konteks ayat itulah kehadiran Misi Katolik dan Zending Protestan di tanah Batak sebaiknya dimengerti. Tangan-tangan Tuhan Yesus Kristus menjamah umat-Nya di Tanah Batak lewat Pendeta L.I. Nomensen dan Pastor Sybrandus van Rossum. Nommensen masuk 70 tahun lebih dulu dari selatan, Tarutung di Lembah Silindung. Pastor Rossum menyusul masuk dari utara, Balige di Lembah Toba. Keduanya bertemu di Danau Toba.